Tangkapan ikan di Kabupaten Indramayu selama 2 tahun belakangan menurun. Kondisi itu mempengaruhi semangat para juragan untuk menambah armada laut sehingga produksi kapal kian lesu.
Salah satunya dialami Darto, seorang juragan kapal di Desa Karangsong, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu yang 2 tahun ini tidak membuat kapal. Sejak akhir 2019 lalu, Darto tidak lagi menambah jumlah kapal lantaran minimnya modal.
Diceritakan Darto, sejak COVID-19 meledak, jumlah hasil tangkapan ikan di Karangsong cenderung menurun. Penurunan itu bisa mencapai lebih dari 30 persen dari kondisi sebelumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekali trip melaut yang ditempuh selama 2 bulan biasanya meraup hasil sekitar 700 jutaan. Kini, hasil tangkapan anjlok untuk mencapai untung tersebut harus melaut selama 7 bulanan. Hal itu menjadi kesulitan bagi para juragan untuk menutup biaya pembuatan kapal.
"Untuk tonase ikan tangkapan menurun, biasanya 100-120 ton ikan sekarang menurun 30 persen," kata pemilik kapal di Karangsong, Darto, Sabtu (17/12/2022).
Penurunan hasil tangkap tentu menghambat pembuatan kapal yang butuh modal besar. Kapal berukuran diatas 100 GT bisa menelan biaya miliaran rupiah.
Kapal ukuran raksasa yang bisa mengarungi lautan Indonesia dibuat menggunakan bahan berkualitas tinggi. Umumnya, kapal yang ada di Pelabuhan Karangsong ini terbuat dari kayu Merbau dengan sedikit lapisan fiber.
"Kurang lebih 8 M untuk ukuran 150 GT, menggunakan bahan utama kayu merbabu asal Papua tapi belinya di Surabaya. Kemudian ada sedikit fiber sebagai pelapis biar tidak mudah lapuk dan bisa menambah daya tahan bekuan dan jaga kualitas ikan," katanya.
Kini, Darto hanya mengandalkan sisa kapal yang dimilikinya sejak tahun 2005 lalu. Ukuran beberapa kapal yang masih beroperasi milik Darto cukup beragam dari 60 sampai 130 GT.
(tya/tey)