Perayaan malam Idul Fitri di Ibu Kota Kabupaten Sukabumi di Palabuhanratu berlangsung meriah, masyarakat keluar rumah membawa bedug berukuran kecil sambil ditabuh, sebagian lainnya membawa bedug ke atas kendaraan pikap.
Kemeriahan tersebut membawa kegembiraan setelah dua tahun lamanya perayaan semacam itu dilarang karena masa Pandemi COVID-19. Pantauan detikJabar, tidak hanya di dalam masjid, di sejumlah titik jalan raya dipenuhi masyarakat yang tumpah ruah merayakan malam kemenangan. Hampir di setiap sudut jalan raya dipenuhi warga yang melihat jalannya perayaan takbiran keliling.
"Maklum lebih ramai dari dua tahun lalu karena kan memang ada berbagai larangan seperti PPKM, kemeriahan perayaan Idul Fitri tahun ini terasa luar biasa," kata Beni, warga yang tinggal di sekitar Kampung Jambang, Kelurahan/Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi kepada detikJabar, Jumat (21/4/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga Kampung Jamban merayakan tahun baru dengan cara takbir keliling, anak muda setempat mengambil bedug kemudian membawanya naik ke atas pikap, mereka berkeliling sepanjang jalan raya. Setelah itu kendaraan kembali ke masjid.
"Rutenya Bagbagan, Jalan Siliwangi kemudian ke Citepus. Warga sendiri melakukan pengawasan agar keselamatan selama perjalanan diperhatikan oleh para peserta," kata Ayi Suherman, warga lainnya.
Sementara itu, tidak hanya di perkotaan. Suasana serupa juga terasa di kawasan perkampungan kawasan Desa Ridogalih, Kecamatan Cikakak. Suara takbir bersahutan dengan suara meriam lodong, semacam petasan tradisional yang menggunakan bumbung bambu. Dhuar, dhuar ! Nyalak meriam bambu memecah keramaian.
"Daripada beli petasan, masyarakat di tempat kami biasa membuat Lodong. Ada yang menamai bedil lodong ada juga meriam lodong, tergantung ukuran. Rata-rata pemuda membuat 3 sampai 4, lalu dikumpulkan dan dinyalakan bersama-sama," kata Diwan, salah seorang warga.
Menurut Diwan, menyalakan bedil lodong sudah dilakukan sejak bertahun-tahun silam dan sudah menjadi semacam tradisi. Tidak hanya di desa tersebut tapi di sejumlah tempat lainnya di Kabupaten Sukabumi.
"Kalau di tempat kami sudah semacam turun temurun, karena kebetulan banyak kebun bambu yang tumbuh di pekarangan rumah. Oleh anak muda disiapkan sejak jauh-jauh hari. Setelah itu menggunakan karbit, minyak tanah dan kain sebagai sumpal. Variatif bahannya tergantung dari si pembuat," tutupnya.
(sya/yum)