Dulu Berjaya, Kini Pamor Kios Knalpot di Cimahi Meredup

Dulu Berjaya, Kini Pamor Kios Knalpot di Cimahi Meredup

Whisnu Pradana - detikJabar
Selasa, 14 Feb 2023 05:00 WIB
Penjual knalpot di Pasar Citereup, Cimahi
Penjual knalpot di Pasar Citereup, Cimahi (Foto: Whisnu Pradana/detikJabar)
Cimahi -

Penggunaan knalpot bising atau knalpot brong pada sepeda motor belakangan sedang marak lagi. Tak pelak hal itu memicu keluhan dari masyarakat di wilayah Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Polisi akhirnya turun tangan. Selain menimbulkan ketidaknyamanan, penggunaan knalpot bising ternyata bisa memicu gesekan antar kelompok maupun individu.

Di wilayah Kota Cimahi, salah satu tempat penjualan knalpot brong yakni Pasar Citeureup. Di pasar itu, berbagai jenis dan tipe knalpot brong buatan lokal dijual dengan harga sangat ramat di kocek.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu penjual knalpot brong di Pasar Citeureup ialah Wawan. Pria berusia 38 tahun itu sudah berjualan knalpot bising sejak tahun 2003 silam. Saat Pasar Citeureup masih bernama Pasar Kuda karena banyaknya delman yang mangkal.

"Saya jualan knalpot dari 2003, awalnya ikut orang dulu. Setelah ikut beberapa tahun, baru berani buka sendiri di sini," kata Wawan saat berbincang dengan detikJabar, Senin (13/2/2023).

ADVERTISEMENT

Di masa jayanya terhitung sejak awal tahun 2000-an sampai 2010, dalam sehari ia mampu menjual tiga sampai empat knalpot brong berbagai jenis.

"Ya dulu paling sedikit bisa sehari jual 3 knalpot. Paling banyak ya pernah 5 sehari, tapi beberapa tahun ini ya turun penjualannya," kata Wawan.

Harga jual knalpot yang dijualnya boleh dibilang sangat terjangkau. Mulai dari Rp100 ribu sampai Rp300 ribu untuk kualitas lokal terbaik. Pembelinyajuga berasal dari berbagai kalangan.

"Paling murah Rp100 ribu, ya sudah bisa lah dipakai balap di sirkuit Brigif. Soalnya memang kebanyakan kan dulu buat di sirkuit, kalau sekarang memang banyak di jalan. Yang beli dari anak sekolah banyak, warga biasa juga ada," tutur Wawan.

Ia mendapatkan suplai knalpot bising itu dari daerah Jawa Tengah, salah satunya Purbalingga. Sementara di Jawa Barat sendiri agak jarang, kalaupun ada harganya lebih mahal.

"Dari Purbalingga, rata-rata di sini yang jual dapat barang dari sana. Kalau yang buatan Bandung itu ada, tapi mahal. Agak susah jualnya. Hitungannya dari Purbalingga itu dari harga Rp70 ribu juga ada, nah di Bandung harga segitu baru buat modal ngelas," tutur Wawan.

Pamor kios-kios knalpot dan aksesoris di Pasar Citeureup Cimahi belakangan memudar. Faktor utamanya yakni transaksi secara online atau dalam jaringan (daring). Gempuran media sosial juga turut berdampak.

Kondisi itu dirasakan Wawan sejak dua sampai tiga tahun belakangan. Terlebih lagi saat pandemi COVID-19 melanda, penjualan knalpot yang digelutinya hampir20 tahun silam merosot tanpa mampu dihentikan.

"Ya semenjak ada penjualan online, itu sangat menurun penjualannya. Sekarang sehari 1 knalpot terjual saja sudah susah. Seminggu paling tiga sampai empat terjual," kata Wawan.

Penjualan knalpot secara online tak terbendung. Penyuplai dari Purbalingga, bahkan sudah banyak yang mempunya toko online. Hal itu tentunya menjangkau langsung pembeli.

"Kalau online kan lebih praktis, nggak perlu datang ke sini. Saya juga sempat coba jual online, tapi ya tetap kalah sama yang tokonya lebih besar terus harga lebih murah juga," kata Wawan.

Ia tak tahu bisa bertahan berapa lama lagi. Namun sampai saatnya tiba ia harus berhenti berjualan, Wawan akan selalu membuka kios knalpot di Pasar Citeureup.

"Ya mudah-mudahan selalu ada rejekinya. Soalnya yang ke sini juga ada yang servis knalpotnya karena gagal beli online," ucap Wawan.




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads