Demam Berdarah Dengue (DBD) teror warga Kota Sukabumi, Jawa Barat. Angka kematiannya lebih tinggi ketimbang kasus angka kematian COVID-19 pada tahun 2022 lalu.
Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, sebanyak 1.028 warga Sukabumi positif DBD, 13 di antaranya meninggal dunia. Sementara itu, dibandingan dengan kasus COVID-19, ada 8 orang meninggal dunia.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Sukabumi Wita Darmawati mengatakan, faktor meningkatnya kasus DBD karena cuaca dan pola hidup sehat yang berkurang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Faktornya karena memang sekarang musim hujan ya kemudian mungkin masyarakat juga kepedulian terhadap kesehatan lingkungannya rada kendor. Jadi kita harus giatkan lagi bagaimana gerakan bebas jentik nyamuk," kata Wita kepada detikJabar, Kamis (12/1/2023).
Lebih lanjut, dia juga berencana akan mengeluarkan surat edaran terkait upaya pencegahan DBD. Pihaknya enggan mengulang kejadian angka kematian tertinggi akibat DBD
"Karena dulu kan kita pernah mengalami kematian DBD itu tinggi, kemudian menurun, sekarang tinggi lagi. Minggu-minggu ini memang banyak peningkatan kasus DBD," ujarnya.
Dia juga mengungkapkan, rata-rata korban DBD di Sukabumi hampir merata namun didominasi oleh anak-anak. "Berdasarkan usia itu dewasa, rata-rata anak-anak," tuturnya.
Selain itu, fogging juga menjadi alternatif terakhir untuk membunuh nyamuk khususnya pembawa (vektor) penyakit demam berdarah dengue (DBD).
"Itu jalan terakhir sebenarnya ketika memang terjadi ada kematian di sana maka kita fogging. Meski sebenernya bukan untuk menyelesaikan itu semua hanya mematikan nyamuk yang dewasa tapi kan jentik-jentik yang masih ada mah hidup lagi kan," tutupnya.
(mso/mso)