Sore mulai menyapa Kota Bandung. Para pekerja memadati jalanan Kota Bandung. Potret kepadatan lalu lintas itu juga tampak di Jalan Pagarsih Kota Bandung. Jalan yang menyimpan cerita perjuangan pria-pria kekar Bandung dalam mengampanyekan gaya hidup sehat.
Tak jauh dari perempatan lampu merah di Jalan Pagarsih, terdapat pelang berwarna biru yang catnya mulai luntur. Pelang warna biru itu bertuliskan 'Health & Strength League' dilengkapi dengan tahun berdiri 1935. Pelang itu seakan menunjukkan lokasi pusat kebugaran. Memang tak begitu mencolok. Lokasinya masuk ke gang sempit yang dicat serupa, biru. Di gang sempit itu tempat para pria kekar berlatih.
Pusat kebugaran ini dikenal juga dengan nama HS Fitness. Tempat kebugaran yang sangat sederhana. Saat detikJabar mengunjungi tempat kebugaran ini, sejumlah pria berotot tengah beraltih. Mayoritas berusia di atas 50 tahunan. Hanya ada satu anak muda yang berlatih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah seorang instruktur kebugaran, Kasdi langsung menyambut. Perbincangan dengan Kasdi diawali dengan pamer alat-alat milik HS Fitness yang sudah tua. Alat-alat yang masih digunakan bisa dibilang sudah uzur. Model lawas. Mayoritas alat-alatnya digunakan untuk angkat berat. Kasdi mengaku bangga masih bisa merawat alat-alat fitness yang digunakan sejak era Hindia Belanda itu.
Kasdi menceritakan HS Fitness dibangun oleh kelompok pemuda-pemuda kekar Bandung pada waktu Indonesia belum merdeka. tepatnya tahun 1935. Awalnya, organisasi HS Fitness ini dibentuk dan membangun tempat kebugaran di kawasan Cibadak.
"Dulu orang nyebutnya itu di Mbah Jambrong, Cibadak. Dulu di sana. Tahun 1960-an, katanya pindah ke sini (Pagarsih)," kata Kasdi sembari berkeliling menunjukkan alat fitness jadul, Jumat (2/12/2022).
![]() |
Alat-alat di HS Fitness memang sudah tua. Bisa dibilang bagian dari sejarah perkembangan olahraga angkat berat, angkat besi dan binaraga di Bandung. Sebab, Kasdi menyebut HS Fitness adalah tempat kebugaran paling tua di Jabar. "Kalau di indonesia paling tua, mungkin juga kayanya. Soalnya ini yang sudah ada, dan masih ada," ucap Kasdi.
Tempat kebugaran HS Fitness ini memiliki dua ruangan. Satu ruangan tampak begitu besar, satu laginya luasnya setengah dari ruangan utama. Barbel, dan alat angkat besi lainnya tampak masih kekar meski jadul. Kasdi rutin membersihkan dan merawat alat jadul itu dengan mengecat ulang, atau hanya sebatas melumasi dengan oli.
Cuma Rp 3 Ribu
Bangunan HS Fitness itu tak beralas keramik. Pengunjung diizinkan tetap menggunakan sepatu atau sandal saat fitness. Lantainya penuh debu. Jauh dari gambaran tempat kebugaran lainnya yang ada di sudut-sudur Kota Bandung. Tapi, harga untuk bisa fitness di tempat jadul ini bisa dibilang paling musrah se-Indonesia. Hanya Rp 3 ribu sepuasnya.
"Dulu tidak seperti ini, dulu mah geribik tahun awal-awal berdiri mah. Lantainya juga belum begini, masih tanah dulu mah," kata Kasdi sembari menunjuk foto atlet binaraga bernama Salam yang ada di ruang utama fitness.
![]() |
Latar belakang foto Salam itu adalah bangunan HS Fitness pada zaman dulu. Tampak dindingnya masih berupa tumpukan batu bata merah dan geribik. Dalam fotonya itu, Salam memamerkan otot-otot kekarnya dan medali emasnya. Salam merupakan mantan atlet jebolan HS Fitness yang berhasil menyabet medali emas PON. Salam sudah wafat, tapi ilmunya masih melekat pada angggota HS Fitness lainnya.
"Dulu di sini ramai terus, pagi sampai malam ada saja. Tidak pernah berhenti. Saya dulu ikut latihan di sini tahun 1985-an, bayar paling Rp 500 dulu mah. Sekarang mah sudah Rp 3 ribu, tempat fitness mana di Bandung yang cuma Rp 3 ribu. Hanya di sini, Rp 3 ribu sepuasnya, bisa sampai pingsan," ucap Kasdi sembari tertawa.
Telah Ada Sejak Zaman Hindia Belanda
Kasdi mengaku tak bisa menceritakan secara rinci soal berdirinya HS Fitness. Menurut Kasdi, member HS Fitness sejatinya ribuan member jika dihitung sejak zaman Hindi Belanda. Kini, HS Fitness mencoba berjuang untuk tetap eksis. Bapak-bapak kekar dari beberapa wilayah di Bandung masih setia menjadi member HS Fitness. Mereka tetap melatih otot.
Kasdi merupakan satu-satu instruktur di HS Fitness. Tak ada tarif pasti biaya instruktur di HS Fitness. "Saya terima seikhlasnya saja," ucap Kasdi.
Kasdi juga mantan atlet binaraga. Ia menunjukan foto-foto saat otonya masih kekar. Zaman dulum HS Fitness rutin meggelar Mr HS, ajang untuk menilai siapa yang paling bagus otot-ototnya di HS Fitness. Para member HS Fitness jadi peserta. Kemudian dinilai oleh para juri. Kasdi pernah merasakan momen di mana HS Fitness rutin menggelar kompetisi.
![]() |
"Saya dulu pernah dapat Mr HS. Lupa tahun berapa, kemudia Mr Banex juga pernah. Mr Banex kompetisi lain, kompetisi terbuka lainnya, kemudian kayak Pesta Raga Ade Rai juga ikut. Waktu di Pesta Raga Ade Rai itu masuk enam besar, tapi lupa tahunnya ya," tutur Kasdi.
Kasdi menyebut sejumlah atlet dan artis besar pernah lahir dari HS Fitness. Jadi, alat bukanlah faktor utama yang bisa. Menurut Kasdi, asa dan kegigihan adalah faktor penentu dalam meraih kesuksesan. Menjaga asa, seperti displin latihan dan lainnya.
(sud/yum)