Kementerian Agama dan Komisi VIII DPR RI telah menyepakati biaya haji 2023 sebesar Rp49.812.700. Akibat keputusan ini, tidak sedikit calon jemaah haji di Kabupaten Kuningan memilih menunda keberangkatannya ke tanah suci.
Misalnya saja seperti Rahman (71), seorang buruh bangunan asal Desa Kramatmulya, Kabupaten Kuningan, yang memutuskan tidak berangkat haji tahun ini. Padahal, ia sudah memantapkan hati untuk melunasi biaya perjalanan ibadah haji.
Saat ditemui detikJabar di kediamannya, Rahman mengaku kecewa atas keputusan pemerintah menaikan biaya haji 2023. Pasalnya, biaya Rp49,8 juta itu begitu memberatkan bagi masyarakat kecil seperti dirinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya sudah daftar dari tahun 2013. Waktu itu bayar Rp25 juta. Niatnya tahun ini mau melunasinya, karena sebelumnya biaya haji Rp39,8 juta," kata Rahman kepada detikJabar, Kamis (16/2/2023).
Rencananya dia akan menunaikan ibadah haji di tahun 2022 dengan melunasi biaya sisanya. Akan tetapi karena saat itu tengah pandemi COVID-19 dan adanya pembatasan usia, maka ia tidak bisa melaksanakannya.
Kini Rahman hanya bisa pasrah. Sebab, dia kebingungan untuk melunasi biaya haji yang kian naik ini. Apalagi penghasilannya sebagai buruh bangunan hanya cukup guna memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Saya sangat keberatan dengan naiknya biaya haji ini. Kalau tahun kemarin mungkin masih bisa melunasi. Tapi sekarang sulit. Terlalu besar," ujarnya.
Rahman berharap agar pemerintah dapat mengkaji kembali keputusan menaikkan biaya haji. Sebagai masyarakat dengan pendapatan menengah kebawah, besaran biaya itu amat memberatkan.
Dia sendiri baru mengetahui keputusan tersebut. Tentunya, Rahman sangat terkejut mendengar informasi ini. Sehingga dengan berat hati, dia mengurungkan niat berangkat haji.
"Sedih sekali mendengarnya. Apalagi saya kerja hanya jadi buruh bangunan. Penghasilannya tidak menentu. Harapannya biaya haji ini dikaji kembali," pungkasnya.
(mso/mso)