Pantauan detikJabar di lokasi, warga mulai berbondong-bondong datang ke Lapangan Lodaya sejak pukul 06.00 wib. Gema takbir pun berkumandang sejak sebelum warga memenuhi lokasi Lapangan Lodaya. Barulah sekitar pukul 06.45, salat Idul Adha dimulai.
Sani Sonjaya selaku Sekretaris Masjid Mujahidin Bandung mengatakan, salat Idul Adha di Lapangan Lodaya ini diikuti sekitar 3.000-an warga Muhammadiyah yang berasal dari Bandung Raya.
"Alhamdulillah salat Idul Adha berjalan lancar. Tadi jamaah sekitar 3.000-4.000 orang," kata Sani saat diwawancarai.
"Tadi dari Cicalengka, Lembang, Rancaekek, Cimahi, dari Bandung Raya intinya," ujar dia menambahkan.
Sani menuturkan, kutban salat Idul Adha kali ini mengangkat tema tentang keutamaan dan hikmah berkurban. Masjid Mujahidin sendiri akan berkurban sebanyak 12 ekor sapi dan 15 ekor domba.
Menurutnya, ada 26 titik pelaksanaan salat Idul Adha yang digelar oleh Pimpinan Cabang Muhamadiyah di Kota Bandung. "Salat Idul Adha 26 titik di kota bandung di pimpinan cabang Muhammadiyah tingkat kecamatan," tandasnya.
Salat Id Muhammadiyah di Bandung Timur
Suasana khusyuk yang sama terasa juga di Halaman Universitas Muhammadiyah Bandung (UMB), Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung yang menjadi titik salat Id bagi warga Muhammadiyah di kawasan Bandung Timur
Sekitar seribu jemaah yang datang melaksanakan salat Id di lokasi ini. Mereka datang dari wilayah sekitar Bandung Timur seperti Panyileukan, Gedebage, Cibiru hingga ada juga jemaah yang datang dari Cileunyi, Kabupaten Bandung.
Salah satu warga Cibiru, Rian (28) mengatakan dia mendatangi UMB untuk menunaikan salat id. Dia salat id di UMB karena dekat dari rumahnya.
"Dekat dari rumah, pakai motor ga sampai 5 menit, Lebaran kemarin juga salat id nya di sini," kata Rian.
Pelaksanaan salat id di UMB dipimpin langsung oleh khotib sekaligus imam Dr. Hendar Riyadi M.Ag yang merupakan Wakil Rektor I UMB.
Dalam kutbahnya, Riyadi mengatakan, ibadah kurban sudah diajarkan oleh Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Ismail. Kepada para jemaah, penting kiranya mengingat keteladanan keduanya.
"Sesungguhnya berikan dampak luas bukan hanya pada kecerdasan intelektual, akal pikiran, tapi juga meneladani kecerdasan ihsani. Gabungan antara spiritual dan emosional," katanya.
Menurut Riyadi, ada hal penting yang dapat diteladani dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Pertama, yakni Nabi Ibrahim merupakan sosok nabi yang memiliki kedalaman spiritual tinggi sehingga bisa berkomunikasi dengan tuhannya.
"Semua bentuk persoalan yang dihadapi Nabi Ibrahim. Politik keagamaan ketika masyarakat sembah berhala dan tak perkenankan bayi laki-laki lahir. Maka allah SWT memandu memberikan partisipasi membuka ruang bantuan ke Nabi Ibrahim. Sehingga Nabi Ibrahim bisa selesaikan masalah," ungkapnya.
Nabi Ibrahim juga pernah dihukum bara api besar dan inilah makna kedalaman spiritualitas yang pembelajaran hilang dan keteladanan itu harus dicontoh.
"Anak-anak memang jadi cerdas, dispilin bahkan anak kecil bisa mainkan gadget tapi kepintaran itu, kreativitas itu, minus dari kedalaman spiritualitas akhirnya banyak penyimpangan di keluarga maupun masyarkart luas," ujarnya.
"Pelajaran kedua Nabi Ibrahim adalah memiliki kedalaman intelektualitasnya. Bagaimana sejak kecil sudah tertarik pencarian kebenaran, utamanya dalam menemukan tuhannya. Nabi Ibrahim melihat bulan, bintang, matahari, tapi semua tenggelam dan nabi merenungkan yang yenggelam tak mungkin jadi pegangan. Dengan refleksi dan kontemplasi mendalam menemukan tuhan hakiki," jelasnya.
Riyadi menilai, hari ini memang banyak anak disiplin dan kreatif tapi minus dalam intelektualitasnya. Tingkat baca Indonesia rendah hanya 1 dari 1000 orang. Idul Adha diharapkan menjadi pengembangan kecendikiaan.
"Ketiga pembelajaran Nabi Ibrahim dengan keteguhan iman dan kecerdasan emosional. Berhasil selesaikan ujian berat termasuk ujian berat teladani sampai sekarang penyembelihan putranya yanh digantikan domba besar," pungkasnya.
(bba/tey)