Aksi dugaan pencabulan dilakukan seorang dosen di Kampus Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya. Kasus itu sudah merebak di kalangan mahasiswa. Pihak Unsil sendiri tidak membantah, saat ini mereka masih melakukan investigasi.
Berikut fakta-fakta dugaan aksi pencabulan tersebut yang dirangkum detikJabar:
1. Heboh di Kalangan Mahasiswa
Kabar soal dugaan pelecehan menjalar di kalangan mahasiswa. Dosen tersebut diduga melakukan pelecehan atau kekerasan seksual selama beberapa tahun terakhir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari informasi yang dihimpun detikJabar, beberapa pekan lalu, seorang mahasiswa yang mewakili sebuah universitas di Jerman diduga jadi korban pelecehan dosen tersebut.
Wakil Rektor bidang Umum dan SDM Unsil Tasikmalaya Gumilar Mulya membenarkan adanya kasus itu dan sudah ditangani pihak rektorat. "Memang benar ada indikasi terjadinya kekerasan seksual di kampus kami. Satgas PPPK (Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual) sudah bergerak, menampung laporan dari semua yang pernah merasa dilecehkan," kata Gumilar, Rabu (8/2/2023).
2. Ada Bukti CCTV
Satgas PPPK (Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual) dijelaskan Gumilar sedang melakukan investigasi terkait kasus ini. Bukti dan saksi yang berkaitan dengan dugaan pelecehan seksual itu terus digali.
"Sedang diinvestigasi, sejauh ini sudah ada bukti pengakuan dan rekaman CCTV. Memang korbannya lebih dari satu, tapi bentuk kekerasan atau pelecehannya seperti apa, tidak dapat kami sampaikan di sini," kata Gumilar.
Terkait rekaman CCTV yang menjadi alat bukti, Gumilar menjelaskan rekaman itu berisi perlakuan dosen kepada mahasiswa yang mewakili universitas asal Jerman. Saat itu korban dan dosen berpapasan di lorong selebar 2 meter. Namun entah mengapa, dosen itu menabrakkan bahunya. Korban kemudian menegur, namun malah mendapatkan jawaban yang melecehkan.
"Bukan mahasiswa asal Jerman, tapi dia warga Indonesia yang kuliah di Jerman. Namun memang kedatangannya ke sini mewakili Jerman," kata Gumilar.
"Lorong itu 2 meter, jadi seharusnya tidak harus bertabrakan. Tapi dia menyenggol bahu, korban bertanya tapi jawabannya kurang mengenakan," ujar Gumilar.
3. Ada Laporan Korban Lain
Informasi lainnya yang dihimpun, terdapat laporan dari korban-korban lain yang saat ini sudah ditangani oleh Satgas PPPK. "Hari ini pun Satgas PPPK dan Rektor sedang bertolak ke Jakarta untuk melapor ke Kemendikbud terkait kasus ini," kata Gumilar.
Dia menegaskan pihak Unsil akan mengambil langkah-langkah tegas sesuai aturan dalam menangani kasus pelecehan dosen terhadap mahasiswi itu. "Kami berusaha tegas dan memedomani aturan-aturan," kata Gumilar.
4. Oknum Dosen Dinonaktifkan
Dosen Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya yang diduga terjerat kasus pelecehan, dinonaktifkan sementara dari posisinya sebagai pengajar usai tersandung kasus dugaan pelecehan seksual kepada mahasiswi.
"Agar investigasi tenang, dosen tersebut dinonaktifkan sementara sambil menunggu proses investigasi," kata Wakil Rektor Bidang Umum dan SDM Unsil Tasikmalaya Gumilar Mulya, Rabu (8/2/2023).
Gumilar menjelaskan keputusan menonaktifkan dosen tersebut merupakan tindak lanjut dari hasil investigasi Satgas PPPK (Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual).
"Jadi yang bersangkutan dinonaktifkan sampai masa investigasi selama 30 hari selesai. Kalau terbukti akan diberi sanksi sesuai aturan. Kalau tidak terbukti nama baiknya akan direhabilitasi," kata Gumilar.
5. Ancaman Pemecatan Mengintai
Pihak Unsil akan memberikan sanksi tegas jika dugaan pelecehan seksual terbukti. Bahkan tidak menutup kemungkinan dosen tersebut akan dipecat. "Bisa sampai dipecat, yang bersangkutan ini statusnya dosen PPPK (pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja)," kata Gumilar.
Gumilar meminta seluruh civitas Universitas Siliwangi mendukung upaya investigasi yang dilakukan Satgas PPPK dengan melapor jika menjadi korban dosen tersebut. "Silahkan lapor ke Satgas PPKS. Yang sudah melapor pun ada yang masih mahasiswi dan alumni," kata Gumilar.
6. Pendampingan Psikologis untuk Korban
Saat ini para korban sedang tertekan. Pihak Unsil sudah memberikan pendampingan dari psikolog untuk para korban.
"Ya memang posisi mahasiswi yang jadi korbannya bingung, serba salah. Mau lapor gimana, gak lapor gimana. Apalagi kalau bimbingan kan seorang diri, tidak ada saksi atau bukti," kata Gumilar.
"Mungkin secara psikologis ada dampak, sehingga kami berikan pendampingan psikolog kepada para korban, biayanya semua ditanggung oleh Unsil," sambung Gumilar.
7. Muncul Baliho Kecaman
Ada yang berbeda dengan suasana kampus Universitas Siliwangi (Unsil) di Jalan Siliwangi Kota Tasikmalaya. Sejak beberapa hari terakhir muncul baliho menyuarakan kecaman atas tindakan kekerasan dan pelecehan seksual di lingkungan kampus.
Pantauan detikJabar, Rabu (8/2/2023) baliho berukuran besar itu bertuliskan "Universitas Siliwangi Tidak Menoleransi Kekerasan Seksual". Spanduk itu dibuat Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS). Baliho itu setidaknya terpasang di empat titik kawasan kampus.
Kehadiran baliho itu seakan melengkapi terungkapnya perilaku seorang dosen yang melakukan tindakan kekerasan atau pelecehan seksual kepada sejumlah mahasiswi. Kasus ini sedang diinvestigasi Satgas PPKS, satuan tugas yang dibentuk berdasarkan peraturan Kemendikbud Ristek untuk menangani kasus pelecehan seksual di lingkungan kampus.
8. Jadi Buah Bibir
Kasus itu sendiri telah menjadi buah bibir di kalangan mahasiswa Unsil, terutama di Fakultas Ekonomi. Sang oknum dosen sudah diketahui karakternya oleh para mahasiswa.
"Sudah rahasia umum, dosen itu memang cunihin (genit)," kata salah seorang mahasiswi semester akhir saat ditemui, Rabu (8/2/2023).
"Ya gitulah, dari omongannya, terus dia juga gampang sekali pegang-pegang. Kalau ke saya sih tidak pegang area sensitif, hanya pegang tangan atau pundak," sambungnya.
Sejumlah alumni Fakultas Ekonomi Unsil yang sempat dimintai tanggapan oleh detikJabar juga mengutarakan hal serupa. Mereka bersyukur jika semuanya kini mulai terungkap.
"Mahasiswi-mahasiswi sudah pada tahu sih, baguslah kalau sekarang terungkap dan ditindak oleh kampus," ujar E, seorang alumni fakultas ekonomi Unsil lulusan tahun 2010.
Menurutnya keberanian mahasiswi asal Jerman melaporkan perilaku dosen itu patut diapresiasi sebagai bentuk perlawanan. "Bagus kalau ada yang berani speak up, karena dia mahasiswi dari luar pasti berani, karena tidak ada beban," ungkap E.