Akhir Perjalanan Sang Dokter Baik

Round-Up

Akhir Perjalanan Sang Dokter Baik

Tim detikJabar - detikJabar
Sabtu, 18 Mar 2023 11:00 WIB
Kondisi mobil ambulans rusak parah usai terlibat adu banteng dengan truk di Pangandaran, Senin (13/3/2023).
Kondisi ambulans yang tabrakan dengan truk di Pangandaran. (Foto: Aldi Nur Fadillah/detikJabar)
Bandung -

Telepon seluler milik Teti Kurniati, pegawai Klinik Berkah Medika, Banjarsari, Kabupaten Ciamis, Senin (13/3/2023) subuh itu berdering. Teti mendapat pesan dari dokter sekaligus pemilik klinik, Laurensius Suntoro, agar dia menyiapkan sarapan di meja.

Teti tidak menyangka, hari itu adalah percakapannya yang terakhir dengan sang dokter. Selepas itu, tiga jam kemudian sebuah kabar mengejutkan ia terima. Dokter Suntoro pergi untuk selama-lamanya karena kecelakaan dalam perjalanan di Padaherang, Kabupaten Pangandaran.

"Saya kaget dan nangis. Baru saja selesai menyiapkan untuk sarapan karena hari Senin mau praktek seperti biasa, tapi dapat kabar dokter kecelakaan sekitar pukul 07.00," ungkap ungkap Teti saat ditemui di depan klinik, Selasa (14/3/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hari itu, Dokter Suntoro bepergian tidak dengan kendaraan pribadinya, namun dengan ambulans milik klinik. Menurut Teti, pada Senin itu, ambulans rencananya akan dipakai membawa pasien untuk USG. Sehingga dokter berangkat pagi dari Pangandaran ke kliniknya.

"Memang sudah biasa, kalau sudah tidak ada pasien, sorenya ke Pangandaran, ke resto miliknya. Biasanya pakai Pajero, tapi kemarin pakai ambulans. Biasanya hari Minggu sudah kembali ke klinik. Tapi kemarin nginep lagi Minggunya," kata Teti.

ADVERTISEMENT

Kabar tewasnya Dokter Suntoro sebelumnya diketahui detikJabar dari informasi yang diberikan Kanit Lantas Polsek Kalipucang Aipda Agus Diksi. Kecelakaan terjadi di Jalan Raya Pangandaran, Dusun Cihideung, RT02 RW 06 Desa Ciganjeng, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran.

Agus mengatakan kejadian tersebut bermula saat truk Mitsubishi Colt Diesel bernopol D 9276 AE melaju dari arah Banjar menuju ke Pangandaran. "Mobil Colt Diesel yang dikendarai Aldi Ramadan (20) berasal dari Banjar menuju Pangandaran akan mendahului mobil yang tidak diketahui identitasnya," ujar Diksi kepada detikJabar.

Di saat bersamaan atau saat truk menyalip, ambulans milik Klinik Berkah Medika yang dikemudikan Suntoro melaju kencang. Alhasil, kecelakaan antara mobil ambulans dan truk pengangkut sepeda motor tak terhindarkan.

"Keduanya adu banteng sehingga mobil ambulans terseret sejauh 10 meter," ucapnya.

Akibat kejadian tersebut Laurensius tewas di lokasi kejadian. Dia mengalami luka di bagian kepalanya. "Supir ambulans tewas di lokasi kejadian dan jasad korban berada di Puskesmas Kalipucang," ucapnya.

Soim, warga setempat mengaku melihat detik-detik insiden maut itu berlangsung. Saat itu, Soim tengah menata dagangannya.

"Waktu kejadiannya sedang menata dagangan, saya lihat ada ambulans yang nyalip motor dari arah Pangandaran dan dari arah berlawanan truck juga menyalip, kemudian saya melihat dan mendengar suara dentuman keras," kata Soim.

Soim mengungkapkan insiden adu banteng tersebut sampai membuat ambulans terseret hingga 10 meter. Ambulans berhenti saat menabrak bagian depan warung miliknya.

"Kebetulan menabrak warung saya," ucap Soim.

Penelusuran soal sosok sopir yang kemudian diketahui sebagai dokter pemilik klinik berlanjut. Jurnalis detikJabar mendapat keterangan dari kepolisian mengatakan berdasarkan data yang di KTP, nama lengkap sopir ambulans yang tewas itu adalah dr Laurensius Suntoro. Ia merupakan pemilik klinik dan anggota IDI Kabupaten Ciamis.

"Iya memang dia pemilik ambulans yang dikendarainya sendiri. Kecelakaan melibatkan truk pengangkut sepeda motor bernopol D 9276 AE dengan mobil ambulans milik klinik Berkah Medika bernopol Z 9905 TA," ucap Agus kepada detikJabar.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Ciamis dr Budi Rasas membenarkan insiden tabrakan ambulans dengan truk itu menewaskan salah satu sopir.

"Ya betul, sopir itu merupakan dr Laurensius Suntoro yang merupakan pemilih Klinik Berkah Medika," kata Budi kepada detikJabar melalui pesan WhatsApp.

Jurnalis detikJabar melakukan pengamatan di lokasi kejadian pasca kecelakaan maut tersebut. Warung warga setempat rusak terkena hantaman mobil ambulans setelah ditabrak truk pengangkut motor.

Pantauan di lokasi kejadian pada Selasa (14/3/2023) aktivitas jalan nasional itu berjalan dengan normal kembali.

Kanit Lantas Polsek Kalipucang Aipda Agus Diksi mengatakan, aktivitas lalu lintas pasca kejadian memang berjalan normal, namun sebagian ruas jalan di TKP kejadian rusak.

"Ada satu warung milik warga yang berhenti dagang karena terpentalnya ambulans saat adu banteng dengan truk," kata Agus kepada detikJabar, Selasa (14/3/2023).

Ia mengatakan untuk kasus kecelakaan lalu lintas tersebut saat ini sudah dilimpahkan sepenuhnya kepada Polres Ciamis.

"Sudah dilimpahkan semua ke Polres Ciamis untuk penanganan laka lantas kemarin," ucapnya.

Lokasi kejadian berdekatan dengan rumah makan paling terkenal di Priangan Timur yakni Cobek Beti. Rumah makan Sunda bakar ikan ini tersebar di wilayah Pangandaran, Banjar dan Ciamis.

Kenangan Baik Sang Dokter

Warga sekitar Klinik Berkah Medika di Desa Sindangrasa, Kecamatan Banjaranyar, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, sangat kehilangan sosok dokter Laurensius Suntoro.

Warga mengenal Suntoro sebagai sosok dengan jiwa sosial tinggi. Sejumlah kebaikan dokter Suntoro diungkap oleh warga. Suntoro bahkan dinilai sebagai salah satu dokter inspiratif di Kabupaten Ciamis.

Suntoro membuka kliniknya itu sekitar 20 tahun lalu. Banyak warga dari Ciamis dan Pangandaran yang merasa cocok setelah berobat di klinik tersebut. Dokter Suntoro pun sudah terkenal di wilayah perbatasan Ciamis-Pangandaran.

Suntoro selalu melayani pasien dengan baik dan ramah tanpa memandang status. Bahkan dia kerap membebaskan biaya pengobatan bagi pasien yang tidak memiliki uang atau boleh membayar ketika memiliki uang.

"Kalau misalkan ada pasien yang tidak punya uang, tidak apa-apa, tetap dilayani. Bayarnya besok-besok lagi kalau rawat jalan. Bisa ngutang dulu, someah dan ramah," ujar Ukamah, warga sekaligus pemilik warung sekitar klinik, Selasa (14/3/2023).

Suntoro juga kerap memberikan bantuan ke masjid setiap ada kegiatan dan bermasyarakat. Masyarakat pun tidak pernah sungkan kepadanya, mengingat kesehariannya tidak menjaga jarak dan humoris.

"Jadi warga tidak ada rasa canggung dengan dokter. Suka bercanda. Meskipun orang kaya, tapi beliau tidak sombong," ungkap Ukamah.

Ukamah pun mengungkapkan warungnya bisa berjalan berkat adanya Klinik Berkah Medika. Banyak pengantar pasien yang biasa jajan kopi, roti, minuman, dan jajanan di warungnya.

"Sejak ada klinik saya juga jualan. Ini permintaan dokter juga supaya buka warung untuk jajan yang nganter pasien. Sekarang dokter sudah tidak ada, mungkin kalau klinik tutup, warung sepi. Tapi semoga klinik tetap buka, penerusnya anaknya juga seorang dokter. Cuma sekarang di Bandung, semoga bisa meneruskan di sini," pungkasnya.

Teti Kurniati, pegawai Klinik Berkah Medika mendapat kesempatan terakhir untuk berkomunikasi dengan sang dokter, sebelum pulang Suntoro sempat menghubunginya meminta disiapkan sarapan.

Ketika sarapan sudah disiapkan di atas meja, Teti mendapat kabar sang dokter mengalami kecelakaan di sekitar Padaherang Pangandaran. Mobil ambulans yang dikemudikannya bertabrakan dengan truk. Dokter yang mengemudikan ambulans tersebut tewas.

"Saya kaget dan nangis. Baru saja selesai menyiapkan untuk sarapan karena hari Senin mau praktek seperti biasa, tapi dapat kabar dokter kecelakaan sekitar pukul 07.00," ungkapnya.

Menurut Teti, pada Senin, ambulans itu rencananya akan dipakai membawa pasien untuk USG. Sehingga dokter berangkat pagi dari Pangandaran ke kliniknya.

"Sangat kehilangan, beliau orangnya sangat baik, dekat sama semua pegawainya. Saya sudah 15 tahun bekerja melayani dokter, makannya, pakaiannya," ucapnya

Kepergian mendadak Suntoro membuat kaget para pegawai klinik. Mereka tak menyangka orang yang dijadikan tempat menggantungkan hidup kini telah tiada. Sunarto meninggalkan delapan pegawai yang kini sedang menunggu nasib ke depannya.

Para pegawai tersebut mulai dari perawat, petugas rontgen (radiologi), asisten, sekretaris, office boy, dan pembantu. Setelah kejadian kecelakaan itu, sudah dua hari klinik tutup dan mereka tidak bekerja. Hanya ada dua pembantu dan petugas kebersihan yang biasa menginap di klinik.

Teti Kurniati (49) seorang pembantu mengaku sangat kehilangan dokter Suntoro. Bagi Teti, klinik tersebut merupakan rumah kedua dan semua pegawai sudah seperti keluarga.

Teti pun berharap Klinik Berkah Medika berharap klinik tempatnya bekerja bisa berjalan kembali. Kevin, anak Suntoro, diharapkan dapat meneruskan klinik tersebut.

"Anaknya juga dokter hanya saja praktiknya di Bandung. Sekarang masih suasana berduka jadi belum ada keputusan dan kabar. Mungkin nanti setelah beberapa hari ke depan ada pembicaraan mengenai kelanjutan klinik. Semoga masih berlanjut, bagaimana keputusan anaknya, dokter Kevin," ungkap Teti saat ditemui di Klinik, Rabu (15/3/2023).

Pegawai klinik lainnya, Hendri berharap klinik tersebut tetap berjalan ke depannya. Menurutnya semua orang, dari pegawai klinik hingga warga sekitar sangat kehilangan sosok Suntoro.

"Baik ke semua orang, kami sebagai pegawainya sangat merasakan. Kalau ada apa-apa, misal ada masalah keuangan, dokter selalu bantu. Meski saya baru dua tahun di sini tapi sudah bisa merasakan. Yang lain ada yang sudah kerja sampai belasan tahun bersama dokter," katanya.

Baik Teti dan Hendri pun mengenang sosok Suntoro selain baik juga sangat toleran. Pada saat bulan puasa misalnya, Suntoro akan ikut menyiapkan makanan untuk berbuka puasa para pegawai.

"Kemarin juga tanggal 7 Maret kami diajak munggahan, makan-makan. Bahkan dokter cerita ke saya kalau bulan Ramadan tahun ini mau ikut puasa sekuatnya," ucapnya.

Dikenal Sebagai Sosok Toleran

Hendri, pegawai klinik yang bekerja sebagai office boy menceritakan soal sosok Suntoro yang beragama Kristen namun toleran. Sementara seluruh pegawainya beragama Islam. Salah satu sikap toleransi Suntoro ditunjukan ketika Ramadan atau kegiatan kemasyarakatan.

Hendri menyebut, meski bukan umat muslim, Suntoro kerap menggelar buka bersama untuk para pegawainya. Setiap menjelang berbuka puasa, Suntoro selalu membantu pegawainya menyiapkan takjil.

"Jadi kalau bikin minuman atau es buah, Pak Dokter selalu ikut nyiapin," ujar Hendri (25) saat ditemui di klinik yang saat ini kondisinya tutup, Rabu (15/3/2023).

Beberapa hari sebelum kecelakaan, tepatnya 7 Maret 2023, Suntoro mengajak para pegawainya munggahan. Menurut Hendri, pada Ramadan kali ini Suntoro mengaku akan ikut berpuasa sekuatnya.

"Kemarin juga tanggal 7 Maret kami diajak Munggahan, makan-makan. Bahkan dokter cerita ke saya kalau bulan Ramadan tahun ini mau ikut puasa sekuatnya," ucapnya.

Teti Kurniati (49), pegawai klinik lainnya, sikap toleransi Suntoro juga ditunjukan dengan kerap memberikan bantuan ke masjid sekitar. Setiap ada kegiatan kemasyarakatan, Suntoro dengan senang hati sering memberikan bantuan.

"Kami sebagai pegawainya sangat merasa kehilangan. Dokter sangar baik. Kalau ada kegiatan di masjid, suka bantu atau kegiatan masyarakat juga suka bantu seperti agustusan," katanya.

Banyak kisah positif atau kebaikan yang mencuat dari sosok Suntoro. Ia meninggalkan kenangan manis bagi orang di sekitarnya.

Di kliniknya, dokter Suntoro sering menggratiskan biaya berobat pasien. Bahkan ia juga kerap membolehkan pasiennya 'nunggak' jika saat berobat tak punya uang.

Kebaikan juga hadir di dua tempat bisnis Suntoro, yaitu kafe dan hotel di Pangandaran. Ia dikenal sebagai sosok yang toleran hingga penuh perhatian kepada pegawai.

Di luar kebaikannya, ada sisi lain yang diceritakan pegawainya. Pada usianya menjelang kepala 6, dokter Suntoro memiliki badan yang selalu terlihat sehat.

Hal ini diungkap Rudi, koki di kafe Goldenhourse Pangandaran milik Suntoro. Menurutnya Suntoso sangat rajin menjaga kesehatan dan morning person alias suka bangun pagi.

"Beliau sering bangun pagi dan melakukan aktivitasnya di pagi hari," kata Rudi kepada detikJabar, Kamis (16/3/2023).

Ia mengatakan meskipun usianya sudah tidak muda lagi, dokter Suntoro suka mengatakan jika olahraga itu penting. Bahkan, menyetir kerap ia lakukan sendiri dengan alasan untuk menguji kesehatannya.

"Salah satu alasan dia tetap menyetir sendiri karena menguji kesehatannya. Dia sering bilang jika menyetir sendiri merupakan olahraga," ucapnya.

Rudi sendiri jarang melihat sang dokter murung ataupun sakit. Sebaliknya, Suntoro adalah sosok yang ceria dan selalu terlihat bugar.

"Dia olahraganya hobi dengan tenis meja, sering main dan menjadi rutinitas baginya," ucap Rudi.

Tapi kini sosok Suntoro tinggal kenangan. Meski begitu, kenangan baik akan selalu membekas di benak Rudi dan para pegawai Suntoro.

"(Dokter Suntoro) selalu penuh nasehat dan bijak orangnya," katanya.

Halaman 2 dari 2
(sya/orb)


Hide Ads