Pria berkacamata ini punya misi besar, yakni membawa perdamaian. Semasa kecil, pria kelahiran 28 Februari 1977 tersebut hidup dengan lingkungan suku yang beragam dan agama yang berbeda.
Batinnya terkejut saat kerusuhan terjadi pada Mei 1998. Kala itu ia masih duduk di bangku kuliah. Kerusuhan begitu kontras dengan memori yang dia alami semasa kecil.
Sejak tragedi itu, ia bertekad mewujudkan mimpinya membawa perdamaian. Ia pun mulai mengkampanyekan Gerakan Anti Kekerasan. Hingga pada tahun 2007 ia dan Eric Lincoln, temannya yang berasal dari Amerika membuat komunitas di bidang perdamaian, bernama Peace Generation.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peace Generation melanjutkan perjuangan yang sudah dimulainya sejak tahun 1998. Komunitas ini mengajarkan tentang perdamaian ke anak-anak muda.
Mereka berdua sepakat untuk menyebarkan perdamaian dengan cara yang unik melalui media interaktif dan kreatif. Pertama, mereka membuat sebuah buku atau modul 12 nilai dasar perdamaian yang diyakini untuk diterapkan ke anak-anak muda.
Gerakannya tidak langsung diterima baik oleh masyarakat. Terlebih keduanya mempunyai agama yang berbeda. Pria asal Cibereum Bandung itu sempat dianggap Kristenisasi, sebaliknya Eric justru dianggap Islamisasi.
Tapi kesabarannya membuahkan hasil. Keberhasilannya dalam menyebarkan perdamaian dengan cara yang mudah diterima itu dirasakan hingga ke Malaysia, Thailand dan Filipina, bahkan menyentuh konflik di Matawi.
Keduanya sebagai pendiri komunitas Peace Generation pun melebarkan sayapnya dengan membentuk Agent of Peace di seluruh pelosok Indonesia. Bahkan ada sekitar 50 ribu orang yang sudah menjangkau dan menyerap modul (buku) tersebut dengan berbagai versinya dan 10 ribu Agent of Peace yang sudah mereka latih.
Kini, modul tersebut telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, di antaranya adalah Tagalog, Inggris, Melayu, dan Aceh. Tak hanya dalam versi Islam, modul tersebut juga sudah tersedia dalam versi Kristen dan Budha.
Dari organisasi tersebut, dia dan Eric ingin memperlihatkan bahwa perdamaian datang dari agama. Bagi peraih Kick Andy Heroes 2021 ini, perdamaian harus diajarkan sejak dini, sebab prasangka pun diajarkan.
Pendiri Peacesantren Welas Asih yang terletak di Garut ini pernah berpesan, pendidikan perdamaian harus ditanam dalam waktu yang lama, harus sabar, dan menikmati prosesnya agar terlihat hasilnya. Berkat langkahnya, laki-laki berkacamata dan selalu bertopi ini bahkan dijuluki sebagai Kyai Perdamaian.
Dampak semangatnya membuat tim detikcom dan detikJabar memilih pria ini sebagai salah satu pemenang kategori Figur Teladan dalam ajang "detikJabar Awards 2023".
(aau/iqk)