Anggun dan pemberani, dua kata itumenggambarkan Lupita Sari. Ia adalah satu-satunya animal keeper perempuan di Kebun Binatang (Bunbin) Bandung.
Lulu, begitu sapaannya, sudah satu tahun terbiasa merawat satwa-satwa di Bunbin. Beberapa satwa yang biasa dirawat olehnya yakni anjing, marmut, landak, tikus putih, burung kakatua, burung macau, dan lainnya.
"Saya paling sering grooming doggy, jadi saya lumayan dekat sama anjing-anjing ini. Mereka juga punya nama, ada Popo, Pongo, Mario, Axel, sama Obi. Itu ada enam anjing semuanya dekat sama saya," kata Lulu kepada detikJabar di Bunbin Bandung, Kamis (4/5/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ditemui, Lulu baru saja hadir sebagai salah satu pekerja perempuan yang mendapat bingkisan dari Organisasi Dharma Wanita. Ada sekitar tujuh orang perempuan yang menjadi perwakilan dalam acara 'Peringatan Hari Kartini: Perempuan Inspiratif di Antara Satwa' tersebut.
Perempuan berumur 21 tahun ini bekerja di Divisi Animal Show. Saat melamar menjadi animal keeper, ia sama sekali tak punya pengalaman khusus.
Bermodal nekat dan kecintaannya terhadap binatang, usai lulus dari SMK Prakarya Internasional, ia langsung mengambil kesempatan saat lowongan animal keeper dibuka.
"Waktu masuk, belum ada pengalaman. Tapi karena saya senang pelihara hewan, jadi waktu itu kebetulan ada lowongan di sini terus coba-coba buat masukin lamaran aja," kata dia.
Lulu mengaku, tak mudah bonding atau menjalin kedekatan dengan para satwa di Bunbin Bandung. Ia pun harus melakukan pelatihan dulu selama tiga bulan untuk menjadi keeper.
Tak cukup sampai di situ, ia harus terus kontak dengan satwa setiap hari. Sebab, jika ada waktu dua hari saja ia tak memberi makan atau menengok hewan-hewan yang diurusnya, mereka akan lupa dengan Lulu.
"Saya harus belajar dulu jadi keeper sekitar tiga bulanan buat pendekatan dengan hewan-hewan supaya nurut, supaya mereka dekat juga dengan kita. Awalnya benar-benar sulit dan harus setiap hari interaksi dengan mereka, karena kalau satu atau dua hari tidak interaksi pasti si hewannya lupa, makin lama lagi untuk bonding sama kita," cerita Lulu.
Meskipun ia terbilang sudah cukup dekat dengan para satwa, Lulu mengaku masih sering terluka saat mengurus satwa. Luka lecet, luka gigitan, memar karena pukulan, sudah jadi makanan sehari-hari buat Lulu. Tapi ini tidak menghalaunya merawat para satwa.
"Sering banget luka, paling lumayan sakit itu pernah digigit sama anjing, terus sama burung kakak tua juga pernah berdarah dicakar. Tapi itu namanya resiko, yang penting ikhlas kerja disini. Kalau sudah lama melihara, kita juga makin sayang," ucapnya.
Terlebih, sebagai seorang pecinta binatang membuatnya tak tega dan punya banyak kesabaran untuk merawat para satwa.
"Saya suka merawatnya karena lucu aja, dan kasihan kalau mereka tidak diurus siapa lagi yang mau ngurus. Jadi dipelihara biar mereka tidak kesepian. Kayak kucing kan banyak yang terlantar bahkan sampai maaf kelindes kendaraan. Itu kan kadang karena orang-orang sudah hilang respect sama binatang," ujar Lulu.
Ia pun berpesan pada masyarakat agar lebih perhatian dengan hewan baik liar maupun peliharaan.
"Sekarang banyak hewan seperti harimau dan buaya yang dipakai kulitnya, diambil secara tidak baik dari hutan (diburu). Semoga keberadaan mereka bisa lebih dijaga lagi, dilestarikan, dan semoga orang-orang pada respek juga sama hewan dan mau merawat," harap Lulu.
(aau/orb)