Tahapan penerimaan peserta didik baru (PPDB) Kota Bandung telah selesai digelar. Tapi, PPDB Kota Bandung masih dibuka untuk beberapa sekolah yang masih kekurangan pendaftar.
Dilihat detikJabar pada laman resmi PPDB Kota Bandung 2022, ppdb.bandung.go.id, Selasa (11/7/2023) masih ada sekolah yang kekurangan siswa baru. Setidaknya ada tujuh Sekolah Dasar (SD) Negeri dari 274 SD di Bandung yang masih kekurangan siswa.
Salah satu sekolah dengan siswa pendaftar paling sedikit yakni SDN 010 Cidadap yang hanya diisi oleh dua siswa baru. Keduanya mendaftar dari jalur zonasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal dalam laman PPDB terlihat sekolah yang beralamat di Jl Dr Setiabudhi No 234, Ledeng, Cidadap RT 2 RW 1, Kota Bandung tersebut punya kuota total 28 calon siswa baru, semuanya dari jalur zonasi.
Saat dikonfirmasi soal hal ini, Kepala Sekolah SDN 010 Cidadap Eti Sulastri membenarkan bahwa siswa pendaftar online hanya dua orang. Namun, ia menyebut sekolahnya juga membuka pendaftaran offline, sehingga dipastikan ada 10 anak yang diterima di SD tersebut.
"Di SDN 010 Cidadap yang online itu masuk dua orang, sementara yang offline ada 8 orang. Jadi total ada 10 pendaftar, sebetulnya ini juga masih kurang," kata Eti dihubungi detikJabar via telepon.
Eti mengatakan, penyebab pendaftar lebih banyak via offline dikarenakan pendaftar mayoritas status sosialnya menengah kebawah, sehingga ada kendala pada dokumen.
Nantinya, pihak SDN 010 Cidadap yang akan menginput ke dalam sistem, para siswa yang sudah diterima di SD tersebut
"Lebih banyak offline karena biasanya kendala dokumen. Kadang akta ada yang belum selesai, Kartu Keluarga (KK)-nya, kebetulan status ekonomi menengah kebawah jadi dokumen anak kadang kurang diperhatikan. Jadi kami buat offline supaya bisa masuk gitu ke kami," ujarnya.
Kata dia, minimnya pendaftar karena kurangnya anak usia sekolah di lingkungan tersebut. Meskipun warga yang mendaftar memiliki kelas ekonomi menengah ke bawah, tapi menurut Eti warga sekitar punya kesadaran untuk menyekolahkan anak mereka.
"Kami juga sudah koordinasi dengan pejabat setempat Lurah, RT, RW, kebetulan disini sekolah dengan lingkungan letaknya berdekatan. Tapi lingkungan di sini kebetulan penduduknya sedikit, jadi anak usia sekolah juga sedikit. Kalau dalam bersekolah mah masyarakatnya peduli gitu," ucap Eti.
(aau/tey)