Penjelasan Mengapa Air Laut Rasanya Asin

Penjelasan Mengapa Air Laut Rasanya Asin

Tim detikEdu - detikJabar
Selasa, 14 Mar 2023 03:30 WIB
Foto udara pengunjung menikmati suasana pantai di Pulau Bando, Sumatera Barat, Rabu (15/2/2023). Pulau Bando merupakan satu dari lima pulau yang berada di Kawasan Konservasi Perairan Nasional Pulau Pieh yang menerapkan karcis masuk bagi wisatawan domestik sebesar Rp20 ribu per orang per hari dan Rp200 ribu per orang per hari bagi wisatawan mancanegara, agar dapat menikmati semua pulau di kawasan tersebut. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/tom.
Ilustrasi air laut (Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)
Jakarta -

Sekitar 72 persen permukaan Bumi tertutup air. Dari total tersebut 96,5 persen air di Bumi merupakan lautan. Air laut bisa tetap asin meskipun banyak sungai mengalir dan bermuara ke lautan.

Melansir detikEdu yang mengutip situs Woods Hole Oceanographic Institution, rata-rata air laut mengandung sekitar 3,5 persen garam. Garam itu membuat air laut lebih padat daripada air tawar. Bahkan kepadatan yang meningkat membuat manusia, hewan, dan benda lain bisa lebih mengapung di air laut.

Rasa asin air laut, yang oleh para ilmuwan disebut salinitas memiliki variasi di seluruh lautan. Misalnya, cenderung lebih rendah di dekat ekuator dan kutub. Tapi salinitas meningkat di beberapa lautan, seperti Mediterania, yang lebih asin daripada bagian lautan lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perbedaan air laut yang kadang tidak begitu asin bahkan dikalahkan oleh beberapa danau, seperti Danau Mono di California dan Laut Kaspia di Asia, yang masih lebih asin.

Bagaimana Air Laut Bisa Asin?

ADVERTISEMENT

Melansir Natural History Museum, UK, air laut yang asin atau salinitas laut, yang terutama adalah disebabkan oleh hujan yang mencuci ion mineral dari daratan menjadi air.

Prosesnya dimulai saat karbon dioksida di udara larut ke dalam air hujan, membuatnya sedikit asam. Saat hujan turun, ia menghancurkan bebatuan, di mana bebatuan ini adalah sumber utama garam yang terlarut dalam air laut.

Bebatuan yang hancur karena hujan melepaskan garam mineral yang terpisah menjadi ion. Ion-ion ini terbawa air limpasan dan akhirnya mencapai lautan.

Natrium dan klorida, konstituen utama dari jenis garam yang digunakan dalam memasak, membentuk lebih dari 90% dari semua ion yang ditemukan di air laut. Sekitar 3,5% dari berat air laut berasal dari garam terlarut.

Beberapa ion mineral digunakan oleh hewan dan tumbuhan laut, mengeluarkannya dari air. Mineral sisa telah menumpuk dalam konsentrasi selama jutaan tahun.

Gunung berapi bawah air dan lubang hidrotermal di dasar laut juga dapat melepaskan garam ke laut.

Oleh karena itu, perairan yang terisolasi dapat menjadi sangat asin, atau hipersalin, melalui penguapan.

Laut Mati adalah contohnya. Kandungan garamnya yang tinggi meningkatkan kerapatan air, itulah sebabnya orang lebih mudah mengapung di Laut Mati daripada di lautan.


Artikel ini telah tayang di detikEdu. Baca selengkapnya di sini.

(sya/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads