Mendapat predikat daerah dengan upah minimum kabupaten/kota (UMK) tertinggi di Indonesia, kehidupan pekerja di Karawang, ternyata tak begitu menyenangkan. Seorang karyawan pabrik sparepart ternama di Karawang, Yuda Lesmana menurutkan besaran UMK tak menentukan manisnya kehidupan.
"UMK sih tinggi, tapi biaya hidup juga kan tinggi bang, itu mungkin alasan serikat masih banyak demo," ujar Yuda, saat ditemui di kawasan GOR Panathayuda, Kabupaten Karawang, belum lama ini.
Meski UMK Karawang menyentuh Rp 5.176.179,07 pada 2023, Yuda menuturkan upah yang dia dapat setiap bulan lebih tinggi dari angka tersebut. Yuda mendapatkan rata-rata Rp 6 juta. Meski begitu, masih ada kekurangan sekitar Rp 1 juta setiap bulannya. Sebab uang tersebut tak cukup untuk membayar cicilan rumah, kendaraan, serta biaya sekolah kedua anaknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Cicilan rumah saya Rp 1 juta, setoran sepeda motor Rp 1,6 juta untuk sepeda motor saya dan istri saya. Biaya sekolah anak per bulan itu hampir Rp 3 jutaan termasuk jajan mereka, jadi total biaya hidup perkiraan masih kurang Rp 1 jutaan," papar Yuda.
Untuk mengakali kekurangan itu, Yuda dibantu sang istri berjualan makanan secara online di rumah, "Istri saya dagang online, jualan macam-macam kue, lumayan lah nambal biaya jajan anak-anak," imbuhnya.
Lain halnya dengan Mulyono, dia merupakan rekan kerja Yuda yang masih belum berkeluarga. Berbicara soal UMK dan biaya hidup di Karawang juga dikeluhkan Mulyono. "Penghasilan saya nggak beda sama Mas Yuda, meski hidup sendirian tetep aja kekurangan itu ada. Hanya bedanya saya masih bisa menyisihkan," terang Mulyono.
Mulyono merupakan warga Tulungagung, Jawa Tengah, yang tengah merantau di Karawang. Biaya hidup yang dikeluarkan Mulyono dari upah yang diterima dirasa kurang seimbang. Mulyono harus mengeluarkan biaya hidup rata-rata Rp 2,5 juta per bulan, biaya kontrakan Rp 650 ribu per bulan, setoran kendaraan Rp 1,5 per bulan. Disamping itu dia harus mengirim uang untuk orang tuanya di rumah.
"Uang Rp 5 jutaan saja untuk biaya hidup di sini, buat makan, kontrakan, setoran sepeda motor. Yang Rp 1 juta saya kirim ke orang tua, meski tidak ada minus tetap masih nggak seimbang. Karena kita kerja itu kan harusnya bisa nabung, tapi dengan kondisi begini nggak ada yang bisa ditabung," katanya.
Yuda maupun Mulyono menyimpulkan, besarnya UMK tetap tak menjamin kesejahteraan hidup para buruh di Karawang. Sebab keduanya mengeluhkan tingginya biaya hidup yang harus dikeluarkan di Karawang.
Lihat juga video 'Tiga Sektor Industri Bebas PHK 2023':