Asal-usul Hari Skizofrenia Sedunia 24 Mei

Asal-usul Hari Skizofrenia Sedunia 24 Mei

Kevin Alfarizky - detikJabar
Selasa, 23 Mei 2023 05:30 WIB
Ilustrasi Depresi.
Asal-usul Hari Skizofrenia Sedunia 24 Mei (Foto: Gadiel Lazcano/Unsplash)
Bandung -

Setiap tanggal 24 Mei diperingati sebagai Hari Skizofrenia Sedunia. Peringatan ini bertujuan untuk memberi pengakuan dan menumbuhkan pemahaman kepada orang-orang yang hidup dengan kondisi tersebut.

National Schizophrenia Foundation mendeklarasikan tanggal 24 Mei sebagai Hari Skizofrenia Sedunia untuk menghormati Dr. Philippe Pinel, dari Prancis, seorang tokoh penting dalam upaya awal untuk memberikan perawatan dan pengobatan yang manusiawi bagi orang dengan gangguan jiwa.

Melansir situs nsfoundation.org, skizofrenia merupakan gangguan mental yang memengaruhi cara seseorang berpikir, merasa, dan bertindak. Gangguan ini ditandai dengan perubahan perilaku, pola pikir, dan emosi. Skizofrenia adalah gangguan mental kompleks yang mempengaruhi sekitar 1% populasi di seluruh dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Orang dengan skizofrenia sering mengalami halusinasi, delusi, dan pemikiran yang tidak teratur. Halusinasi adalah persepsi yang salah tentang peristiwa atau orang, sedangkan delusi adalah keyakinan yang salah yang dipegang oleh orang tersebut meskipun ada bukti yang bertentangan dan pemikiran yang tidak teratur melibatkan kesulitan dalam mengorganisir pikiran dan mengekspresikannya.

Meskipun sikap terhadap penyakit mental telah berubah dalam beberapa tahun terakhir, dengan semakin banyak orang yang terbuka tentang perjuangan mereka dengan gangguan seperti depresi atau kecemasan, masih banyak kebingungan dan kurangnya edukasi mengenai skizofrenia.

ADVERTISEMENT

Menurut Banyan Mental Health, sebagian besar penggambaran skizofrenia di media, orang yang menderita tersebut sering dianggap "gila" atau "psikotik". Selain itu, banyak orang percaya bahwa skizofrenia sama dengan gangguan kepribadian ganda karena istilah ini berarti schizo (terbelah) dan phren (pikiran).

Namun, psikiater Swiss Eugen Bleuler pertama kali menggunakan istilah 'skizofrenia' pada tahun 1911 untuk menekankan kebingungan mental dan keadaan terfragmentasi yang dialami oleh banyak orang dengan kondisi tersebut.

Mengutip dari situs resmi World Health Organization (WHO), Gejala skizofrenia ditandai dengan gangguan yang signifikan dalam cara memandang dan perubahan perilaku yang berkaitan dengan halusinasi yang terus-menerus.

Hal tersebut membuat orang memiliki keyakinan tetap bahwa sesuatu itu benar, meskipun ada bukti yang bertentangan. Sehingga orang yang mengalaminya akan terus mendengar, mencium, melihat atau merasakan sesuatu yang tidak ada.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads