Nama suatu desa biasanya tidak terlepas dari unsur geografis, tradisi ataupun budaya yang melingkupinya. Namun terkadang, nama desa itu ada yang terdengar aneh, lucu ataupun unik
Seperti di Kabupaten Sumedang, ada salah satu desa yang bernama Desa Boros. Desa itu tepatnya berada di Wilayah Kecamatan Tanjungkerta.
Apakah nama desa itu ada kaitanya dengan kebiasaan warganya atau mengacu pada suatu peristiwa hingga namanya menjadi Boros?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengertian dari kata boros adalah orang yang berlebih-lebihan dalam pemakaian uang, barang dan sebagainya : orang yang hidupnya -- tidak akan menjadi kaya.
Namun usut punya usut nama Desa Boros ternyata kebalikan dari pengertian di atas. Hal itu diungkapkan oleh Kepala Desa Boros, Dadan Iskandar.
Ia menjelaskan, nama Boros mengacu kepada yang dalam istilah Sunda disebut sebagai sasakala sepuh atau berkaitan dengan cerita orang tua dulu. Pengertian Boros di sana, kata dia, adalah bakal atau akan yang mengacu kepada visi kemajuan.
"Boros di sana itu jadi artinya bakal, jadi bukan Boros yang berarti hambur akan sesuatu, tapi Boros di sana Boros yang artinya yang bakal," paparnya kepada detikjabar belum lama ini.
Dadan melanjutkan, dengan sasakala itu, Desa Boros ke depan diharapkan akan semakin maju dalam segala bidang, seperti di antaranya dalam bidang ekonomi ataupun pertaniannya.
"Boros itu sasakala orang tua dulu, jadi orang tua dulu di sini dulunya punya visi agar Boros bisa berkembang dalam bidang ekonominya atau pertaniannya," paparnya.
Dadan mengungkapkan, belum ada data yang pasti terkait sejarah kapan berdirinya Desa Boros ini. Namun sejauh penelusurannya, Desa Boros telah dipimpin oleh enam kepala desa dan dari sejak dulu, Desa Boros masuk menjadi bagian Kecamatan Tanjungkerta.
"Desa Boros menjadi salah satu desa yang belum mengalami pemekaran di Kecamatan Tanjungkerta," ujarnya.
Warga Desa Boros diketahui berjumlah 2.513 jiwa atau 980 kepala keluarga (KK). Warga di sana khususnya para orang tua, rata-rata atau 70 persennya berprofesi sebagai petani.
"Dari 640 hektar luas wilayah Desa Boros, 80 persennya merupakan lahan persawahan," ujar Dadan.
Dadan menambahkan, sementara untuk warga usia remaja, mereka yang perempuan kebanyakan bekerja di pabrik-pabrik.
"Kalau yang laki-laki sebagian ada yang di pabrik dan sebagiannya berwirausaha seperti buka bengkel dan lain-lain," terangnya.
![]() |
(tey/tey)