Bagas Permana (22), mahasiswa tingkat akhir Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) sentil isu maraknya perceraian lewat media film. Pada Senin (29/5/2023) kemarin ia baru saja menggelar screening film pendek fiksi based on true story berjudul Tresna di Auditorium Bandung Creative Hub, Jalan Laswi Kota Bandung.
Film pendek berdurasi 24 menit karya Bagas tersebut menceritakan tentang pasangan yang telah menjalani pernikahan selama 57 tahun dengan berbagai rintangan dan halangan namun tetap setia dalam memegang teguh pernikahan meski sang istri menderita penyakit Alzheimer.
Melalui film ini Bagas sebagai sutradara ingin menyampaikan pesan mengenai hubungan, khususnya hubungan pernikahan. Menurut hasil risetnya, pada masa kini pernikahan banyak berakhir dengan perceraian dan KDRT.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi latar belakang film ini tuh berasal dari keresahan pribadi aku mengenai stigma hubungan, khususnya pernikahan zaman sekarang. Sekarang kan lagi marak tuh kasus perceraian, perselingkuhan, terus juga KDRT. Nah berdasarkan itu aku bertanya lah ke diri aku sendiri, apa masih ada nih, pasangan yang bisa bertahan sampai tua di pernikahan itu ? lalu kemudian aku bertemu lah sama eyang Salamun dan Eyang putri," Kata Bagas saat ditemui detikJabar pada (31/05/2023).
Yang menarik dari film ini, Bagas tidak secara langsung mengajarkan bagaimana kiat-kiat menjaga hubungan yang baik. Namun, ia berfokus mengajak penonton untuk melihat indahnya mempertahankan pernikahan melalui kisah hidup eyang Salamun dan eyang Putri.
Melalui visual yang dibumbui dengan tambahan animasi, Bagas berhasil membuat penonton film ini seolah-olah ikut menjadi bagian dari kisah cinta Salamun dan Putri, hal ini dikatakan oleh salah satu penonton yakni Ilham (23) menurutnya isu dari film ini mungkin sederhana namun penyampaian pesannya sangatlah terasa.
"Isunya mungkin sudah sering dibahas di berbagai film layar lebar, tapi penyampaian dari film ini yang menurut aku jadi media yang terasa bagi siapapun yang menontonnya," ungkap Ilham.
Kepada detikJabar Bagas menceritakan alasan ia menambahkan element animasi dalam film tugas akhirnya. Menurut Bagas ketika memilih menggunakan animasi ia sudah mempertimbangkannya dengan matang, latar waktu dalam film Tresna sendiri memang banyak mengambil tahun 70-an.
"Nah animasi itu sebagai visualisasi untuk memperjelas kisah balik bagi dua karakter itu. Karena di film inikan latar tahunnya banyak, kita banyak flashback dan aku rasa sayang banget kisah romantis mereka berdua engga di masukin ke film ini, sebenarnya kita memakai pendekatan yang biasa saja, namun akhirnya kita memutuskan menambahkan animasi karena lebih menarik secara visual," tambah Bagas.
Selain itu, Silmi (22) sebagai produser berharap film ini bisa terus berlayar untuk membawa pesan motivasi bagi siapa saja yang ingin mempertahankan dan mensyukuri hubungan mereka.
"Kalau dari aku sih yah, sebagai kacamata produser tentunya berharap film ini dapat terus sampai ke hati penontonnya, ngeliatin bagaimana indahnya menjaga hubungan khususnya pernikahan," tutup Silmi.
(tya/tey)