Sejarah Panjang di Balik Keunikan Masjid Al-Munawaroh Sukabumi

Sejarah Panjang di Balik Keunikan Masjid Al-Munawaroh Sukabumi

Siti Fatimah - detikJabar
Senin, 03 Apr 2023 04:00 WIB
Masjid Al-Munawaroh di Sukabumi.
Masjid Al-Munawaroh di Sukabumi (Foto: Siti Fatimah/detikJabar).
Sukabumi -

Sebuah bangunan berdiri dengan kokoh di antara rumah tua bergaya khas Belanda. Tak banyak yang mengira jika bangunan tersebut adalah tempat beribadah umat Islam atau masjid.

Uniknya, masjid bernama Al-Munawaroh ini tak ada kubah yang melengkung di atas bangunannya. Bentuk masjid itu ternyata sudah dipertahankan sejak tahun 1941, jauh sebelum kemerdekaan.

Lokasi masjid Al-Munawaroh ada di Kampung Cijarian Pandai, Desa Cipetir, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Secara umum, masjid ini memang terlihat seperti rumah biasa, namun jika masuk ke dalam maka terdapat potongan ayat suci Al-Quran dan tahun dibangunnya masjid pada salah satu dinding bangunan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu Imam Masjid Al-Munawaroh Nunung MT (70) mengatakan, masjid ini adalah masjid yang dibangun oleh para tokoh pribumi di masa peralihan dari jajahan Belanda ke jajahan Jepang. Namun, Sukabumi di tahun 1941 belum tersentuh oleh penjajah sehingga warga setempat menyebutnya dengan zaman normal.

"Zaman normal istilahnya, zaman sebelum penjajahan (Jepang) yaitu tepatnya tahun 1941," kata Nunung saat ditemui detikJabar di Masjid Al-Munawaroh, Sukabumi belum lama ini.

ADVERTISEMENT
Masjid Al-Munawaroh di Sukabumi.Bagian dalam Masjid Al-Munawaroh di Sukabumi. Foto: Siti Fatimah

Adapun tokoh-tokoh yang membangun masjid ini terdiri dari H. Harmami, H. Basar, Hj. Rukoyah, Hj Fatimah dan Hj. Aisyah. Nunung mengatakan, tokoh-tokoh tersebut yang membiayai pembangunan masjid.

Konstruksi bangunan masjid ini terlihat sangat kokoh. Di bagian bawah bangunan menggunakan bebatuan. Bahan untuk membangun masjid pun tergolong berbeda dari pada umumnya.

"Kita lihat konstruksi masjid ini kan terdiri dari batu hidup istilahnya, kemudian pasir dan mungkin juga waktu itu materialnya yang digunakan bukan semen seperti sekarang. istilahnya bahan dasar ada yang namanya kapur kecuali bagian-bagian yang di-dak sebelah depan," jelasnya.

Berdirinya masjid tersebut membuat penyiaran agama Islam di wilayah Sukabumi lebih mudah. Tak jarang, beberapa santri dari Bayah, Banten dan Bogor mengunjungi masjid itu untuk berdakwah.

"Alhamdulillah masjid ini di samping sebagai tempat salat berjamaah, tapi juga dijadikan tempat pengajian rutin, pengajian santri dulu istilahnya balaghan," katanya.

Sejak tahun 1941 sampai saat ini, bangunan masjid ini belum pernah mengalami renovasi. Tiap setahun sekali, masyarakat dan DKM bergotong royong untuk membersihkan dan mempercantik masjid itu dengan cara pengecatan ulang.

"Warna kalau dinding tetap putih dari dulu, jendela ada perubahan warna, aslinya warna hijau tua sekarang ganti warna biru. Perubahan secara signifikan tidak ada," ucap Nunung.

"(Tidak ada kubah) iya, kadang orang bingung karena bentuknya seperti rumah. Meski arsitektusnya seperti Belanda tapi tidak ada campur tangan orang Belanda," ungkapnya.

Alasan warga tetap mempertahankan bentuk masjid Al-Munawaroh karena ingin melestarikan peninggalan nenek moyangnya. Selain itu, masjid ini juga memiliki daya tarik mulai dari bentuk bangunan hingga tak ada kubah masjid di atasnya.

"Warga di sini sangat memperhatikan bangunan masjid ini karena itu peninggalan orang tua seolah warisan dari orang tua dulu, jadi ingin melestarikan warisan lah karena sekarang kan banyak masjid yang mewah-mewah, gedung-gedung banyak. Jadi kita ingin mempertahankan bangunan yang lama, lebih lama lebih antik," tutupnya.

(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads