Cegah Krisis Demografis, China Persiapkan Teknologi Reproduksi Bantuan

Kabar Internasional

Cegah Krisis Demografis, China Persiapkan Teknologi Reproduksi Bantuan

Tim detikHealth - detikJabar
Selasa, 20 Jun 2023 17:00 WIB
Residents wearing masks cross a road in Beijing, Tuesday, Dec. 27, 2022. Companies welcomed Chinas decision to end quarantines for travelers from abroad as an important step to revive slumping business activity while Japan on Tuesday announced restrictions on visitors from the country as infections surge. (AP Photo/Ng Han Guan)
Sitauasi di China (Foto: AP/Ng Han Guan).
Jakarta -

Berbagai cara dilakukan pemerintah Beijing untuk menghadapi krisis demografis di negara mereka. Teranyar mereka bakal membiayai teknologi reproduksi bantuan. Angka kelahiran yang menyusut itu dipicu keengganan warganya memiliki anak.

Dikutip dari detikHealth, pemerintah Beijing mengumumkan bakal membiayai 16 jenis teknologi reproduksi bantuan mulai 1 Juli mendatang. Teknologi tersebut bakal berjalan di bawah sistem kesehatan kota, dengan tujuan mendongkrak angka kelahiran yang menyusut di China.

Wakil Direktur Biro Asuransi Kesehatan Kota Beijing, Du Xin menyebut, beberapa prosedur yang dimaksud dalam 16 layanan asuransi dasar tersebut yakni pemindahan embrio, serta pembekuan dan penyimpanan semen

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Langkah tersebut diambil saat China bergulat untuk membendung penurunan kelahiran, mengingat negaranya baru saja membukukan penurunan populasi pertamanya dalam enam dekade. Jumlah bayi baru lahir turun ke rekor terendah 6,77 per 1.000 orang tahun lalu dan diperkirakan akan terus menurun pada 2023.

Pada Agustus lalu, Komisi Kesehatan Nasional China mengeluarkan panduan kepada provinsi tentang reformasi kebijakan untuk mendukung tingkat kesuburan. Liaoning misalnya, sebuah provinsi di timur laut China pada Mei lalu mengatakan bahwa asuransi tersebut akan mencakup teknologi reproduksi berbantuan mulai 1 Juli.

ADVERTISEMENT

Keputusan Beijing tersebut dikeluarkan menjelang putusan pengadilan untuk Teresa Xu, seorang wanita China berusia 35 tahun yang belum lama ini menggugat rumah sakit umum beijing. Ia menganggap, pihak RS telah melanggar haknya dengan menolak membekukan sel telurnya karena Xu belum menikah.

Prihatin dengan cepatnya penuaan di China, penasihat politik pemerintah pada Maret lalu mengusulkan agar wanita lajang dan belum menikah diberi akses ke layanan pembekuan sel telur dan fertilisasi in vitro (IVF).

Pasalnya, sulit untuk wanita yang belum menikah di China untuk mengakses perawatan kesuburan seperti IVF dan teknologi pembekuan sel telur. Mengingat, peraturan nasional mewajibkan hanya wanita yang sudah menikah yang boleh menjalani prosedur tersebut.

Artikel ini sudah tayang di detikHealth, baca selengkapnya di sini.

(sya/mso)


Hide Ads