MUI Jabar: Gempa Cianjur Bukan Azab Tuhan

MUI Jabar: Gempa Cianjur Bukan Azab Tuhan

Rifat Alhamidi - detikJabar
Selasa, 06 Des 2022 20:45 WIB
Sekretaris MUI Jabar Rafani Achyar (berpeci hitam) saat mengisi diskusi tentang penanganan gempa Cianjur di salah satu hotel di Kota Bandung, Jawa Barat.
Sekretaris MUI Jabar Rafani Achyar (berpeci hitam) saat mengisi diskusi tentang penanganan gempa Cianjur di salah satu hotel di Kota Bandung, Jawa Barat (Foto: Rifat Alhamidi/detikJabar).
Bandung - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat meminta publik tidak memberikan penilaian berlebihan terhadap situasi Kabupaten Cianjur yang diguncang gempa M 5,6. MUI menegaskan gempa di Cianjur merupakan bencana dan bukan azab dari Tuhan untuk umatnya.

Sekretaris MUI Jabar Rafani Achyar membeberkan pihaknya banyak menerima laporan jika ada sebagian pandangan negatif dari masyarakat saat gempa M 5,6 mengguncang Cianjur dan meluluh-lantakkan bangunan. Achyar memastikan gempa Cianjur merupakan bencana dan bukan azab seperti yang ia utarakan.

"Jadi jangan sampai orang gegabah menyebutkan ini (gempa Cianjur) karena azab, secara psikologis orang Cianjur bakal nambah down. Jadi jangan samakan orang Cianjur itu dengan kaum Nabi Luth misalnya yang diazab sama Allah SWT," kata Achyar saat mengisi diskusi di salah satu hotel di Kota Bandung, Selasa (6/12/2022).

MUI Jabar pun berencana membuat surat edaran untuk pengurus di kabupaten/kota agar bisa menangkal opini negatif yang bertebaran soal gempa Cianjur. Minimal, kata dia, MUI kabupaten/kota bisa memberi pemahaman kepada warga dengan cara mengisi ceramah di forum pengajian hingga khotbah Jumat.

"Surat edaran nanti akan ditujukan untuk MUI kabupaten/kota supaya jadi tema di pengajian. Karena saatnya kita menunjukkan pertolongan bantuan untuk warga di Cianjur. Jangan sekali-kali menyebutkan mereka adalah kelompok masyarakat yang ditimpa azab oleh Allah SWT," tuturnya.

Pada kesempatan itu, Achyar juga turut menyinggung masalah pencopotan label gereja di tenda pengungsian yang terjadi di Cianjur. Hal itu ia sayangkan karena bisa memecah kerukunan antarumat beragama.

"Soal kasus itu, yang saya sampaikan adalah ada kebohongan publik yang ironisnya dianya sendiri tidak nyumbang untuk keperluan korban gempa. Waktu orangnya (pelaku) di-BAP, saya lebih menekankan tindakan ini bisa mengganggu merusak keamanan posisi FKUB (forum kerukunan umat beragama)," ujarnya. (ral/mso)



Hide Ads