Hasil verifikasi bantuan stimulan perbaikan rumah korban gempa Cianjur menuai polemik. Pasalnya ditemukan ketidaksesuaian hasil verifikasi dengan fakta di lapangan.
Bahkan didapati rumah mewah seorang pejabat desa mendapatkan bantuan Rp 30 juta padahal hanya bagian plafon yang rusak, sedangkan rumah warga yang ambruk hanya dikategorikan rusak sedang.
Berdasarkan SK Bupati Cianjur Nomor 360/KEP.391/BPBD/2022, pada tahap pertama tercatat ada 8.316 korban yang mendapatkan bantuan stimulan perbaikan rumah rusak akibat gempa, terdiri dari 3.809 rumah rusak ringan, 2.543 rumah rusak sedang, dan 1.964 rusak berat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan Presiden Joko Widodo sudah memutuskan akan menambah nilai dana stimulan perbaikan rumah terdampak gempa, dimana rusak ringan akan mendapatkan RP 15 juta, rusak sedang Rp 30 juta, dan rusak berat, Rp 60 juta.
Namun temuan di lapangan didapati jika ketidaksesuai antar hasil verifikasi dengan kondisi ril kerusakan rumah yang terdampak.
Di Kampung Cilaku Hilir RT 04 RW 03 Desa Sukasari Kecamatan Cilaku misalnya, tampak sebuah rumah mewah dengan dua lantai masih berdiri kokoh dengan kerusakan hanya di bagian plafon serta retakan kecil di bagian temboknya.
Namun, rumah mewah yang diketahui merupakan milik Sekretaris Desa Sukasari, Kecamatan Cilaku tersebut menerima bantuan stimulan sebesar RP 30 juta atau kategori rusak sedang.
![]() |
Sekretaris Desa Sukasari Ceceng Najmuddin mengungkapkan, saat tim verifikasi datang ke lingkungannya, sang istri mengungkapkan jika rumahnya juga terdampak. Sehingga tim verifikasi datang untuk lakukan pemeriksaan.
"Jadi waktu seminggu pascagempa, ada tim verifikasi datang ke lingkungan RT. Langsung memeriksa, kebetulan saya tidak ada di rumah. Setelah itu pun mereka yang mahasiswa itu (tim verifikasi) langsung pergi, tidak menyebutkan hasilnya," ujar Ceceng, Selasa (13/12/2022).
Dia juga mengaku kaget hasil dari tim verifikasi rumahnya masuk dalam kategori rusak sedang dan di buku rekening khusus penerima bantuan sudah masuk dana awal sebesar RP 25 juta sebelum adanya penambahan dana stimulan yang diputuskan presiden.
"Saya tidak tahu kenapa jadi masuk kategori, itu kan dari hasil tim verifikasi. Saya juga kaget, soalnya jadi banyak anggapan saya yang minta jadi kategori sedang, padahal tidak. Saya juga tahunya setelah pembagian, ternyata masuk kategori sedang," ucap dia.
Uang Bantuan Dikembalikan Lagi
Setelah menerima bantuan stimulan, ia pun mengaku menyerahkan buku tabungan bantuan tersebut kepada Kepala Desa Sukasari dan menyerahkan proses selanjutnya pada tim teknis.
"Buku tabungannya sudah saya serahkan ke pak Kades. Nanti kalau udah selesai pendataan, kalau harus dikembalikan ya kita kembalikan. Atau kalau ada rumah rusak yang butuh perbaikan, silahkan pakai uang itu (bantuan stimulan). Saya tidak mau ini jadi masalah," kata dia.
"Saya lebih baik perbaiki sendiri kerusakan rumah, paling tidak sampai RP 2 juta," tambahnya.
Rumah Ambruk Dinilai Sedang
Di sisi lain, Nia Azahra (30) salah satu warga Kampung Baros RT 03/ RW 09 Desa Ciherang Kecamatan Pacet hanya bisa merenung menatap puing bangunan rumahnya. Dia mengaku bingung bagaimana membangun kembali rumahnya yang amruk, sebab ternyata dari hasil verifikasi rumahnya masuk kategori sedang.
"Kemarin juga waktu dapat bantuan dari Presiden Joko Widodo, di tabungan cuma ada Rp25 juta (Nilai stimulan sebelum tambahan). Berarti kan rusak sedang," kata Nia.
![]() |
Padahal tampak rumah tersebut sudah rata dengan tanah, menyisakan dinding bagian depan rumah dan teras. Dia menuturkan jika rumah tersebut tidak bisa diperbaiki, melainkan harus diratakan terlebih dahulu sebelum dibangun lagi.
"Itu atap saya rata dengan tanah. Bahkan barang-barang saya yang di dalam tidak bisa diambil. Perabot, baju, semuanya ga bisa diambil. Kalau sekarang diperbaiki seadanya, saya takut ada gempa susulan dan rumah runtuh lagi," ujarnya.
Dia menyebutkan selian dirinya, kondisi serupa juga banyak dirasakan oleh tetangganya yang lain di kampung tersebut.
"Banyak yang seperti saya, rumahnya rusak berat cuma dapat bantuan rusak sedang. Sedangkan ada yang retak-retak dikit tapi mendapatkan bantuan rumah rusak berat," ungkapnya.
Ia mengaku bingung harus mengadukan kondisi tersebut pada siapa. "Bingung harus kemana pak. Rumah saya ambruk, harus dibangun dari nol lagi," tuturnya.
Sementara itu, Bupati Cianjur Herman Suherman mengatakan verifikasi rumah rusak dilakukan oleh tim teknis yang dibentuk beberapa waktu lalu. Penentuan klasifikasi kerusakan rumah didasarkan pada sistem aplikasi yang sudah disiapkan.
Namun jika warga merasa ada ketidaksesuaian, maka bisa melaporkan ke pemerintah setempat mulai dari RT, RW, Desa, hingga Pemkab. Nantinya akan dilakukan verifikasi ulang.
"Nanti kita verifikasi lagi, kalau memang ada kesalahan. Nanti kata BNPB ada verifikasi ulang. Namun yang jelas kita juga akan pastikan semua rumah terdampak masuk data penerima bantuan, jangan sampai ada yang terlewat satupun," ujarnya.
(yum/yum)