Ternyata Ini Asal-Usul Kata Keluarga dan Penjelasannya

Ternyata Ini Asal-Usul Kata Keluarga dan Penjelasannya

Shafa Aulia Nursani - detikJabar
Senin, 15 Mei 2023 09:30 WIB
Ilustrasi Keluarga
Ilustrasi keluarga (Foto: Shutterstock)
Bandung -

Setiap individu yang terlahir ke dunia pasti memiliki keluarga. Bagi sebagian orang, keluarga juga bisa dikatakan sebagai orang terdekat.

Keluarga merupakan satuan unit terkecil dalam masyarakat yang diikat oleh hubungan darah. Oleh karena itu, hubungannya cenderung erat dan intim.

Keluarga memiliki fungsi sebagai sistem pendukung, penyemangat yang penting dalam hidup. Keluarga juga merupakan orang yang akan menenangkan saat sedang terpuruk, ataupun ikut bergembira di saat senang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu apa sebenarnya asal-usul dari kata keluarga?

Menurut Ki Hajar Dewantara, kata keluarga terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Jawa, yaitu kawula dan warga. Kawula berarti hamba, dan warga berarti anggota. Sehingga akhirnya keluarga dapat berarti anggota saya.

Hal tersebut dapat dimaknai sebagai setiap anggota dari kawula merupakan satu kesatuan yang utuh sebagai bagian dari dirinya dan dirinya sebagai bagian dari warga atau anggota secara keseluruhan. Jadi setiap anggota dalam keluarga ini mempunyai rasa saling memiliki satu sama lain.

ADVERTISEMENT

Definisi keluarga juga hadir dari sudut pandang Soerjono Soekanto ahli sosiologi Indonesia yang menyatakan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah dan memiliki ikatan darah karena perkawinan. Keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang belum menikah dan disebut sebagai keluarga batih. Keluarga batih ini berperan sebagai unit terkecil di dalam masyarakat yang menjadi wadah pertama bagi manusia untuk berkembang.

Keluarga sejatinya merupakan suatu pemberian atau "the gifted". Tidak ada satupun orang yang bisa memilih dirinya untuk lahir dari rahim siapa. Namun dalam pandangan antropologi, ekonomi-politik, maupun filosofis, keluarga memiliki makna tersendiri.

Keluarga dapat dijadikan sebuah kekuatan untuk produksi maupun politik. Sebab keluarga ini dibutuhkan dalam setiap perubahan sosial, perebutan kekuasaan, pengendalian populasi, hingga penyebaran agama. Keluarga dapat menghasilkan populasi baru yang dapat menimbulkan manfaat dan masalah bagi dunia.

Merujuk teori populasi Robert Malthus yang dikemukakan pada tahun 1798, semakin tingginya tingkat populasi maka akan memunculkan masalah yang serius seperti perebutan makanan dan kesengsaraan penduduk. Namun Karl Marx menolak pernyataan tersebut karena nyatanya jumlah keluarga di dunia akan menentukan tingkat produktivitas.

Terlepas dari perdebatan yang ada, keluarga menjadi suatu entitas terkecil namun kompleks keberadaannya. Setiap orang dalam keluarga memiliki peran masing-masing. Seperti anak yang perlu dukungan orang tuanya baik secara materi maupun emosi. Sehingga anak dapat tumbuh dengan baik dan sesuai dengan nilai norma yang berlaku.

Keberadaan keluarga sangat penting khususnya sebagai dukungan emosional. Setiap anggota keluarga memiliki perasaan yang terikat satu sama lain. Oleh karena itu, kehadiran keluarga patut disyukuri. Karena kembali kepada pengertian awal keluarga dimana setiap anggotanya itu memiliki satu sama lain.




(tey/tey)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads