8 Fakta Warga Kampung Cikurutug Cianjur Tandu Jenazah Lewati 'Jalan Neraka'

8 Fakta Warga Kampung Cikurutug Cianjur Tandu Jenazah Lewati 'Jalan Neraka'

Tim detikJabar - detikJabar
Jumat, 06 Jan 2023 08:30 WIB
Jenazah ditandu 16 kilometer di jalan  neraka Cianjur.
Warga tandu jenazah 16 km di Cianjur (Foto: Istimewa).
Bandung -

Warga Kampung Cikurutug, Desa Mekarsari, Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur terpaksa menandu jenazah salah seorang warga. Almarhum harus ditandu lantaran akses jalannya tidak bisa dilalui kendaraan roda empat.

Berikut rangkuman detikJabar mengenai fakta-fakta warga Cikurutug yang harus menandu jenazah hingga ke perkampungan:

1. Jenazah Korban Kecelakaan

Iwan Setiawan (40), warga Kampung Cikurutug, menuturkan jenazah yang ditandu warga tersebut merupakan korban kecelakaan di Purwakarta. Pria muda itu sempat dirawat di rumah sakit Purwakarta selama empat hari, namun akhirnya meninggal karena luka parah yang dialami akibat kecelakaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jenazah akhirnya dibawa ke kampung halaman di Cikurutug, Desa Mekarsari beberapa hari lalu. Namun ambulans yang mengantar jenazah hanya bisa mengantar hingga jalan utama Naringgul di Kampung Cigahu, Desa Wangunjaya.

"Begitu mendapatkan kabar ada warga yang meninggal dana akan dibawa ke kampung, warga sudah langsung siap-siap di pinggir jalan. Karena memang jalan tidak bisa dilalui mobil, harus ditandu. Makanya begitu jenazah datang, kami langsung siapkan tandu dan menandu jenazah hingga ke Cikurutug," ucap Iwan, Kamis (5/1/2023).

ADVERTISEMENT

2. Ditandu Sejauh 16 Km dengan Waktu 6 Jam

Jenazah itu ditandu warga sejauh 16 kilometer menggunakan sebilah batang bambu dan dua sarung. Secara bergantian warga menandu melalui jalan terjal perbukitan hingga harus melintasi sungai berarus deras.

Rombongan penandu yang berangkat pukul 16.00 WIB pun berhasil sampai ke kampung Cikurutug pada pukul 22.00 WIB. "Kami sampai ke kampung jam 10 malam atau kalau dihitung-hitung perjalanan selama 6 jam," jelasnya.

3. Ditandu 30 Orang

Iwan mengatakan, jenazah yang dibawa warga bertubuh besar. Sehingga perlu banyak orang untuk menandunya. Bahkan ada sekitar 30 orang yang bergantian menandu jenazah tersebut sejauh 16 kilometer.

Selain itu, medan yang dilalui juga tidaklah mudah. Warga harus berjalan menyusuri jalanan bebatuan yang terjal serta melintasi sungai berarus deras.

"Ada sekitar 30 orang yang bergantian menandu jenazah tersebut dari jalan utama menuju Kampung Cikurutug sejauh 16 kilometer," kataIwan.

4. Ditandu dengan Bambu dan 2 Helai Sarung

Iwan mengungkapkan jenazah tersebut ditandu menggunakan sebilah bambu dan dua lembar sarung. Ada dua orang yang menandu di bagian depan dan belakang bambu.

Para penandu hanya mampu berjalan sejauh 100 meter, kemudian diganti penandu lainnya. Hal itu terus dilakukan hingga sampai tujuan.

"Jalanya ekstrem, dua orang penandu hanya sanggup menandu sejauh 100 meter. Kalau lebih dari itu berarti fisiknya memang kuat. Makanya butuh 6 jam untuk bisa sampai Kampung Cikurutug dari jalan utama, terakhir ambulans bisa melintas," jelas Iwan.

5. Bukan Kejadian Pertama

Dia mengatakan jenazah yang ditandu menyusuri jalan tersebut bukan yang pertama kali. Hampir setiap tahunnya ada saja warga meninggal dan sakit yang harus ditandu warga.

Rusaknya jalan serta tidak adanya akses jembatan membuat kendaraan tidak bisa sampai ke Kampung Cikurutug, bahkan ke Kantor Desa Mekarsari.

Dia menyebut kejadian tersebut bukan yang pertama. Setiap ada warga yang sakit, hendak melahirkan, hingga meninggal dunia akan ditandu hingga ke jalan utama.

Rusaknya akses jalan serta tidak adanya jembatan penghubung membuat warga terpaksa gotong royong menandu warga lainnya yang butuh pertolongan.

"Sebenarnya bisa saja mobil melintas, karena jalannya cukup untuk mobil, Tapi itu kalau kemarau, kalau musim hujan terlalu berbahaya, sebab harus melintasi sungai yang bisa saja meluap saat hujan. karena tidak ada jembatan, baru dibangun pondasi. Jadi kalaupun ada yang pakai sepeda motor apalagi mobil ke desa kami, itu merupakan pengendara yang nekat dan bernyali tinggi," tuturnya.

6. Tahun Lalu 6 Ibu Hamil Harus Ditandu

Warga Kampung Cikurutug sudah terbiasa menandu jenazah hingga warga hamil dan sakit. Bahkan di tahun lalu, ada enam ibu hamil yang ditandu. Bahkan dua di antaranya melahirkan di jalan.

"Kalau tahun ini kasus pertama, tapi kalau tahun-tahun sebelumnya sudah sering. Makanya warga siaga banyak yang bantu karena sudah terbiasa kalau ada yang sakit, hamil, dan meninggal pasti ditandu," ujar Iwan.

Dia mengungkapkan pada 2022 lalu, ada sebanyak enam ibu hamil yang ditandu karena akan melahirkan di puskesmas dan bidan terdekat. Namun, jarak yang jauh dan medan yang ekstrem membuat dua di antaranya terpaksa melahirkan di tengah jalan dengan dibantu warga.

"Iya ada enam ibu hamil yang ditandu di tahun lalu, empat orang berhasil dibawa ke bidan dan puskesmas terdekat sedangkan dua lainnya melahirkan di jalan," kata dia.

"Selain itu, ada juga lima orang sakit yang ditandu pada tahun lalu," tambahnya.

7. Harapan Warga Agar Jalan Kampung Cikurutug Diperbaiki

Iwan berharap pemerintah segera membangun jalan dan jembatan untuk menuju Desa Mekarsari, Kecamatan Naringgul. Dia khawatir jika kondisi tersebut mengakibatkan warga yang sakit meninggal akibat tidak segera dibawa ke layanan kesehatan.

"Jarak tempuhnya kan jauh, ditambah harus jalan kaki. Tandu jenazah saja kemarin sampai 6 jam perjalanan. Saya harap jembatan segera dibangun dan jalan diperbaiki, supaya warga yang sakit dan ibu hamil tidak perlu lagi ditandu tapi bisa dibawa menggunakan ambulan," ujarnya.

8. Respons Kepala Desa

Sementara itu, Kepala Desa Mekarsari Saleh Hermawan mengatakan akses ke desanya memang sulit. Hal itu mengingat infrastruktur yang minim.

"Selama ini aktivitas warga apabila keluar desa menggunakan jembatan gantung yang kondisinya sudah lapuk, namun ada juga yang menggunakan kendaraan mobil harus turun ke sungai tapi itu sangat membahayakan keselamatan jiwa," jelas Saleh.

Dia mengaku lebarnya sungai membuat pihaknya tidak bisa membuat jembatan dengan anggaran dana desa. Dia pun sudah mengusulkan pembangunan jembatan ke Pemkab Cianjur namun belum ada realisasi.

"Sudah ada bantuan, tapi sebatas untuk pondasi, untuk jembatannya sampai sekarang belum ada kejelasan. Kami berharap segera ada perhatian dari pemerintah, kasian warga," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(ral/mso)


Hide Ads