COVID-19 Varian Kraken Belum Terdeteksi di Indonesia

Kabar Nasional

COVID-19 Varian Kraken Belum Terdeteksi di Indonesia

Tim detikHealth - detikJabar
Rabu, 11 Jan 2023 12:30 WIB
Virus variant, coronavirus, spike protein. Omicron. Covid-19 seen under the microscope. SARS-CoV-2, 3d rendering
Ilustrasi (Foto: Getty Images/iStockphoto/Naeblys)
Jakarta -

Amerika Serikat saat ini tengah mengalami lonjakan kasus COVID-19. Varian Kraken diyakini memicu lonjakan itu dengan mengakibatkan belasan ribu orang terinfeksi dan seratusan kasus meninggal dunia.

Dikutip dari detikHealth, lonjakan kasus ini turut disorot Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pasalnya diketahui, hanya varian kraken atau Omicron XBB.1.5. yang paling menular di antara varian lainnya.

Karena tingkat fatalitasnya yang begitu tinggi, muncul pertanyaan apakah varian kraken ini sudah masuk RI? Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI dr Siti Nadia Tarmizi menyebut hingga saat ini pemerintah belum menemukan satupun kasus varian kraken. Dominasi infeksi COVID-19 masih berasal dari varian XBB, BQ.1, BA.5, dan BF.7.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

''Belum terdeteksi saat ini,'' terang dr Nadia saat dihubungi Selasa (10/1/2023).

''Kita memperkuat surveilans genomik dan kasus baru ya. Disarankan tetap memakai masker bila sakit,'' sambung dia.

ADVERTISEMENT

Sementara pimpinan teknis COVID-19 dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Maria Van Kerkhove mengungkap kemungkinan alasan yang membuat varian kraken lebih mudah menular.

"Alasannya adalah mutasi yang ada dalam subvarian Omicron ini, memungkinkan virus ini menempel pada sel dan bereplikasi dengan mudah," jelasnya.

Meski belum ada data pasti terkait gejala varian kraken, keluhan klinis pasien yang terkena COVID-19 jenis ini kemungkinan mirip dengan varian Omicron lain, yakni meliputi:

Tenggorokan gatal
Sakit tenggorokan
Nyeri punggung bawah
Hidung meler/tersumbat
Sakit kepala
Kelelahan
Bersin
Keringat malam
Pegal-pegal
Batuk tanpa dahak
Batuk berdahak
Suara serak
Kemampuan indra penciuman berubah
Sakit dan nyeri otot

Artikel ini sudah tayang di detikHealth, baca selengkapnya di sini




(ral/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads