Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail serta Hikmah Berkurban

Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail serta Hikmah Berkurban

Istawa Faqih Atthoriq - detikJabar
Minggu, 11 Jun 2023 17:00 WIB
Jadwal Buka Puasa Bogor Hari Ini 24 April 2022, Cek di Sini
Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail serta Hikmah Berkurban (Foto: Getty Images/pictafolio)
Bandung -

Ibadah kurban yang selalu dilaksanakan pada hari raya Idul Adha mempunyai kisah dan sejarah yang tidak bisa dilepaskan dari sosok Nabi Ibrahim AS dan anaknya Nabi Ismail AS.

Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail digambarkan melalui Al-Qur'an surah As-Shaffat ayat 99-113 yang dijelaskan melalui Tafsir Ibnu Katsir. Nabi Ibrahim menanti kehamilan dari Siti Sarah, istrinya, namun tak kunjung dikaruniai anak.

Dilansir dari islam.nu.or.id, ketika usia Siti Sarah semakin menua dan menjadi sulit untuk mengandung, Siti Sarah pun meminta kepada Nabi Ibrahim untuk menikahi budak mereka bernama Siti Hajar, dengan harapan Nabi Ibrahim bisa mempunyai anak yang ia inginkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah menikahinya, Siti Hajar akhirnya hamil dan melahirkan seorang anak dengan nama Ismail. Ketika Ismail lahir, Nabi Ibrahim sudah berusia 86 tahun. Nabi Ibrahim mendidik Ismail dengan sangat baik sebagai seorang anak yang saleh. Saat Nabi Ibrahim begitu sayang kepadanya, ia kemudian bermimpi untuk menyembelih dan mengurbankan putra tersayangnya.

Nabi Ibrahim bingung harus bagaimana menyikapi mimpinya, ia tidak langsung membenarkan mimpi tersebut namun tidak juga mengingkarinya. Nabi Ibrahim selalu merenungi dan memohon petunjuk kepada Allah SWT. Setelah tiga malam ia selalu bermimpi sama akhirnya Nabi Ibrahim meyakini dan membenarkan bahwa mimpi tersebut datang dari perintah Allah SWT dan harus dilaksanakan.

ADVERTISEMENT

Nabi Ibrahim pun menyampaikan mimpinya tersebut kepada Ismail, dalam Alqur'an Allah SWT menceritakan kisah tersebut dalam surat As-Saffat 102 :

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى

Artinya, "Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, 'Wahai anakku! Sungguh aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah bagaimana pendapatmu!'" (Surat As-Saffat ayat 102).

Mendengar hal tersebut Ismail menjawab dengan ikhlas dan tegas,

قَالَ ياأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَآءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Artinya, "Dia (Ismail) menjawab, 'Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.'" (Surat As-Saffat ayat 102).

Sebagai nabi yang taat pada perintah Allah SWT, Nabi Ibrahim dan Ismail melakukan apa yang telah Allah SWT tetapkan kepadanya. Dengan mata yang berlinang air mata, Nabi Ibrahim pun membawa Ismail ke Mina dan membaringkannya. Pada saat-saat momen kesedihan tersebut Ismail mengatakan kepada ayahnya untuk senantiasa iklhas dan yakin terhadap perintah Allah SWT.

Setelah pisau sudah berada di leher Ismail, namun keajaiban datang dari Allah SWT. Berkali-kali pisau tersebut tidak melukai Ismail dan tidak meninggalkan luka sedikit pun. Saat itulah Allah SWT menurunkan firmanya sekaligus menjawab berbagai pertanyaan Nabi Ibrahim. Allah SWT menjawabnya melalui Surah As-Saffat ayat 104-108 yang berbunyi :

وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلاءُ الْمُبِينُ وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ.

Artinya, "Lalu Kami panggil dia, 'Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.' Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sungguh ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian," (Surat As-Saffat ayat 104-108).

Hikmah Berkurban dari Kisah Nabi Ibrahim

Ada beberapa hikmah yang bisa diambil dari kisah Nabi Ibrahim dan Ismail. Berikut hikmahnya dilansir dari situs NU.

Mengutamakan Allah Atas Ego Duniawi

Pengorbanan Nabi Ibrahim menjadi kisah yang membuktikan bahwa perintah yang datang dari Allah SWT akan berakhir dengan hikmah serta kebahagiaan yang lebih baik. Sebagai seorang ayah yang mencintai anaknya yang berbakti serta soleh tentu berat bagi Ibrahim untuk mengurbankan Ismail. Dalam kisah tersebut jika saja ego duniawi yang dimiliki Nabi Ibrahim yakni kecintaanya terhadap Ismail ia pertahankan dan meminta kepada Allah SWT untuk membatalkan perintahnya maka ia tidak akan melihat kekuasaan dan keagungan Allah SWT.

Belajar Meningkatkan Keikhlasan

Nabi Ibrahim dan Ismail menunjukkan keikhlasan yang sangat luar biasa, keduanya mampu melampai maqom ikhlas. Nabi Ibrahim rela mengorbankan anaknya untuk Allah. Begitupun Nabi Ismail yang rela disembelih untuk menaati perintah Allah SWT, padahal waktu itu usianya masih sangat muda.

Orang Tua yang Berhasil Menjadi Teladan bagi Anak

Nabi Ibrahim merupakan orang tua yang amanah, dapat diandalkan serta penuh kasih sayang. Hal inilah yang akhirnya juga membentuk kepribadian Ismail untuk menuruti segala perintah dari ayahnya. Dengan sosok Nabi Ibrahim yang tidak pernah mengecewakan anaknya serta selalu mendidik dengan ajaran Islam. Alhasil membuat Ismail sangat meneladani ayahnya tersebut bahkan juga mengidolakannya. Hal ini menjadi pelajaran bahwa sebagai orang tua harus bisa menjadi role model yang baik bagi anak.

Demikian kisah Nabi Ibrahim dan Ismail beserta hikmah berkurban, semoga menjadi inspirasi.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads