Kronologi Insiden Kekerasan di SMAN 1 Kota Tasikmalaya

Kronologi Insiden Kekerasan di SMAN 1 Kota Tasikmalaya

Faizal Amiruddin - detikJabar
Senin, 22 Mei 2023 19:19 WIB
Ilustrasi memukul
Ilustrasi kekerasan. (Foto: Getty Images/iStockphoto/nito100)
Tasikmalaya -

Kasus kekerasan terhadap siswi SMAN 1 Kota Tasikmalaya mencuat. Korban dianiaya oleh teman sekolahnya hingga mengalami luka pada pelipis mata sebelah kiri dan lebam pada tiga titik bagian tubuhnya.

Kepala SMA Negeri 1 Kota Tasikmalaya Yonandi kejadian kekerasan atau pertengkaran itu terjadi Selasa (16/5/2023) siang, tepatnya saat pergantian jam pelajaran. Guru yang hendak mengajar di kelas XI itu kebelet dan meninggalkan kelas.

Saat itu siswa inisial F, iseng melempar butiran kerikil ke siswa A (pelaku). Sekali, dua kali, A masih sabar. Tapi kali ketiga A berdiri dan menghampiri F. Cekcok terjadi, F memukul dan dibalas pukulan oleh A.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selanjutnya datang siswa AG ikut dalam keributan itu. Siswa AG ikut memukul serta mendorong A. Dorongan membuat A oleng terjatuh, namun sebelum terjatuh dia meraih mulut AG, sehingga mulut AG luka dan berdarah.

Keributan di dalam kelas itu belum berakhir, datang siswi Z (korban) menghampiri A. Siswi Z pada intinya membela siswa F dan siswa AG. Siswa A emosi dengan sikap siswi Z itu. Dia kemudian menoyor Z hingga pelipisnya membentur tembok dan berdarah.

ADVERTISEMENT

"Jadi tidak dipukul, tapi refleks mendorong dan siswi Z membentur tembok sehingga pelipisnya berdarah," kata Yonandi, Senin (22/5/2023).

Terkait adegan antara siswa A dan siswi Z ini, penjelasan pihak sekolah berbeda dengan hasil penyelidikan polisi. Penjelasan polisi, siswa A sempat menarik kerudung dan memukul siswi Z sebelum akhirnya pelipisnya membentur ujung tembok.

Setelah guru kembali dari toilet, dia kaget mendapati dua anak didiknya luka berdarah-darah. Pihak sekolah kemudian membawa anak-anak yang terlibat ke ruangan bimbingan konseling.

Sementara siswi Z dan siswa AG yang mengalami luka robek dibawa ke RSUD dr Soekadjo untuk mendapatkan perawatan medis.

"Yang luka di bawa ke UGD, lukanya dijahit. Besoknya langsung didamaikan di Polres Tasikmalaya," jelas Yonandi.

Ortu Siswa Pelaku Kekerasan Bukan Pejabat

Yonandi menegaskan orang tua siswa pelaku kekerasan terhadap teman sekelasnya, bukan merupakan pejabat. Bantahan ini disampaikan Yonandi berkaitan dengan narasi di media sosial yang menyebut orang tua pelaku merupakan pejabat di Inspektorat Jenderal Kemendikbud.

"Bukan pejabat Kemendikbud, tapi memang ASN yang bertugas di Balai Besar Guru Penggerak Provinsi Jawa Barat," kata Yonandi.

Senada dengan polisi, Yonandi juga mengatakan perkara kekerasan berlatar cekcok anak didiknya sudah selesai difasilitasi Polres Tasikmalaya Kota pada Rabu (17/5/2023).

Yang menjadi pemantik justru kejadian pada Jumat (19/5/2023), ketika orang tua pelaku datang ke sekolah. Saat proses mediasi, orang tua pelaku itu memang tidak sempat hadir.

"Poin pentingnya bahwa kami pihak sekolah tidak mengundang dan tidak berniat menggelar pertemuan di hari Jumat. Orang tua pelaku datang untuk meminta maaf, karena tak sempat hadir pada mediasi," tutur Yonandi.

Kemudian semua anak dipertemukan dengan orang tua pelaku. Akibat pertemuan itu terjadi kesalahpahaman. Pihak korban menilai orang tua pelaku melakukan intimidasi, sehingga memilih membagikannya ke media sosial dan viral.

"Kalau menurut kami bukan intimidasi. Mungkin ada ucapan yang kurang pas, bahwa orang tua ini kenal dengan Inspektorat Jenderal Kemendikbud," kata Yonandi.

Namun demikian Yonandi mengatakan saat ini permasalahan sudah selesai. Kemendikbud serta para pihak terkait melakukan pertemuan virtual siang tadi, hasilnya semua pihak sudah saling memaafkan.

"Sudah selesai, sudah saling memaafkan. Kata kuncinya bahwa kita semua sepakat bahwa masa depan anak-anak harus dijaga," ucap Yonandi.

Selain itu suasana kelas juga sudah kondusif, anak-anak yang terlibat sudah belajar seperti biasa, seolah tak terjadi apa-apa. "Di kelas sudah normal, anak-anak malah sudah seperti tak terjadi apa-apa," pungkas Yonandi.

Pihak sekolah juga tidak memberikan sanksi terhadap siswa-siswi yang terlibat. Menurut Yonandi kegaduhan masalah ini sudah cukup menjadi sanksi bagi anak-anak tersebut.

(orb/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads