Ini Alasan di Balik Tren Gen Z Amerika Tinggalkan Smartphone

Ini Alasan di Balik Tren Gen Z Amerika Tinggalkan Smartphone

Tim detikEdu - detikJabar
Senin, 05 Jun 2023 02:00 WIB
SHANGHAI, CHINA - APRIL 15, 2023 - Photo taken on April 15, 2023 shows Tiktok, the overseas version of Douyin, Editing software CapCut, the overseas version of Tiktok, Shein, the cross-border fast fashion retailer, and Temu, the cross-border e-commerce platform of Pin-duo, installed on a smartphone in Shanghai, China. These four overseas apps from Chinese companies occupied the top four spots on the mobile APP download charts in the US in March. (Photo credit should read CFOTO/Future Publishing via Getty Images)
Ilustrasi tren meninggalkan smartphone (Foto: Future Publishing via Getty Imag/Future Publishing)
Bandung -

Di zaman ini, handphone sudah menjadi peralatan yang tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan sehari-hari. Mulai dari mencari informasi, berbagi konten foto atau video hingga urusan pekerjaan dan percintaan atau hiburan.

Apalagi untuk kalangan Gen Z, mereka sedari kecil tumbuh bersama smartphone sehingga ketergantungan pada smartphone jadi lebih tinggi dibanding generasi lainnya. Mereka yang tergolong Gen Z yakni generasi yang lahir pada tahun 1997 sampai 2012.

Tapi yang menarik, Gen Z di Amerikan baru-bari ini melakukan tren unik meninggalkan smartphone dan pindah ke hanpdhone jadul.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa alasannya?

Handphone 'jadul' dengan fitur yang hanya bisa untuk menelpon dan kirim pesan menjadi pilihan bagi generasi Gen Z di Amerika dan kini menjadi tren yang cukup banyak diikuti.

ADVERTISEMENT

Tren ini mulai dilakukan untuk meminimalisir kecanduan dan memaksimalkan interaksi sosial secara langsung di lingkup pertemanan.

Tren ini juga dilatarbelakangi oleh data bahwa smartphone dan media sosial turut bersanding dengan tingkat depresi di kalangan remaja, kata para psikolog.

Menurut Administrasi Layanan Penyalahgunaan Zat dan Kesehatan Mental, yang merupakan bagian dari Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS, mulai 2004 hingga tahun 2019 tingkat depresi remaja meningkat hampir dua kali lipat.

Karena alasan utykah tren beralih ke HP 'jadul' mulai menjalar di kalangan Gen Z Amerika Serikat. Salah satu pengikut tren ini, Sammy Palazzolo, (18 tahun), mahasiswi baru di University of Illinois Urbana-Champaign mengatakan kini ia memiliki rutinitas baru dengan ponselnya saat dia keluar malam bersama teman-temannya.

Ia dan teman-teman saling menghubungi satu sama lain hanya melalui ponsel flip 'jadul' dan memotret meski dengan kamera yang kualitasnya tak secanggih kamera kebanyakan.

Tren meninggalkan smartphone ini kemudian mulai dikenalkan ke sesama mahasiswa dan mengajak generasi mereka untuk beralih ke HP jadul.

Tanggapan Psikolog Unair

Mengenai fenomena Gen Z di AS ini, dosen Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Prof Dr Nurul Hartini SPsi M Kes memberikan tanggapannya.

Prof Nurul pun setuju bila fenomena ini dilakukan agar terhindar dari gangguan yang timbul akibat smartphone. Memang, penggunaan smartphone bisa memberikan dampak positif dan negatif.

Dampak positif berupa kemudahan komunikasi dan mengakses informasi yang tidak terbatas. Namun, di balik itu ada dampak negatif yang membuat seseorang kecanduan yang berakibat buruk pada fisik atau mental.

Akibat Kecanduan Smartphone

Seperti yang diungkapkan para Gen Z ketika berhenti menggunakan smartphone adalah untuk menjaga kesehatan mental mereka. Selain itu, Prof Nurul mengatakan smartphone dapat berdampak buruk pada fisik, gangguan penglihatan hingga gangguan motorik.

Dari sisi mental, dampak dari kecanduan smartphone dapat menimbulkan gangguan kognitif dan merusak kestabilan emosi khususnya pada anak-anak dan remaja.

Hal ini menyebabkan seseorang mudah marah, padahal sumber yang menyebabkan kemarahan itu berasal dari smartphone.

"Sumber-sumber marah dan sumber-sumber agresi dapat berasal dari sarana prasarana yang seharusnya bisa membantu menjadi lebih cerdas," ungkap Prof Nurul dalam situs Unair.

Selain itu, smartphone juga dapat mengganggu aktivitas sosial seseorang. Contohnya, seseorang bisa menjadi pribadi yang tertutup dan kurang melakukan interaksi sosial sehingga kesulitan ketika harus bergaul dengan teman sebayanya.

Saran Psikolog Unair

Untuk menghindari fenomena kecanduan smartphone pada anak, perlu dilakukannya evaluasi secara kualitas dan kuantitas tentang smartphone. Contohnya, orang tua bisa menjalankan aplikasi apa yang bisa diakses pada smartphone yang bisa memberikan manfaat kepada diri sendiri.

Namun, bila pada akhirnya hasil evaluasi tersebut menjelaskan penggunaan smartphone berdampak buruk. Contohnya ternyata menyebabkan penurunan motivasi dalam belajar, penggunaannya harus dikurangi.

Prof Nurul menyampaikan bahwa jika penggunaan smartphone sesuai dengan porsi dan kebutuhan akan memiliki banyak manfaat. sebaliknya, smartphone bisa membantu meningkatkan kemampuan kognitif pada anak-anak.

"Kalau kita bisa membatasi kedalaman kita sesuai dengan apa yang kita butuhkan, pastinya tidak akan menimbulkan kerugian atau gangguan," ungkapnya.


Tulisan ini sebelumnya telah tayang di detikEdu dengan judul "Ramai-ramai Gen Z Amerika Lakukan Tren Tinggalkan Smartphone, Apa Alasannya?". Baca artikel aslinya di sini.




(tey/tey)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads