Curhat Atlet Kriket Peraih Emas SEA Games 2023, Diabaikan Pemkab Karawang

Curhat Atlet Kriket Peraih Emas SEA Games 2023, Diabaikan Pemkab Karawang

Irvan Maulana - detikJabar
Sabtu, 20 Mei 2023 12:00 WIB
Andriani atlet kriket profesional asal Karawang peraih mendali emas di SEA Games 2023 di Kamboja.
Andriani atlet kriket profesional asal Karawang peraih mendali emas di SEA Games 2023 di Kamboja. (Foto: Irvan Maulana/detikJabar)
Karawang -

Andriani, atlet peraih tiga mendali cabang olahraga kriket pada Sea Games 2023 Kamboja ternyata sering alami kendala saat latihan karena kesulitan ekonomi.

Anin sapaan akrab Andriani, menceritakan, peralatan olah raga kriket termasuk mahal, dan ketiadaan fasilitas seperti lapangan membuat dirinya sedikit terkendala.

"Kendala yah banyak lah, dari alat sendiri itu kan lumayan harganya, tapi Alhamdulillah dengan prestasi saya naik terbantu juga (ekonomi) keluarga," ujar Ani saat ditemui detikJabar, di kediamannya, Desa Belendung, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang, Sabtu (20/5/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Andriani atlet kriket profesional asal Karawang peraih mendali emas di SEA Games 2023 di Kamboja.Andriani atlet kriket profesional asal Karawang peraih mendali emas di SEA Games 2023 di Kamboja. Foto: Irvan Maulana

Ani mengaku tertarik menggeluti olahraga kriket, awalnya karena ada pelatih luar negeri datang ke sekolah, saat dirinya masih duduk di bangku SMA.

"Pertama saya kenal olahraga yah kriket, karena ada pelatih luar yang dateng ke sekolah. Waktu saya kelas V SD, saya tertarik karena ngeliat nya kaya main kasti," kata dia.

ADVERTISEMENT

Selain itu, tingkat kepopuleran olahraga kriket yang dianggap masih minim, juga memicu Ani untuk menggeluti olahraga kriket dalam jangka panjang.

"Karena jarang juga yang main, gak seperti olahraga lain (tidak populer), siapa tau ada peluang (jadi atlet profesional)," imbuhnya.

Sejak kelas V SD, Ani sendiri rutin berolahraga kriket, hanya ada satu-satunya lapangan kriket di Karawang, yakni di SMK swasta yang berlokasi di wilayah Klari.

Sejak mengenal kriket, Ani sering minta diantar ayahnya untuk latihan kriket usai pulang sekolah ke SMK tersebut.

"Di sini ada (lapangan) di SMK Texmaco, hanya satu-satunya, jadi pas pulang sekolah itu minta anter bapak buat latihan. Bapak kan dagang bubur, jadi pas pulang sekolah nyempetin nganter latihan karena kan lumayan jauh dari rumah," ungkapnya.

Gelar juara pertamanya di cabang olahraga kriket diraih Ani kala dirinya masih duduk di bangku SMP, saat itu ia terpilih mewakili sekolah untuk pekan olah raga siswa tingkat nasional dan berhasil meraih juara ketiga.

"Mulai nya pas SMP, tapi kalo terjun ke profesional waktu SMA aja, mulai ikut Porda, terus naik ke PON, nah dari PON sudah pelatnas baru event internasional," paparnya.

Selain dua mendali perak, dan satu mendali emas yang diraihnya pada event Sea Games 2023 di Kamboja, Ani juga tercatat pernah menyumbangkan mendali perak di Sea Games Malaysia, dan Sea Games Filipina.

"Dulu Sea Games juga, di Malaysia dapat perak, di Filipina juga perak. Kalau emas baru pertama kali sekarang, jadi total sudah 5 mendali lah," ungkap Ani.

Meski prestasi yang diraihnya cukup mentereng, namun tak sebanding dengan penghargaan yang didapatnya dari pemerintah, Ani mengaku sampai saat ini keluarganya masih hidup penuh keterbatasan.

"Yah pengennya sih ada (reward) yang berkelanjutan lah, karena kan olahraga ini ada masanya gak mungkin juga juara terus, bapak masih dagang bubur juga," ucapnya.

Ani mengaku setiap event yang dirinya mendapat prestasi, hanya berkisar belasan sampai puluhan juta rupiah bonus yang didapatnya. Dan uang tersebut tak cukup untuk mengcover biaya hidup keluarganya.

"Ada juga sih Alhamdulillah, biasanya dulu pernah Rp15 juta, ada juga dapat bonus Rp20 juta. Tapi kan uang itu hanya membiayai saat itu aja gak ada yang berkelanjutan," katanya.

Terpisah, Nurhali sang ayah mengaku ia sangat bangga dan terharu, serta merasa terbantu ekonomi atas prestasi yang diraih puterinya, mengingat dirinya hanya seorang pedagang bubur keliling.

"Saya hanya tukang bubur mulai jualan itu tahun 1993 hampir 30 tahun, ekonomi saya gini-gini aja," keluh Nurhali.

Ekonomi keluarganya mulai terasa ringan sejak tahun 2017, kala itu Ani mendapatkan prestasi pertamanya dengan meraih mendali perak pada pekan olahraga nasional (PON) 2017.

"Mulai merasa terbantu ya itu di tahun 2017 waktu itu dapat mendali perak di PON. Alhamdulillah merasa terbantu sama Ani," ucapnya.

Sedangkan biaya yang dikeluarkannya untuk mengantar Ani menjadi seorang atlet profesional, terbilang cukup mahal dan tidak mudah.

"Itu lumayan kan dari kelas V SD, setiap berangkat ongkos Rp15 ribu tiap mau latihan ke SMK Texmaco itu," ujarnya.

Selain itu banyak juga keperluan alat kriket yang mesti dibeli Ani, yang dikeluarkan dari kantongnya sendiri, "Beli alat juga kadang dia (Ani) nabung, tapi karena mahal saya tambah. Sedangkan penghasilan kan cuma Rp100 ribu kadang Rp15 ribu sehari, anak saya ada 5," kata dia.

Nurhali mengaku, pemerintah juga belum memperhatikan nasib keluarganya meski Ani sudah mengharumkan nama daerah, dan nama bangsa.

"Belum ada sama sekali, kalau pemerintah daerah itu waktu ke Bandung (PON Jabar) doang ibu Cellica (Bupati) ngasih Rp2,5 juta untuk uang jajan, sama bonus Rp15 juta dapat mendali perak," pungkasnya.




(tya/tey)


Hide Ads