Pendopo Kota Bandung, Senin (20/3/2023) pagi, terasa lebih 'hidup' dengan suara riang gembira anak-anak dalam acara Peringatan Hari Down Syndrome Dunia, pada 21 Maret setiap tahunnya.
Agenda peringatan down syndrome ini menjadi kali pertama diselenggarakan oleh tim Penggerak Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (RBM) kota Bandung. Terdapat 69 anak down syndrome perwakilan dari 30 kecamatan yang turut hadir memeriahkan rangkaian kegiatan.
Acara peringatan Hari Down Syndrome di Pendopo berlangsung meriah dengan adanya pelatihan yoga untuk anak-anak down syndrome dan pertunjukan perkusi dari Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome Jawa Barat (POTADS Jabar).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dr Luthfi Dharmawan, perwakilan Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik (Perdosri) Jabar, menjelaskan acara ini untuk mengenalkan anak dengan kelahiran khusus atau down syndrome.
"Ada tiga kromosom pada kromosom 21, inilah anak-anak down syndrome. Mereka ada di sekitar kita. Anak dengan down syndrome tidak dapat bangkit adalah sebuah mitos, semua tergantung pola asuh orangtua, keluarga, tenaga medis, dan dukungan pemerintah," tutur dokter Luthfi.
Sementara itu Yunimar Mulyana, Ketua RBM Bandung, menjelaskan adanya upaya melakukan rehabilitasi baik dari sosial dan pendidikan.
"Bekerja sama dengan Disnaker, kami hadir untuk solusi sindroma down dan seluruh disabilitas Kota Bandung. Kami berupaya mewujudkan Kota Bandung kota inklusi, ramah disabilitas, bisa terlaksana dan memberi manfaat pada disabilitas lainnya," ungkap Yunimar ditemui di depan Pendopo, Senin (20/3/2023).
Down syndrome memiliki beberapa tingkatan. Ada yang seperti anak pada umumnya dan ada pula yang membutuhkan terapi. Banyak anak yang terapinya sampai selesai bisa bersekolah di sekolah biasa.
Yunimar menyebut akan ada upaya dari Disnaker bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan di Kota Bandung, agar memperkerjakan para disabilitas.
Hal ini demi misi mewujudkan Bandung Kota Inklusi. Yunimar mengaku banyak yang sudah berusaha dilakukan, termasuk perayaan hari disabilitas tiap tahunnya oleh Dinas Sosial setempat.
"Banyak yang sudah dilakukan, sarana prasarana itu termasuk, untuk mewujudkan Bandung kota inklusi dan disabilitas dengan bertahap. Seperti jalan khusus tunanetra, ada pula assessment disabilitas bisa langsung ke RBM untuk dirujuk ke pemeriksaan kesehatan. Sejak 2021 sudah dilakukan, rujukan ini gratis karena dibantu kedokteran RSHS dan IKFR," paparnya.
Pemkot Bandung hadir memberikan pelayanan pada disabilitas. Jika ada sarana prasarana yang dibutuhkan atau dirasa kurang, bisa langsung menghubungi Dinas terkait. "Minta ke Dinas Sosial, karena kami (RBM) hanya sebagai pelaksana. RBM ya minta bantuan ke mereka-mereka, Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan yang memang ada dananya," pungkasnya.