Gerombolan monyet masuk ke permukiman warga di Komplek Bumi Langgeng, Desa Cimekar, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung. Keberadaan monyet itu membuat warga setempat resah, apalagi makanan milik warga turut dijarah.
Kepala Sub Bagian Humas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jabar Halu Oleo mengatakan perilaku monyet yang mencuri makanan warga disinyalir ada penyebabnya. Sehingga ketika mereka masuk ke permukiman warga, mereka melakukan kebiasaan barunya tersebut.
"Apakah dia suka diberi makanan, istilahnya kalau di hutan liar monyet itu tidak akan turun dan tidak akan mengganggu. Tapi ketika ada prilaku masyarakat atau mencoba mengubah dengan memancing memberikan makanan, itu akan mengubah prilaku si monyet itu secara tidak sadar," ujar Halu saat dikonfirmasi, Selasa (13/12/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dugaan sementara, monyet-monyet itu merasa nyaman dengan tindakannya. Sebab itu jadi cara mudah bagi monyet tersebut untuk mencari makanan.
"Sehingga mungkin dia merasa nyaman dengan cara begini, makanya dia akhirnya mencari makanan dengan cara begitu. Tapi kalau memastikan itu perlu dicek ke lokasi. Sehingga bisa melihat kondisinya," katanya.
Gerombolan monyet tersebut biasanya datang ke pemukiman warga sebanyak dua kali, yakni pada pukul 10.00 WIB dan 15.00 WIB.
"Berarti itu aktivitas dia mencari makan. Nanti tinggal dilihat di sana apakah ada perlakuan-perlakuan yang memancing satwa tersebut untuk datang ke situ," jelasnya.
Soal dugaan monyet itu masuk ke permukiman warga, ia belum bisa memastikannya. Tapi bisa jadi salah satunya karena habitat monyet itu terganggu.
"Monyet makaka atau monyet ekor panjang itu, misalnya ada manusia mencoba mengambil anaknya. Itu monyet akan nyerang, sama dengan manusia. Yang jelas kebanyakan itu karena aktivitas atau kegiatan yang memancing satwa itu, kemungkinan besar kayak gitu," tambahnya.
Halu menyebutkan sifat monyet tersebut berkelompok. Namun menurutnya monyet yang ada di Cileunyi tersebut masih dalam kelompok yang skala kecil.
"Untuk memastikan monyet itu dari kawasan hutan atau ada monyet yang dipelihara terus lepas, atau monyet itu keluar dari habitatnya, itu kan perlu dilakukan cek BKB atau cek lokasi. Saat saya konfirmasi ke temen-temen di wilayah, rencana saat ini akan melakukan pengecekan di lokasi untuk mengetahui apakah monyet tersebut benar keluar dari habitatnya, atau monyet yang lagi keluar mencari makanan," ucapnya.
Dia menuturkan harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut terkait ketersediaan pakan untuk monyet di wilayah tersebut. Sebab menurutnya Gunung Manglayang bukan dalam pengelolaan BBKSDA Jabar.
"Sumber makanan di dalam kurang, ya bisa jadi. Namanya satwa juga ingin mempertahankan hidup. Tetapi kan kita tidak bisa memastikan untuk saat ini apakah di dalamnya kurang," tuturnya.
Halu juga menduga habitat monyet di wilayah tersebut mulai terganggu. Selain itu, kata dia, ada aktivitas manusia yang dapat mengundang satwa tersebut datang.
"Contohnya menanam tanaman yang menarik satwa tersebut, maka satwa tersebut keluar. Dia kan tidak tahu apakah kawasannya, tahunya kan ada hal-hal yang membuat dia menggapai makanan tersebut. Habitatnya kurang bisa jadi, habitatnya utuh pun keluar bisa jadi. Kalau ada aktivitas manusia yang mengundang satwa," kata Halu.
"Yang paling penting masyarakat kalau ada itu, jika itu murni satwa liar, ya kita menghindar saja. Dia sebetulnya tidak mengganggu manusia," lanjutnya.
Dia pun menepis kabar jika monyet turun ke pemukiman warga akan terjadi bencana. Menurutnya hal tersebut tidak ada kaitannya.
"Oh nggak ada. Kan banyak juga banyak monyet yang lain-lain biasanya gitu. Tapi gak ada hubungannya dengan gempa, kalau misalnya dihubungkan mungkin hampir semua satwa yang ada di dalam kawasan itu dapat keluar. Gak ada hubungannya," pungkasnya.
(yum/orb)