Cerita Hidayat, Datang ke Turki Bantu Korban Gempa

Cerita Hidayat, Datang ke Turki Bantu Korban Gempa

Sudirman Wamad - detikJabar
Selasa, 14 Feb 2023 19:00 WIB
M. Hidayat saat menjadi relawan gempa Turki
M. Hidayat saat menjadi relawan gempa Turki (Foto: Istimewa)
Bandung -

Turki diguncang gempa berkekuatan magnitudo (M) 7,8. Hingga saat ini tercatat korban gempa mencapai 36 ribu jiwa. Bangunan dan rumah-rumah di Turki runtuh.

Sejumlah negara dan relawan tergerak untuk datang ke Turki membantu penanganan korban gempa di sana. Salah satunya adalah Muhamad Hidayat, salah seorang pakar komunikasi bencana asal Indonesia.



Hidayat bercerita tentang perjuangannya tiba di lokasi bencana gempa Turki. Sehari setelah kejadian gempa, Hidayat langsung bertolak ke Turki. Ia tiba di Turki pada hari kedua pascagempa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Doktor yang mengajar di London School of Public Relations (LSPR) Institute itu harus menempuh belasan jam untuk mencapai lokasi bencana. Ia menempuh jalur darat saat tiba di Turki.

"Melewati perjalanan darat selama 15 jam menuju titik lokasi gempa. Karena tiga bandara di Turki, seperti Bandara Adana, Bandara Gaizantep, dan Bandara Hatay tidak beroperasi akibat gempa bumi, yang merupakan gempa terbesar dalam sejarah Turki sejak 1939," kata Hidayat kepada detikJabar, Selasa (14/2/2023).

ADVERTISEMENT

Tantangan lainnya yang dirasakan Hidayat adalah adaptasi suhu. Hidayat merasakan cuaca ekstrem di Turki. Suhu di sana mencapai -14 derajat celsius.

Hidayat menceritakan tentang rombongan relawan di Turki yang berjuang atas nama kemanusian. Para relawan itu berbondong-bondong ke Turki hingga perbatasan Suriah.

"Banyak relawan Indonesia yang terpanggil untuk membantu, baik dari lembaga kemanusian maupun mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Turki. Relawan tersebut tersebar di Wilayah Gaziantep, Hatay, Kharamanmaras, dan beberapa wilayah lainnya yang terdampak hingga sampai perbatasan Suriah," kata lulusan IPB itu.

"Relawan yang bertugas melakukan koordinasi dengan Turkey's Disaster and Emergency Management Authority (AFAD). Selama bertugas juga berkerja sama dengan relawan lokal seperti Yedi Basak Insani untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat terdampak," ucap Hidayat menambahkan.

Selai suhu dan jalur menuju lokasi, para relawan juga harus siaga saat mengevakuasi korban. Sempat, reruntuhan bangunan mengintai keselamatan relawan.

"Harus berhati-hati runtuhan bangunan di lokasi tempat bertugas. Safety harus dijaga seperti penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)," ucapnya.

Hidayat menyaksikan ribuan gedung di Turki hancur diguncang gempa. Menurutnya, gempa Turki bisa menjadi pelajaran untuk pemerintah Indonesia.

"Sebaiknya kita di Indonesia rutin melakukan audit struktur keamanan gedung, menyusun prosedur tanggap darurat dan rutin melakukan pelatihan Kesiapsiagaan, karena Indonesia juga sumber aktivitas gempa, karena terletak pada tiga lempengan tektonik utama di dunia," tutup Hidayat.




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads