Konflik-Krisis Kepemimpinan Picu Kader Demokrat di Jabar Pindah Haluan

Konflik-Krisis Kepemimpinan Picu Kader Demokrat di Jabar Pindah Haluan

Rifat Alhamidi - detikJabar
Jumat, 05 Mei 2023 15:31 WIB
Logo Partai Demokrat.
Foto: Logo Demokrat. (Ari Saputra/detikcom)
Bandung -

Ratusan kader Demokrat di Jawa Barat ramai-ramai pindah partai menjelang Pemilu 2024. Salah satu yang dituju adalah Partai NasDem.

Akademisi Universitas Padjajaran (Unpad) Firman Manan mengungkap, meskipun lazim terjadi, kader yang pindah partai biasanya disebabkan beberapa masalah. Faktor terbesarnya, kata Firman, mulai dari konflik internal hingga krisis kepemimpinan.

"Sebetulnya menjelang pemilihan, kader pindah partai yang kita kenal dengan istilah kutu loncat itu biasa terjadi. Namun kecenderungannya memang diawali konflik internal atau bahkan krisis kepemimpinan figur di partai itu," kata Firman saat dihubungi detikJabar, Jumat (5/5/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Soal konflik internal, Firman mengatakan masalah ini menerpa Partai Demokrat di beberapa daerah, tak hanya di Jabar. Namun berdasarkan catatannya, Demokrat Jabar pernah berpolemik pada Musda 2022.

Firman kemudian menangkap kekecewaan kader Demokrat yang tidak puas dengan hasil Musda tersebut. Apalagi menurutnya, ada campur tangan DPP yang akhirnya kini membuat kader-kader Demokrat memilih keluar dari partai berlogo mercy itu.

ADVERTISEMENT

"Ini kan biasanya diawali dengan konflik internal, kalau masalah klasiknya faksionalisasi, ada kelompok yang tersingkirkan dalam pertarungan internal. Tetapi kemudian, tidak dilakukan pengelolaan konflik dengan baik, sehingga memicu perpecahan di internal," terangnya.

"Ekstremnya dari perpecahan itu, sebagian kadernya yang merasa tidak terakomodasi memilih untuk mundur. Sebetulnya bukan hanya di Jabar, tapi di Jabar muaranya karena pertarungan di Musda yang kemudian ada intervensi dari pusat dan itu menimbulkan kekecewaan dari para kadernya," ucapnya menambahkan.

Sementara dari sisi krisis kepemimpinan, Firman menilai Demokrat sudah melemah pamornya selepas Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) purna dari tugas Presiden Indonesia. Sejak saat itu, Demokrat kata dia praktis tidak lagi punya figur sentral yang bisa mengendalikan kader secara keseluruhan.

"Ini kelihatannya yang terjadi di Partai Demokrat. Jadi soal leadership yang membuat bagaimana faksi-faksi itu pada akhirnya menimbulkan perpecahan karena tidak bisa terkelola dengan baik," urai Firman.

Terlepas dari semua itu, Firman menilai Demokrat dirugikan karena beberapa kader yang hengkang begitu potensial. Sementara partai yang menjadi tujuan kader Demokrat pindah, salah satunya NasDem tentu ikut diuntungkan karena mendapat insentif elektoral.

"Jadi harus berhati-hati, jangan sampai di 2024 juga menimbulkan kerugian suara Partai Demokrat semakin menurun. Ini menjadi salah satu pemicu kalau keluarnya sebagian kader Demokrat yang punya basis massa cukup besar," pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, kader dari Dewan Pengurus Cabang (DPC), DPAC, Ranting hingga Anak Ranting Partai Demokrat Kabupaten Purwakarta mengundurkan diri secara massal. Mereka menanggalkan almamater partai hingga mengembalikan berkas kepengurusan ke Ketua DPC Partai Demokrat Purwakarta.

Ketua Srikandi yang juga Wakil Sekretaris DPC Partai Demokrat Kabupaten Purwakarta, Rini Meilani menyatakan mundur di hadapan awak media, ia menanggalkan baju hingga membuat surat pernyataan pengunduran diri.

"Saya terlahir dari partai Demokrat tapi ya itu tidak ada keharmonisan dengan kepengurusan yang sekarang, saya sebagai ketua Srikandi sangat menyayangkan tapi ini harus dilakukan , karena di politik kita harus bisa menentukan sikap dan ini langkah saya harus mundur dari kepengurusan sekaligus ketua Srikandi partai Demokrat Purwakarta," ujar Rini kepada awak media, Rabu (03/05/2023).

(ral/mso)


Hide Ads