Aksi para pelajar kelas 8 B SMPN 3 Kota Tasikmalaya yang patungan untuk membelikan sepatu bagi temannya menuai pujian, ternyata aksi itu bukan kali pertama terjadi. Budaya kekeluargaan dan solidaritas diklaim sudah menjadi hal biasa di kalangan pelajar sekolah yang berlokasi di Jalan Merdeka Kota Tasikmalaya itu.
Cerita di balik video inspiratif tersebut juga berawal dari keisengan salah seorang siswa merangkai cuplikan-cuplikan video lalu mengunggahnya ke media sosial.
"Awalnya ada teman aku cowok, bilang ke teman-teman lain, katanya ada temen kita yang sepatunya udah bolong. Terus dia ngajak patungan. Ya udah kita patungan, ada orang tua juga yang nambahin," kata Raisya (14) siswa kelas 8B SMPN 3 Kota Tasikmalaya, Jumat (10/3/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anak-anak di kelas itu kemudian menyisihkan uang jajan mereka. Meski uang jajan para pelajar relatif tak terlalu besar, pada akhirnya mereka mengumpulkan uang hingga Rp 217 ribu.
Hasil patungan tersebut kemudian dibelanjakan sepatu secara online. Selasa (7/3/2023) pesanan datang dan terjadilah momen mengharukan yang sanggup mengoyak perasaan warganet. Siswa yang diketahui bernama Yandi itu tampak senang hingga terharu ketika sepatu baru itu diserahkan temannya.
"Kami urunan Kamis kemarin (2 Maret 2023), belinya dipesan dan divideoin Selasa 7 Maret 2023 lalu di-upload di medsos, nggak ada niat mau diviralkan," kata Raisya.
Raisya mengatakan motivasi aksi ini untuk mendorong rasa solidaritas antar teman. Dia tidak mengetahui kondisi ekonomi keluarga temannya itu. Mereka hanya terdorong karena melihat Yandi memakai sepatu jebol. "Kalau itu tidak tahu, kita hanya ingin membantu saja," kata Raisya.
Wakil Kepala SMPN 3 Kota Tasikmalaya Bidang Humas, Tanti Damayanti mengatakan kelas 8 B merupakan kelas yang solid. Pihak sekolah selalu berupaya menanamkan nilai-nilai gotong royong, kekeluargaan, dan pendidikan karakter kepada para siswa.
"Pendidikan karakter itu terus kami upayakan diinternalisasi dalam prilaku siswa. Sebenarnya siswa di kelas lain juga sering melakukan kegiatan serupa, hanya kebetulan ini yang viral. Biasa tiap hari Jumat ada program sedekah juga," kata Tanti.
Terkait kondisi keluarga Yandi sendiri, Tanti mengatakan keluarganya dapat dikatakan kurang mampu dari sisi ekonomi. "Ibunya sudah meninggal dunia, bapaknya pedagang keliling," kata Tanti.
(iqk/iqk)