Sekitar 4.000an warga Muhammadiyah telah melaksanakan Salat Idul Fitri 1444 Hijriah. Meski berbeda hari pelaksanaan dengan ketetapan dari pemerintah, perbedaan itu tidak boleh menimbulkan perpecahan di kalangan umat Islam.
Demikian disampaikan dr H Hajar Sanusi saat menjadi Khatib Salat Id warga Muhammadiyah di Lapangan Lodaya, Kota Bandung. Ia mengatakan, perbedaan Hari Raya Idul Fitri diharapkan menjadi rahmat untuk seluruh umat Muslim.
"Walaupun antara kita dengan saudara-saudara kita yang lain ada sedikit perbedaan dalam merayakan Idul Fitri, semua itu lantaran perbedaan kriteria dalam menentukan bulan baru," katanya mengawali ceramahnya usai Salat Id, Jumat (21/4/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengungkap, dalam Islam, perbedaan pendapat selalu mendapat ruang yang besar. Sehingga, perbedaan tersebut tidak perlu memimbulkan perpecahan apalagi permusuhan di kalangan kaum Muslimin.
"Buat kita perbedaan tersebut tidak perlu menjadi perpecahan, apalagi permusuhan dan persengketaan. Karena dalam Islam, memang perbedaan pendapat diberikan peluang dan ruang yang sangat besar. Sehingga ada sebuah kisah untuk kita semua kaji, yang mendatangkan rahmat bagi umat pada umumnya dalam perbedaan pendapat di kalangan ulama," ungkapnya.
Dalam ceramahnya, ia pun berharap perbedaan perayaan Hari Raya Idul Fitri ini bisa memperkuat umat Islam. Sebab sesuai dengan makna Idul Fitri, semua umat Muslim kini kembali terlahir sebagai pribadi yang suci.
"Perbedaan yang saat ini kita alami jadikan momentum untuk saling mengkaji, merekatkan persaudaraan dan ukhuwah. Bukan saling menafikan di antara kita semua. Itulah makna mengoyak dan mencabik-cabik bulan puasa kemarin," pungkasnya.
(ral/yum)