Jabar Sepekan: Sopir Audi Ditahan Polisi hingga Kisruh Petani Milenial

Tim detikJabar - detikJabar
Minggu, 05 Feb 2023 22:45 WIB
Foto: Mobil audi yang jadi penyebab kematian Selvi dalam kecelakaan di Jalan Raya Bandung-Cianjur (Ikbal Selamet/detikJabar).
Bandung -

Sejumlah peristiwa mewarnai pemberitaan di Jawa Barat (Jabar) selama sepekan. Mulai dari ditahannya sopir mobil Audi yang terlibat dalam kecelakaan dan menewaskan Selvi Amalia di Cianjur, hingga ramainya kisruh tentang program Petani Milenial dari Pemprov Jabar.

Berikut rangkuman Jabar Sepekan:

Drama Sopir Audi Penabrak Mahasiswa Cianjur Berujung Ditahan Polisi

Sugeng Guruh Gautama Legiman, sopir mobil Audi ditetapkan menjadi tersangka atas kasus kecelakaan maut yang menewaskan Selvi Amalia di Jalan Raya Bandung, Desa Sabandar, Kecamatan Karangtengah, Cianjur. Sugeng kemudian resmi ditahan setelah menyerahkan diri.

Penahanan Sugeng dilakukan berdasarkan hasil pertimbangan penyidikan dan pasal 21 ayat 1 KUHAP. Di mana, alasan subjektif bahwa tersangka dikhawatirkan akan melarikan diri dan alasan objektifnya ancaman hukuman di atas lima tahun.

"Iya sudah ditahan malam tadi," ujar Kapolres Cianjur AKBP Doni Hermawan saat ditemui di Pendopo Cianjur, Jalan Siti Jenab, Senin (30/1/2023).

"Itu jadi pertimbangan kita lakukan penahanan, berdasarkan alasan subjektif dan objektif pada pasal 21 ayat 1 (KUHAP)," kata Doni menambahkan.

Doni menyebutkan tersangka akan menjalani penahanan selama 20 hari ke depan. "Ditahan selama 20 hari masa tahanan, kalau nanti dalam masa pemeriksaan apakah berkasnya sudah selesai, lalu kita proses pelimpahan perkara ke penuntut umum," ujar Doni.

Dia menambahkan saat ini sudah 13 orang saksi yang diperiksa terkait kasus kecelakaan yang menewaskan mahasiswi di Cianjur. Tim Forensik dan Tim Inafis turut dilibatkan dalam penyelidikan kasus tersebut.

"Akhirnya bisa disimpulkan bahwa yang menjadi penyebab kecelakaan atau kendaraan yang terlibat kecelakaan ini adalah kendaraan Audi warna hitam," kata Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Ibrahim Tompo.

Jumat lalu, berkas kasus sudah dinyatakan lengkap. Berkas kasus ini sudah diberikan kepada Kejaksaan Cianjur dan segera naik ke meja hijau. "Berkas sudah dinyatakan lengkap," kata Ibrahim kepada wartawan via pesan singkat, Jumat (3/2/2023).

Tersangka pun dijerat dengan Pasal 310 ayat 4 junto pasal 312 Undang-undang RI nomor 2009 tentang lalulintas dan Angkutan Umum dengan ancaman hukuman 6 tahun penjara.

Pasal 310 ayat (4) berbunyi "Dalam hal kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 12.000.000".

Sedangkan Pasal 312 berbunyi: "Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang terlibat Kecelakaan Lalu Lintas dan dengan sengaja tidak menghentikan kendaraannya, tidak memberikan pertolongan, atau tidak melaporkan Kecelakaan Lalu Lintas kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia terdekat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 231 ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c tanpa alasan yang patut dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp 75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah).

Curhatan Petani Milenial dan Permintaan Maaf Gubernur Jabar

Program Petani Milenial yang digagas Pemprov Jawa Barat tersandung masalah oleh salah satu pesertanya. Ia curhat di media sosial lantaran hasil produknya tidak dibayar hingga harus menanggung utang ke BJB hingga senilai Rp 1,3 miliar melalui skema kredit usaha rakyat (KUR).

Petani Milenial yang curhat itu Rizky Anggara, warga Kabupaten Bandung Barat (KBB) yang mengikuti program itu pada akhir Juli 2021. Saat itu, ia bergabung bersama 19 pemuda lainnya dari berbagai daerah di Jabar untuk menggarap komoditas tanaman hias di wilayah Lembang, KBB.

"Jadi perusahaan ini, saya sebut aja inisialnya CV MI, nggak bayar hasil panen ke kita. Itu totalnya nyampe Rp 1,3 miliar dari pertama sampai kami habis kontrak di program Petani Milenial. Mereka nggak mampu buat bayar hasil panen kita," katanya.

Rizky sebetulnya bukan tanpa usaha untuk menagih janji pembayaran panen tanaman hias yang ia budidayakan. Namun, meski sudah dibawa dalam rapat evaluasi pascapanen, hasilnya tetap saja nihil. Saat itu, tidak ada solusi dari Pemprov Jabar yang disebutkan seolah melepas tanggung jawab.

Tak hanya itu, kata Rizky, penanggung jawab program ini juga saling lempar kewenangan. Contohnya saat Rizky mencoba menghubungi Biro Ekonomi Setda Jabar, salah satu pejabatnya malah angkat tangan dan beralasan bahwa program itu kewenangannya ada di Dinas Tanaman Pangan dan Holtikurtura.

"Mereka ini kan pemilik program ini, kita bermasalah gara-gara program mereka. Tapi giiliran kita sekarang nama kita kotor di bank, mereka lepas tangan. Saya nge-WA pun nggak menjawab. Malah ada waktu itu menjawab dari Biro Perekonomian justru melempar ke dinas. Jadi patuding-tuding (saling tuduh), akhirnya nggak ada hasil," keluh Rizky.

Akibat mengutang ke bank melalui skema KUR di program Petani Milenial, salah satu rekan Rizky harus didatangi pegawai bank di rumahnya di Cimahi. Temannya itu hanya tinggal berdua saja bersama ibunya yang sama sekali tidak tahu-menahu tentang program petani milenial.

Sontak, ibu dari rekan Rizky itu menjadi kaget bukan kepalang. Rizky memang bersih dari masalah perbankan lantaran sistem permodalan yang ia lakukan waktu itu dengan cara menerima pinjaman langsung dari PT Agro Jabar. Namun tetap saja, sebagai ketua kelompok, ia merasa berang karena tidak adanya pejabat yang mau turun tangan membereskan masalah tersebut.

"Siapa yang nggak kaget rumahnya didatangi pegawai bank tiba-tiba. Walaupun bukan untuk menagih, tapi kan ini udah keterlaluan. Didatangi ke rumah, sementara orang dinas masih asik dengan (program) PetaniMilenial yang baru,"ungkapnya.

Tak hanya itu saja, Rizky juga bercerita jika program Petani Milenial hanya jadi ajang pencitraan. Contohnya saja saat Rizky mengalami masalah di lapangan, kelompoknya tidak pernah mendapat solusi penanganan dari Pemprov Jabar.

Namun saat mereka mendapatkan panen, para pejabatnya berbondong-bondong datang lengkap dengan dokumentasi yang akan dipajang di media sosial.

"Kita panen nih, mereka berbondong-bondong datang ke tempat kita. Dokumentasi dan sebagainya. Tapi giliran sekarang nama kita kotor di bank, rumah kita didatangi orang bank, mereka lepas tangan," kata Rizky, Rabu (1/2/2023).

Dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Rizky sebetulnya mengaku malu untuk membeberkan seabreg masalah program Petani Milenial Milenial tersebut. Namun, yang hanya ia inginkan adalah itikad baik dari Pemprov Jabar dalam menyelesaikan masalah kelompoknya hingga harus mengutang ke bank senilai Rp 1,3 miliar.

Tapi masalahnya, sejak dulu, Rizky mengaku itikad itu tak pernah ditunjukkan para pejabat Pemprov Jabar. Misalnya saja saat acara Inagurasi Petani Milenial Angkatan 2021 di Bogor pada Maret 2022, pemprov tak kunjung menunjukkan tanda-tanda mau bertanggungjawab menyelesaikan masalah kelompoknya.

"Tadinya kami mengancam tidak akan ikut kegiatan tersebut. Tapi karena mendapatkan uang saku, gas aja. Jujur ini mah satu-satunya alasan," tulis Rizky dalam sebuah thread yang ia cuit di akun Twitter-nya. Rizky pun telah mengizinkan detikJabar untuk mengutip thread tersebut.

Malam inagurasi itu bahkan sampai dikemas menjadi talkshow acara TV swasta nasional yang dipimpin langsung oleh host kondang di Indonesia. Tak ayal, wajah Rizky pun terpampang di sana lantaran ia ikut serta menyampaikan testimoni hingga menjadi video yang ditampilkan di acara itu.

"Kami tersenyum saja karena narasumber yang ditampilkan bukan bentukan dari program ini (Petani Milenial). Melainkan mereka yang telah sukses jauh sebelum adanya program ini," tulis Rizky lagi di cuitan thread-nya.

Karena wajahnya kerap dipajang untuk testimoni program Petani Milenial, Rizky pun hanya bisa pasrah. Pernah suatu waktu, testimoninya juga ikut dipamerkan dalam sebuah pameran di Malang mengenai klaim kesuksesan program ini. Sontak, Rizky yang juga berkuliah di Malang, harus ikut menanggung malu karena nyatanya Petani Milenial kini menyisakan masalah sebagaimana yang ia rasakan.

"Kalau saya pribadi, jujur saya juga malu. Saya dijadikan kayak testimoni di Petani Milenial. Karena saya kan sebagai ketua, saya di setiap event pasti selalu diminta testimoni. Kebetulan saya kuliah di Malang, dari dinas kemudian ada pameran di Malang. Nama saya akhirnya dibawa-bawa, wajah saya dibawa-bawa, tapi hasilnya apa," kata Rizky mengungkapkan kekesalannya itu.

Rizky berharap Pemprov Jabar bisa turun tangan mengatasi masalah kelompok petani milenialnya yang kini memiliki utang di bank senilai Rp 1,3 miliar. Dibanding membentuk Petani Milenial baru dan membangga-banggakannya ke daerah lain, bahkan hingga ke pemerintah nasional, Rizky mendesak supaya pemprov bisa terlebih dahulu menyelesaikan masalah yang ada di kelompoknya.

"Kami meminta ke pemprov tidak lepas tanggungjawab. Saya sengaja meramaikan ini, sejauh yang saya alami 1 tahun kemarin, setiap kita laporan ke atas, kalau ada masalah, dinas atau Biro Perekonomian itu selalu menyampaikan ke atasannya mereka itu baik-baik aja. Jadi dibanding bikin program Petani Milenial baru, selesaikan dulu nih masalah kami sampai kami harus terjerat utang Rp 1,3 miliar," ucapnya.

Curhatan Rizky kemudian mendapat sorotan langsung dari Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil. Melalui akun Twitter pribadinya @ridwankamil, Kang Emil memohon maaf atas polemik yang terjadi dalam program Petani Milenial.

"Hatur nuhun Kang atas informasinya. Saya meminta maaf atas kekurangan program, dan meminta maaf atas kepada pihak yang mengalami ketidaknyamanan sebagai akibat dari permasalahan program ini," kata Kang Emil dalam cuitannya sebagaimana dikutip detikJabar, Kamis (2/2/2023).

Kang Emil pun memastikan sudah menginstruksikan jajarannya supaya segera menyelesaikan polemik program Petani Milenial ini. "Saya sudah instruksikan masalah ini untuk segera diselesaikan," kata Emil.

Kini setelah polemik ini ramai mendapat sorotan, Pemprov Jabar memastikan bakal bertanggung jawab. Pemprov memastikan akan melunasi utang dari angkatan pertama kelompok Petani Milenial itu pada Senin (6/2/2023).

"Kami dari pemprov tidak akan lepas tangan. Rencana hari Senin akan kita selesaikan pembayaran kredit mereka ke BJB," kata Yuke dalam konferensi pers di Gedung Sate, Kamis (2/2/2023) petang.

Yuke pun memastikan Senin depan Pemprov Jabar bakal melunasi utang para Petani Milenial tersebut. Mereka juga dipastikan bakal mendapat keterangan pelunasan dari BJB, sehingga catatan keuangannya menjadi bersih kembali dari persoalan piutang.

"Senin akan kami upayakan secepat mungkin melunasi kredit. Sekaligus juga kami nanti akan otomatis Bank BJB akan mengeluarkan keterangan pelunasan, otomatis di bank akan keluar," pungkasnya.

Belakangan, Kang Emil turut membahas kembali soal Petani Milenial. Ia membeberkan data jika program unggulannya itu telah mencetak 70 persen Petani Milenial yang sukses, meski sisanya diakui Kang Emil mengalami kegagalan.

"Tapi yang berhasil lebih banyak dari pada yang gagal. Yang gagal 30 persen datanya, yang berhasil 70 persen," kata Kang Emil usai menghadiri acara Rakernas DPP KNPI di Gedung Merdeka, Kota Bandung, Jumat (3/2/2023).

Kang Emil merinci, pada 2021, ada 560 petani milenial yang gagal. Tapi, yang sukses berkat program unggulannya itu mencapai sekitar 1.200 orang. Begitu juga pada 2022. Dari 20 ribu orang yang mendaftar, sekarang sudah terseleksi hingga mencapai 5 ribu peserta.

Melalui data itu, Kang Emil ingin menyatakan program Petani Milenial merupakan gagasan untuk meregenerasi profesi petani. Sebab menurutnya, banyak anak-anak muda yang meninggalkan profesi itu yang sebetulnya berguna untuk menjaga keseimbangan pangan.

"Sebelum lahir petani milenial yang digagas Pemprov Jabar, itu anak-anak muda ke mana, pemilik modal ke mana, offtaker ke mana. Oleh petani milenial dihubungkan, ngobrol. Jadi ini bukan program hibah, kami hanya mengawinkan tiga pihak yaitu petani, perbankan, dan pembeli," ucapnya.

Jika dalam perjalanannya mengalami dinamika, Kang Emil meminta publik tidak langsung menyimpulkan bahwa program unggulannya itu gagal. Sebab menurutnya, berkaca pada kasus Petani Milenial kemarin, hal itu terjadi karena faktor offtaker-nya merugi akibat perang Rusia-Ukrania.

"Pasti ada dinamika. Oh ini rugi, kayak kasus yang kemarin itu, sebetulnyaofftaker-nya bukan kabur, tetapi dia rugi karena perang Rusia danUkraina.Terdampaklah, jadi tidak bisa beli produk. Kami tidak bisa selalu disimpulkan program ini seolah-olah pencitraan atau gagal lah, saya minta objektif. Jadi sebetulnya yang berhasil lebih banyak daripada yang gagal,"pungkasnya.




(ral/mso)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork