Bulan Juni selalu diperingati Bulan Bung Karno. Mengapa bisa begitu? Presiden pertama RI ini lahir dan meninggal di Bulan Juni. Sukarno lahir tanggal 6 Juni 1901 dan meninggal 21 Juni 1970.
Banyak cerita sejarah dari sang Proklamator ini, salah satunya kisah cinta bersama Inggit Garnasih yang disaksikan Gunung Tangkubanparahu.
Gunung Tangkubanparahu yang ada di perbatasan Bandung Barat dan Subang menjadi saksi bisu biduk asmara antara Bung Karno dan Inggit Garnasih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tangkubanparahu menjadi tempat H Sanoesi menyerahkan istrinya Inggit Garnasih kepada Sukarno. Seperti apa kisahnya?
Bung Karno menikahi Inggit Garnasih di Bandung pada 24 Maret 1923. Inggit merupakan perempuan kedua yang pernah menjadi istri Bung Karno.
Sebelum dinikahi presiden pertama Indonesia ini, Inggit merupakan istri seorang saudagar kaya raya asal Bandung bernama Sanoesi.
Bung Karno menikahi Inggit, setelah hubungan pernikahannya dengan Sanoesi resmi bercerai. Namun, saat Inggit dinikahi Bung Karno memiliki cerita cinta yang tak masuk akal. Sebelum mempersunting Inggit, dengan gagah berani Bung Karno meminta restu kepada Sanoesi.
![]() |
Inggit diserahkan dengan legowo oleh Sanoesi kepada Bung Karno. Tak ada drama atau perseteruan bahkan Sanoesi serahkan Inggit secara baik-baik.
Cerita itu bermula dari Gunung Tangkubanparahu. Sanoesi bertemu Sukarno dan menyerahkan Inggit, namun penyerahan Inggit dilakukan tidak cuma-cuma.
Sanoesi memberikan syarat kepada Sukarno jika ingin mempersunting Inggit. Syarat itu berupa perjanjian, Sukarno tidak boleh menyakiti hati dan perasaan Inggit. Jika itu terjadi, Bung Karno harus menyerahkan Inggit kembali kepada Sanoesi.
![]() |
Tito Asmarahadi yang merupakan cucu dari Inggit Garnasih mengisahkan, jauh sebelum Inggit menikah dengan sang Proklamator, Bung Karno pernah numpang tinggal di rumah Sanoesi yang saat itu beristrikan Inggit.
"Betul, Bung Karno titipan HOS Tjokroaminoto. Waktu itu Sukarno sudah menikah dengan Oetari, Sukarno berkuliah di THS yang kini ITB. HOS Tjokroaminoto awalnya minta mencarikan tempat kos, akhirnya Bung Karno tinggal di rumah Sanoesi," kata Tito dijumpai detikJabar di kediamannya di Cibolerang, Kota Bandung, Februari lalu.
Awal Mula Bung Karno Naksir Inggit
Sukarno kepincut dengan paras Inggit kala mengikuti kegiatan Partai Syarikat Islam yang digelar di Surabaya pada kala itu. Itu terjadi sebelum Bung Karno numpang di rumah Sanoesi.
"Sebetulnya Bung Karno sudah naksir sewaktu di Surabaya, ada kegiatan Partai Syarikat islam, di sana bertemunya, lihat Inggit sudah tertarik," kata Tito.
Pandangan dan perasaan Bung Karno terhadap Inggit semakin berbeda kala tinggal bersama dalam satu rumah. "Kebetulan momen tinggal bareng Bu Inggit, hubungan jadi lebih dekat lagi," ucapnya.
Apalagi Sanoesi yang merupakan suami Inggit memiliki banyak kesibukan. Sehingga Inggit merasa sendirian.
"Perhatian ya perhatian, tapi dalam cerita tuh Sanoesi sering main keluar, hobinya main biliar, lebih banyak berkumpul dengan kawan-kawannya, dan sering Bu Inggit ditinggal," tuturnya.
"(Di rumah, Inggit) sering bertemu dengan Sukarno dan terjadilah saling naksir," ucap Tito menambahkan.
Tito menyebut, tahun 1923 Bung Karno meminta Inggit secara langsung kepada Sanoesi, lalu Sanoesi pun menyetujuinya. "Awalnya sudah ada persetujuan dari Sanoesi, (karena) diketahui oleh Sanoesi mereka (Bung Karno dan Inggit) saling suka. Dengan gentle Bung Karno minta kepada Sanoesi untuk menikahi bu Inggit Zaman sekarang nggak mungkin itu terjadi, tapi itu kebesaran jiwa Sanoesi," tuturnya.
"Sanoesi sadar dan tahu, nggak tahu bisa nerawang atau gimana, bahwa Sukarno akan jadi seorang pemimpin, nalurinya begitu. Bung Karno harus didampingi oleh seorang istri, dalam hal ini (Inggit) terpilih, dan itu terjadi perjanjian Bung Karno dengan Sanoesi, dimana keduanya setuju. Sanoesi pun meridakan untuk menceraikan Bu Inggit dan (Inggit) dinikahi Sukarno," ujar Tito.
![]() |
Tito menjelaskan, perjanjian antara Bung Karno dan Sanoesi dilakukan di Gunung Tangkubanparahu. Namun dia tidak tahu persis kapan momen itu terjadi, yang jelas cerita itu ia dengar langsung dari Inggit sewaktu masih hidup.
"Perbincangan itu terjadi sewaktu mereka di Tangkubanparahu, di situ terjadi obrolan dan terjadi persetujuan, tapi dengan syarat bahwa dari Sanoesi apabila dalam 10 bulan Bung Karno menyakiti Ibu Inggit, diwajibkan Bung Karno mengembalikan Inggit kepada Sanoesi," ujar Tito.
(wip/yum)