Sebanyak 50 rumah di Kabupaten Majalengka terdampak pergerakan tanah. Dari puluhan rumah di Blok/Desa Cisalak, Kecamatan Lemahsugih, 10 di antaranya rusak sedang hingga berat.
Camat Lemahsugih Mumuh Muhidin mengatakan, musibah pergerakan tanah ini bermula dari hujan deras yang terus mengguyur desa tersebut pada Minggu (2/4) kemarin. Sejatinya, ancaman pergerakan tanah ini sudah terjadi sejak 2018 lalu.
"Kalau kronologisnya terjadi pada hari Minggu. Intensitas hujan kan sangat tinggi dari sore sampai malam. Nah, sehingga terjadi pergerakan tanah," kata Mumuh kepada detikJabar, Kamis (6/4/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kejadian mulanya 2018, ini (Blok Cisalak), termasuk lokasi yang terkena. Setiap tahun, setiap hujan sebenarnya ada pergerakan. Cuma yang besar, kemarin pas hari Minggu. Sekarang juga masih ada pergerakan," ujar dia menambahkan.
Mumuh menyampaikan, berdasarkan pendataan BPBD Majalengka, puluhan rumah yang terdampak pergerakan tanah telah diklasifikasikan mengalami kerusakan ringan hingga berat. Adapun sebagian warga yang terdampak parah, memilih mengungsi ke rumah keluarganya.
"Kalau terdampak kemarin di data tuh sekitar 50 (rumah) yang terdampak. Yang rusak sedang sampai ke beratnya, mungkin sekitar 10-an, mungkin ya. Sebagian yang rusak berat itu ngungsi. Ada sekitar 2 KK yang ngungsi. Ngungsinya ada yang ke rumah orangtuanya, ada yang ke rumah anaknya," ucap dia.
Sementara itu, kata Mumuh, pihaknya kini telah bekerjasama dengan BPBD Majalengka untuk memasang alat deteksi dini bencana alam. Itu dilakukan, guna mengantisipasi terjadinya bencana yang bisa menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.
Pasalnya, di wilayah Kecamatan Lemahsugih sendiri, ada sebanyak 7 Desa rawan pergerakan tanah, yakni Desa Mekarwangi, Kepuh, Sukajadi, Padarek, Cisalak, Sukamaju dan Mekarmulya. "Kami telah meminta ke BPBD untuk (memasang) semacam alat pendeteksi sebagai langkah antisipasi warga kami agar bisa menyelamatkan diri," kata dia.
(mso/mso)