China mengalami penurunan populasi akibat pandemi COVID-19 seperti di Kota Shanghai. Di sana, seperempat juta pekerjaan migran hilang pada tahun lalu di tengah lockdown ketat.
Dilansir detikHealth, Shanghai diketahui memiliki sekitar 24,76 juta orang pada 2022, turun sebanyak 135.400 dibandingkan tahun 2021, menurut angka yang dikeluarkan oleh Biro Statistik Shanghai.
Baca juga: Libur di China Biar Siswanya Jatuh Cinta |
Adapun penurunan populasi dipengaruhi oleh eksodus pencari kerja dari daerah lain, dibarengi dengan tingkat kelahiran yang rendah dan populasi yang semakin menua kata biro tersebut. Sementara jumlah penduduk lokal sedikit meningkat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari South China Morning Post, Selasa (4/4/2023), orang-orang berusia 65 tahun ke atas menyumbang 18,7 persen dari total populasi Shanghai, jauh di atas rata-rata nasional 14,9 persen.
Kota di China yang mengalami lockdown seluruh kota selama dua bulan yang traumatis pada musim semi lalu itu, telah menyaksikan jumlah pekerja migrannya menurun dalam beberapa tahun terakhir, sejak sebelum pandemi.
Pada tahun 2015, populasi Shanghai menurun untuk pertama kalinya dalam empat dekade akibat hilangnya 150.000 pekerja migran. Para ahli demografi dan analis mengaitkan hal tersebut dengan perubahan struktural dalam ekonomi kota karena sektor manufaktur padat karya menyusut, hingga sektor lain seperti teknologi yang semakin canggih dan jasa tumbuh.
Penurunan populasi itu juga terjadi tujuh tahun sebelum populasi keseluruhan China mulai turun tahun 2022 lalu. Di tahun-tahun berikutnya, kota itu mengalami fluktuasi sedang dengan populasi berkisar antara 24,5 juta dan 24,9 juta. Tahun lalu, Shanghai juga kehilangan lebih dari 257.000 pekerja migran.
Direktur Pusat Studi Kebijakan Kependudukan dan Pembangunan di Universitas Fuda Peng Xizhe mengungkap penyebab turunnya populasi di Shanghai tersebut karena faktor tindakan pengendalian kesehatan berskala besar di China.
Kini ia mengatakan mereka sebagian besar telah kembali. Namun, ia memperingatkan bahwa tren keseluruhan akan berlanjut karena pencari kerja yang lebih muda memiliki lebih banyak pilihan di tempat lain di China.
"Kota-kota besar selalu menarik bagi kaum muda, tetapi sekarang mereka memiliki lebih banyak pilihan," imbuh Xizhe. "Kota-kota baru di wilayah tengah dan barat tidak buruk, dan biaya hidup lebih rendah," tambahnya.
Namun terdapat faktor lain yang menjadi penyebab yaitu tingkat kelahiran di kota tersebut yang rendah. Membandingkan total kelahiran dan kematian, Shanghai mengalami penurunan alami 1,6 orang untuk setiap 1.000, jauh lebih tinggi daripada rata-rata nasional 0,6 orang yang hilang per 1.000.
Artikel ini telah tayang di detikHealth. Baca selengkapnya di sini.