Kejadian bencana alam akibat cuaca ekstrem terjadi di Sukabumi. Mulai dari banjir akibat luapan air, longsor hingga Tembok Penahan Tanah (TPT) jebol.
Berdasarkan data sementara yang dicatat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi ada 15 titik lokasi bencana alam yang terjadi pada Senin (5/12/2022) dalam kurun dua jam sejak pukul 16:00-18:00 WIB yang diakibatkan cuaca ekstrem.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Sukabumi Imran Wardhani mengatakan, titik terparah bencana tersebut ada di Situ Awi, Kelurahan Karangtengah, Kecamatan Gunungpuyuh dengan jenis bencana TPT longsor tergerus air dan banjir. Akibat bencana itu, ada dua kepala kelurga terpaksa diungsikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sementara di Situ Awi itu ada dua KK warga diungsikan. Masih dihitung ya sekarang, masih pendataan berapa jiwanya. Kondisi di tempat longsor kita bersihkan dulu material yang penting tidak membahayakan dan menyumbat saluran air," kata Imran kepada detikJabar, Senin (5/12/2022).
Selain di Situ Awi, titik lokasi terparah juga ada di Jalan Jenderal Sudirman. Di sini sebuah warung nasi tergerus infrastruktur jalan yang longsor. Tak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.
"Iya, warung nasi (tergerus longsor). Tidak ada korban jiwa," ujarnya.
Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Sukabumi Zulkarnain Barhami menambahkan, warga yang terancam terkena imbas TPT longsor saat ini akan diungsikan ke rumah Tesa (Tempat Evakuasi Sementara).
"Ya untuk yang pertama itu TPT, longsor dan banjir sehingga terpaksa mereka kita pindahkan ke Rumah Tesa. Saat ini kita sedang siapkan armadanya," kata Zulkarnain.
Dia menuturkan, dua KK itu terpaksa diungsikan karena khawatir akan adanya longsor susulan. Kawasan itu juga dinilai rawan tergerus air, terlebih saat debit air meningkat akibat hujan deras.
"Iya (khawatir longsor susulan) mereka sudah tidak layak untuk di situ kondisinya. Wilayahnya mudah tergerus air. Saat ini kita masih dalam pemantauan lebih lanjut, intinya mereka merasa tidak aman lagi karena tempat tinggalnya tergerus air sehingga tidak layak sementara untuk ditempati," jelasnya.
Selain di Situ Awi, daerah Jalan Jenderal Sudirman juga menjadi titik bencana paling parah di mana ada sebuah warung nasi yang ikut tergerus longsor. Kawasan tersebut juga dikenal sebagai kawasan ramai aktivitas masyarakat.
"Itu infrastruktur yang merupakan akses jalan, makanya itu kita lihat menjadi sebuah prioritas. Iya warung nasi, tapi tidak ada korban jiwa," sambungnya.
Pihaknya sudah berkoordinasi dengan SKPD terkait untuk menjaga arus lalu lintas dan melakukan normalisasi di Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Benteng, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi.
Imbau Warga Waspada
Sementara jika ditotal, ada 15 titik bencana alam terjadi di Kota Sukabumi dalam jangka waktu kurang dari 24 jam. Diketahui, wilayah Kota Sukabumi dan sekitarnya diguyur hujan deras disertai angin kencang mulai dari sekitar pukul 16:00 WIB sampai 18:45 WIB.
Jenis bencana alam yang terjadi seperti saluran air meluap, longsor, rumah terendam banjir, tanggul jebol hingga Tembok Penahan Tanah (TPT) longsor. BPBD Kota Sukabumi meminta agar masyarakat waspada terhadap cuaca ekstrem.
Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Sukabumi Zulkarnain Barhami mengatakan, belasan bencana yang terjadi ini rata-rata diakibatkan oleh cuaca ekstrem. Dimana hujan lebat, debit air tinggi disertai angin kencang.
"Iya ini akibat cuaca ekstrem, hujan yang lebat disertai dengan angin yang cukup besar. Debit air intensitas hujannya juga cukup tinggi terutama di daerah atas yang tadi saya perhatikan, daerah Karamat dan sekirarnya, makanya di sana banyak titik-titik yang menjadi aduan warga," kata Zul.
Dia menyarankan masyarakat meningkatkan kewaspadaan diri dalam menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi. Menurutnya, Desember dan Januari diprediksi menjadi puncak terjadinya bencana hidrometeorologi.
"Iya harus tetap waspada ya terhadap ancaman hidrometeorologi, apalagi ini sudah memasuki bulan Desember yang di mana BMKG selalu memberikan peringatan-peringatan dini untuk tetap siaga," ujarnya.
"Ini masa-masa puncaknya akan terjadi bencana hidrometeorologi di Desember 2022 dan Januari 2023," sambungnya.
(iqk/orb)