Memantik Ingatan Tragedi Bom Cicendo Bandung pada 2017

Rifat Alhamidi - detikJabar
Jumat, 09 Des 2022 08:00 WIB
Kantor Kelurahan Arjuna di kawasan Cicendo, Kota Bandung. (Foto: Rifat Alhamidi/detikJabar)
Bandung -

Aksi bom bunuh diri yang dilakukan Agus Sujatno (34) di Polsek Astana Anyar, memunculkan ingatan bagi warga Cicendo, Kota Bandung. Pada Senin, 27 Februari 2017, Kantor Kelurahan Arjuna di Cicendo menjadi target serangan pelaku terorisme.

Saat itu, Senin sekitar pukul 08.15 WIB. Yayat Cahdiyat (YC) alias Abu Salam nekat meledakkan bom panci di kawasan Taman Pandawa, Cicendo, Kota Bandung yang lokasinya berada tidak jauh dari Kantor Kelurahan Arjuna.

Belakangan, motifnya diketahui untuk menunjukkan eksistensi kepada Tim Densus 88 Antiteror, sekaligus menuntut agar rekan-rekannya yang dipenjara bisa dibebaskan.

Setelah bom dengan daya ledak low explosive itu meledak di Taman Pandawa, aksi Yayat disebut kepergok beberapa siswa yang tengah melakukan praktik olahraga di lokasi itu. Yayat dicurigai karena membawa ransel yang diduga berisi bom panci saat peristiwa itu terjadi.

Sejumlah siswa yang curiga dengan Yayat, kemudian mencoba mengepungnya. Yayat lalu berlari ke Kantor Kelurahan Arjuna sembari membawa senjata untuk mengancam warga yang mencoba menghentikannya. Setibanya di kantor kelurahan, Yayat langsung masuk dan menebar ancaman kepada sejumlah pegawai.

"Jadi dari taman, anak-anak sekolah yang lagi olahraga ngelihat orang ini sambil bawa ransel. Begitu bomnya meledak, dikejarlah si orang ini sampe lari ke kelurahan. Itu langsung bubar semua yang di sini (kantor kelurahan) karena dia ngancam sambil bawa senjata," kata Ketua LPM Kelurahan Cicendo Teddy Kartadi saat berbincang dengan detikJabar di lokasi, Kamis (8/12/2022).

Taman Pandawa di kawasan Cicendo, Kota Bandung. Foto: Rifat Alhamidi/detikJabar

Di dalam kantor kelurahan, Yayat yang diketahui berprofesi sebagai tukang bubur ini berteriak sembari mengacungkan senjata tajam jenis sangkur. Ia mencari pimpinan di kantor kelurahan itu sekaligus berteriak mencari-cari Densus 88 Antiteror.

Aksi teror yang dilakukan Yayat membuat para pegawai kelurahan dilanda kepanikan. Mereka berhamburan keluar untuk menyelamatkan diri, sementara Yayat langsung bergegas ke lantai dua kantor tersebut.

Setelah menduduki kantor kelurahan, polisi lalu mengepung keberadayaan Yayat. Pada saat pengepungan dilakukan, Yayat tetap bertahan sembari ngotot meminta pembebasan tahanan Densus 88 yang merupakan rekannya di jaringan Jemaah Ansharut Tauhid (JAT).

Menjelang siang, Yayat berhasil dilumpuhkan. Ia saat itu ditembak di tempat oleh petugas hingga kondisinya kritis. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Yayat akhirnya tewas.

Psikologis Pegawai Terguncang

Setelah insiden itu, Teddy menyebut psikologis pegawai di Kelurahan Arjuna sempat terguncang. Setidaknya, butuh waktu 2-3 bulan hingga aktivitas pegawai berjalan normal kembali.

"Dalam jangka waktu 2-3 bulan itu pegawai masih was-was, mau masuk (ke kantor kelurahan) juga agak takut. Karena kan di sini kejadiannya, pelakunya juga meninggal di sini ditembak sama polisi," tutur Teddy.




(ral/orb)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork