7 Cara Olah Sampah Organik, Bisa dari Rumah!

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Senin, 15 Mei 2023 15:30 WIB
Ilustrasi (Foto: Getty Images/iStockphoto/Daisy-Daisy)
Bandung -

Solusi dari menumpuknya sampah di kota Bandung harus diawali dari kesadaran masyarakat untuk mau memilah dan mengolah sampah dari rumah. Kota Bandung punya program kurangi, pisahkan, dan manfaatkan sampah (Kang Pisman) yang kini menjadi tren gaya hidup.

Seperti kita ketahui, ancaman menggunungnya sampah tiada henti menghantui kota Bandung. Padahal menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), komposisi sampah didominasi oleh sampah organik, seperti sisa makanan. Angkanya tak main-main, yakni mencapai 60% dari total sampah.

Sampah organik nyatanya bisa diselesaikan sendiri di rumah masing-masing. Salah satu cara pengolahan sampah dari rumah yang dikampanyekan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung adalah kompos rumahan.

Banyak metode untuk membuat kompos rumahan. Mengolah sampah organik menjadi kompos bukan hanya dapat mengurangi sebagian besar sampah tapi juga dapat bernilai ekonomis.

Berikut beberapa metode kompos rumahan yang dikenalkan DLH Kota Bandung, dalam keterangan yang diterima detikJabar Senin (15/5/2023):

1. Biopori

Biopori adalah metode kompos yang letaknya di dalam tanah. Biopori dibuat dengan menggunakan pipa paralon dengan diameter 10 cm yang dilubangi kecil-kecil (pori-pori) dan dimasukkan secara vertikal ke dalam tanah sedalam 1 meter.

2. Komposter Karung

Komposter karung adalah salah satu jenis komposter rumahan yang mudah untuk digunakan. Komposter ini cocok untuk yang memiliki banyak sampah organik.

Ukurannya berkisar mulai dari 60-200 liter. Jenis sampah yang dimasukkan lebih baik dari hasil kebun seperti daun, ranting, dan sebagainya. Komposter karung dapat ditaruh diatas tanah, atau diberi alas apabila tidak memiliki lahan (supaya air lindi tidak merembes)

3. Komposter Drum

Komposter ini paling populer dan cocok digunakan di lahan terbatas ataupun dalam ruangan. Komposter drum yakni menggunakan drum plastik (metal) bekas yang dilubangi pada bagian bawah untuk mendapatkan sirkulasi udara (aerob). Jenis komposter ini cocok digunakan di lahan yang sempit atau ruangan indoor, seperti dapur.

4. Komposter Pot atau Gerabah

Jenis komposter ini menggunakan kearifan lokal. Gerabah memiliki sifat yang menghasilkan oksigen sehingga memberikan sirkulasi udara yang lebih baik dibanding memakai plastik. Saat kompos pada gerabah sudah penuh bisa langsung dipanen. Komposter dilakukan dengan membuat lubang di tanah untuk mengubur sampah.

5. Lodong Sesa Dapur (Loseda)

Loseda adalah sebuah pipa atau bambu bediameter sekitar 120 cm yang dipakai untuk wadah membuang sampah sisa dapur. Sampah organik tersebut selanjutnya disiram campuran air cucian beras dan gula merah yang berfungsi sebagai pemercepat pembusukan. Mirip seperti model biopori, metode loseda ini ditanam di kedalaman 30-40 cm.

6. Eco-Enzyme

Eco-Enzyme merupakan larutan/cairan multifungsi yang dihasilkan melalui proses fermentasi dari campuran sisa sampah organik (buah-buahan dan sayuran), gula merah tebu, dan air. Hasil akhir dari Eco Enzyme adlh cairan berwarna kecoklatan dengan aroma asam segar yang bisa digunakan sebagai permbersihan rumah, pupuk, insektisida, dan lain-lain.

7. Keranjang Takakura

Keranjang Takakura pertama kali dikenalkan oleh warga Jepang bernama Koji Takakura. Keranjang ini merupakan wadah untuk membuat kompos (pupuk organik) secara praktis dan mudah.

Seperti namanya, komponen utama dalam cara membuat kompos ini adalah Keranjang. Komposter ini menggunakan keranjang cucian bekas yang berlubang dan dilapisi kardus bekas.



Simak Video "Video: Stop Bakar Sampah Sembarangan! Ada Aturan Hukumnya"

(aau/dir)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork