Bertaruh Nyawa di Pucuk Pohon Kelapa

Kabupaten Pangandaran

Bertaruh Nyawa di Pucuk Pohon Kelapa

Aldi Nur Fadilah - detikJabar
Kamis, 20 Jul 2023 08:00 WIB
Solihin saat memanjat pohon kelapa.
Solihin saat memanjat pohon kelapa. (Foto: Aldi Nur Fadillah/detikJabar)
Pangandaran -

Solih (31) menjadi satu dari sekian banyak penderes atau penyadap kelapa di Kabupaten Pangandaran. Setiap harinya warga Desa Karangbenda itu bertaruh nyawa di pucuk pohon kelapa.

Kabupaten Pangandaran memang terkenal menjadi salah satu penghasil kelapa di Jawa Barat. Tak heran jika era 1950-an, Pangandaran dikenal menjadi rajanya kopra kelapa di Asia. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya sentra atau pabrik kelapa kopra di wilayah Pangandaran pada zaman Belanda.

Solihin sudah menjadi penderes kelapa sejak SD atau tahun 2004. Lingkungannya membawa dia memiliki keahlian memanjat pohon kelapa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari tahun 2004 dulu masih usia 14 tahun baru lulusan SD. Ya di sini banyak yang berhasil kang (menjadi penderes), meskipun penderes pada bisa beli motor, kebun dan lainnya. Saya tertarik juga apapun lah kerjanya mah," kata kepada detikJabar, belum lama ini.

Menjadi penderes tak hanya dibutuhkan nyali. Seseorang harus ahli dalam memanjat pohon, memilih dan memetik kelapa, serta kehati-hatian. Jika lengah sedikit, nyawa taruhannya.

ADVERTISEMENT

"Tak sedikit juga yang jatuh dari atas pohon patah tulang hingga meninggal dunia. Naik pohon kelapa itu perlu tenaga kuat, karena yang dipakai tangan dan kaki untuk memanjat," ucapnya.

"Karena kan tangan kiri pegangan, kaki melilit di pohon, sementara yang kanan memotong kelapa dengan golok. Itu mah tergantung medan, kalau bisa dipetik tangan pakai tangan, kalau sulit ditebas pakai golok," sambungnya.

Solihin bercerita jika dia sempat mengalami insiden tragis yaitu jatuh dari pohon kelapa dan nyaris merenggut nyawanya. Dia terjatuh dari ketinggian 7 meter.

"Wah pernah cukup parah terpeleset dari pohon, tapi untungnya sanggup memegang pohon kelapa, jadi hanya dagu dan dada yang terbentur hingga memar. Tangan dan rusuk tulangnya cedera parah," katanya.

Bicara soal penghasilan Solih mengaku sedikit malu. Namun pendapatannya sanggup memenuhi kebutuhan sehari-hari. "Sehari dari puluhan pohon ada yang ngasih Rp Rp 15 ribu hingga Rp 100 ribu tergantung jumlah buah kelapanya," kata dia.

"Lumayan aja lah kang, cukup buat makan keluarga," katanya.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads