Isu transaksional dalam proses rekrutmen anggota KPU dan Bawaslu di daerah diungkap Ketua Komisi II DPR Ahmad Doli Kurnia. Doli mengungkapkan jika dirinya mendapat sejumlah laporan soal isu dalam proses rekrutmen yang salah satunya soal transaksi.
Menanggapi hal itu, Ketua Tim Seleksi (Timsel) Bawaslu Jabar Rafih Sri Wulandari mengatakan jika isu soal transaksional dalam proses rekrutmen anggota tersebut telah meresahkan dan mencoreng proses seleksi yang telah dilalui pihaknya.
Rafih memastikan, proses rekrutmen anggota Bawaslu Jabar yang saat ini yang sudah mengerucut ke 14 nama, dilakukan tanpa adanya proses transaksional seperti apa yang dirumorkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Amarah Tak Terbendung Desta |
"Terkait transaksional itu cukup meresahkan dan mencoreng kalau melihat proses yang kita lalui. Saya ketua Timsel Bawaslu Jabar, dari awal tugas kami mengusulkan 14 nama, sejauh ini kami tidak ada proses transaksional yang dikhawatirkan," kata Rafih saat dikonfirmasi detikJabar melalui sambungan telepon, Rabu (31/5/2023).
Rafih mengungkapkan jika posisi komisioner Bawaslu seperti di tingkat provinsi merupakan posisi yang banyak 'diincar'. Karena itulah, bukan tidak mungkin mereka yang ingin menjadi anggota melalukan upaya di luar ketentuan.
"Karena mungkin banyak orang yang berkepentingan, apalagi tingkat provinsi ya, itu kan posisi yang cukup seksi. Tapi saya jamin kalau melihat proses di wilayah yang kebetulan saya di Provinsi Jabar, bersih dan sesuai dengan aturan kebijakan, undang-undang juga pedoman," tegasnya.
"Sebelum kami berproses tentu kami ikut dalam proses bintek dan di situ diingatkan hal yang dikhawatirkan terkait kepentingan peserta melalui jalur khusus. Saya dan rekan timsel menentang kalau ada yang tidak sesuai dengan kebijakan," ujarnya menambahkan.
Dia juga menuturkan, dari awal tahapan seleksi calon anggota Bawaslu Jabar, tim seleksi sudah menutup kemungkinan adanya upaya transaksional. Sebab selain melanggar ketentuan, tim seleksi yang mayoritas merupakan akademisi tak ingin namanya tercoreng.
"Pada proses kami di provinsi karena sudah di close dari awal dan sudah saya tekankan ke teman-teman, jangan sampai mencederai kita karena kan kita berpikir karir, karena rata-rata kami akademisi dan tentunya akan diperhatikan oleh masyarakat sehingga tidak mau merusak karir kami," jelasnya.
Menanti Warna Baru Bawaslu Jabar
Rafih juga memaparkan soal tahapan seleksi calon Komisioner Bawaslu Jabar yang saat ini sudah diumumkan 14 nama kandidat yang dinyatakan lulus ke tahap selanjutnya.
14 nama tersebut dijaring dari 28 nama yang sebelumnya menjalani tes kesehatan dan wawancara. Para kandidat ini nantinya bakal mengikuti uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) langsung oleh Bawaslu RI.
"Proses kami sudah selesai sudah rampung kami hanya mengantarkan 14 nama terbaik dari proses yang cukup panjang. Terakhir pleno dari hasil wawancara dan kesehatan, sebelumnya cat psikologi selalu tersaring," paparnya.
Dia mengungkapkan jika minat masyarakat untuk mendaftar jadi calon komisioner Bawaslu Jabar terbilang cukup tinggi. Tercatat 209 mendaftar di awal tahapan seleksi. Jumlah ini kata Rafih lebih tinggi dari provinsi lain dan juga periode sebelumnya.
Rafih meyakini jika Bawaslu Jabar periode selanjutnya bakal memiliki warna baru. Sebab dari 14 nama yang bakal mengikuti uji kepatutan nanti, hanya satu nama yang merupakan incumbent.
"Kayaknya banyak warna baru karena incumbent kemarin yang lolos cuma satu, relatif masih muda. Mudah-mudahan dengan yang masih muda, memberikan warna tersendiri untuk Bawaslu Jabar. Saya jamin berkualitas, cerdas," tandasnya.
(bba/iqk)