Beragam peristiwa terjadi di Jawa Barat dalam sepekan terakhir. Dari mulai bencana alam gempa bumi di Kabupaten Cianjur yang merenggut ratusan korban jiwa hingga Walpri Wakil Gubernur Jawa Barat yang lakukan penganiayaan terhadap warga Garut.
Berikut rangkuman beritanya di Jabar Sepekan:
Ini Dugaan Penyebab Gempa Bumi Cianjur
Hingga, Sabtu (26/11) korban jiwa akibat gempa bumi Cianjur mencapai 318 orang. Selain itu, 14 orang di antaranya dinyatakan hilang. Hingga hari ini, Tim SAR Gabungan masih lakukan pencarian korban.
Gempa bumi berkekuatan 5,6 M ini terjadi, Senin (21/11) lalu sekitar 13.00 WIB menyebabkan 58.049 rumah rusak. Rinciannya ialah rusak berat 25.186 rumah, rusak sedang 12.496 rumah, dan rusak ringan 20.367 rumah.
Dari data BPBD Kabar, bencana alam ini menimbulkan kerusakan di 12 kecamatan si Kabupaten Cianjur, 58.362 orang harus mengungsi karena rumahnya rusak.
Lalu, apa penyebab gempa bumi ini?
Badan Geologi menganalisis gempa yang terjadi di Kabupaten Cianjur-Sukabumi itu akibat aktivitas sesar aktif.
Menurut Badan Geologi, lokasi pusat gempa terletak di darat wilayah Kabupaten Cianjur. Morfologi wilayah tersebut pada umumnya berupa dataran hingga dataran bergelombang, perbukitan bergelombang hingga terjal yang terletak pada bagian tenggara Gunung Api Gede.
"Wilayah ini secara umum tersusun oleh endapan kuarter berupa batuan rombakan gunung api muda (breksi gunung api, lava, tuff) dan aluvial sungai. Sebagian batuan rombakan gunung api muda tersebut telah mengalami pelapukan. Endapan kuarter tersebut pada umumnya bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi," kata Kepala PVMBG Hendra Gunawan dalam keterangan yang diterima detikJabar.
Hendra menerangkan, pada morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun batuan telah mengalami pelapukan. Kondisi ini berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.
"Berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, kedalaman dan data mekanisme sumber dari BMKG dan GFZ Jerman, maka kejadian gempa bumi ini diakibatkan oleh aktivitas sesar aktif. Keberadaan sesar aktif tersebut hingga kini belum diketahui dengan baik karakteristiknya," ujar Hendra.
Sementara itu, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan beberapa wilayah di Jawa Barat, termasuk Cianjur, termasuk dalam kawasan seismik aktif. Menurutnya, fakta ini menjadikan wilayah-wilayah itu memang rawan dan sering terjadi gempa.
"Perlu kita ketahui bahwa wilayah Sukabumi, Cianjur, Lembang, Purwakarta, juga Bandung itu secara tektonik merupakan kawasan seismik aktif dan kompleks, disebut aktif memang kawasan ini sering terjadi gempa," kata Daryono saat konferensi pers via Zoom.
Tak hanya rawan gempa, Daryono menyebut wilayah-wilayah tersebut juga cenderung sering terdampak gempa dangkal. Pasalnya, kata dia, ada beberapa sesar-sesar yang ditemukan di wilayah tersebut.
"Jadi kompleksitas tektonik ini memicu, berpotensi memicu terjadinya gempa kerak dangkal atau shallow crustal earthquake, fakta tektonik semacam ini menjadikan kawasan tersebut menjadi kawasan rawan gempa secara permanen, dan dengan karakteristik gempa kerak dangkal atau shallow crustal earthquake ini," ucapnya.
Karena itulah, lanjut Daryono, gempa di Cianjur yang terjadi beberapa saat lalu bersifat merusak. Dia menyebut gempa dangkal dengan kekuatan magnitudo 4-5 bisa merusak secara signifikan.
"Karakteristik gempa kerak dangkal atau shallow crustal earthquake ini, itu gempanya tidak harus berkekuatan besar untuk menimbulkan kerusakan, karena gempanya rata-rata dangkal ya, bisa kurang dari 10 kilometer, bisa kurang dari 15 kilometer, dan itu tidak butuh kekuatan besar misalnya di atas (magnitudo) 7, tapi kekuatan (magnitudo) 4, 5, 6 itu bisa timbulkan kerusakan yang signifikan," jelasnya.
Peneliti senior Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Dr Ir Amien Widodo Msi mengatakan, gempa di Cianjur adalah akibat lempeng tektonik yang bergerak dan menekan wilayah Indonesia sejak jutaan tahun yang lalu.
Namun, menurutnya sumber gempa darat sesar aktif tersebut masih belum diketahui pasti.
Menurutnya, apabila merujuk pada peta, di dekat Cianjur terdapat Sesar Cimandiri yang membentang mulai Teluk Pelabuhan Ratu sampai Cianjur. Sesar tersebut pernah mengguncang Sukabumi pada 2001 lampau.
Amien memastikan, Sesar Cimandiri bukan penyebab gempa di Cianjur.
"Namun, letak sesar yang berada jauh di sebelah utara tempat kejadian dipastikan bukan penyebab dari gempa Cianjur ini," tegasnya, dikutip dari laman resmi ITS.
Gempa di Cianjur disebut memiliki guncangan yang cukup terasa. Meski kekuatannya kecil, posisi gempa yang dangkal berdampak pada kerusakan bangunan di atasnya. Gempa yang terjadi kemarin juga tidak berpotensi tsunami karena asalnya dari daratan.
Senior Penganiaya Santri di Kuningan Jadi Tersangka!
Santri asal Kabupaten Kuningan berinisial DVN (15) tewas setelah dianiaya oleh dua orang seniornya berinisial MD (17) dan AU (17).
Kasat Reskrim Polres Kuningan AKP M. Hafid Firmansyah mengatakan, dua orang pelaku dalam kasus pengeroyokan santri ini sudah resmi ditetapkan sebagai tersangka.
Dari hasil pemeriksaan, ditemukan bukti kalau keduanya telah melakukan tindakan penganiayaan hingga berujung pada meninggalnya korban di salah satu pondok pesantren (ponpes) di Kecamatan Nusaherang, Kabupaten Kuningan.
"Dari tiga saksi yang sudah kita periksa kemarin, sudah dua yang ditetapkan tersangka inisial MD dan AU," kata Hafid saat dikonfirmasi detikJabar, Rabu (23/11).
Karena pelaku masih dalam kategori di bawah umur, pihak kepolisian tidak melakukan penahanan. Akan tetapi, para pelaku harus menjalani wajib lapor selama proses penyidikan berjalan.
Hafid menyebut, penanganan kasus pengeroyokan santri tersebut Polres Kuningan turut bekerjasama dengan Peksos, Bapas dan instansi lainnya yang berhubungan dengan anak.
"Ada penanganan khusus bagi pelaku anak dan kita pun tidak menahan namun dikembalikan ke orang tua. Tetapi diharuskan untuk wajib lapor selama proses penyidikan berjalan," jelas Hafid.
Pan korban Suhanan, mengaku marah sekaligus kecewa. Meski dia menyerahkan semua proses penanganan itu kepada pihak kepolisian dan berharap agar hukum ditegakkan seadil-adilnya.
"Saya ingin menempuh jalur hukum, kalau pihak sana hanya secara kekeluargaan. Saya sebagai pamannya merasa kecewa, namanya juga manusiawi. Jika menuntut sebagai pihak korban itu kewajaran," kepada wartawan.
Pihak ponpes angkat bicara terkait adanya kejadian penganiayaan di lingkungannya. Seksi Kesiswaan Ponpes Al-Ikhlash Jambar, Bahir Pamungkas mengisahkan korban sempat terlibat cekcok dengan temannya.
"Awalnya korban bercanda dengan temannya. Lalu karena tidak terima, temannya melaporkan kepada seniornya. Kakak (kelas) yang terdiri dari tiga orang atas inisiatif sendiri menindak korban," kata Bahir kepada wartawan.
Santri senior yang mendapat laporan langsung menindak enam santri, salah satunya DVN. Nahas, tindakan santri senior ini berujung tewasnya DVN. Sebelum DVN menghembuskan napas terakhirnya, ia sempat menjalani penangan medis di ponpes. Hingga akhirnya dirujuk ke rumah sakit.
"Kemudian adanya info tersebut korban dibawa ke medis ponpes dan kemudian dibawa ke klinik. Karena keterbatasan, korban dibawa ke rumah sakit. Kita dapat info korban meninggal dunia," ujarnya.
Polisi Dalami Dugaan Penganiayaan Pemuda Garut oleh Oknum Walpri Wagub
Empat orang pemuda asal Garut melaporkan seorang oknum anggota Polri lantaran diduga melakukan tindakan penganiayaan dan intimidasi. Oknum polisi tersebut mengaku sebagai ajudan Wakil Gubernur Jawa Barat.
Polda Jabar masih mendalami terkait informasi dugaan penganiayaan dan intimidasi yang dilakukan oknum anggota Polri terhadap empat orang pemuda asal Kabupaten Garut.
"Masih dicek," kata Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Ibrahim Tompo via pesan singkat, Kamis (24/11).
Dari informasi yang diterima detikJabar, aksi dugaan penganiayaan itu terjadi di akhir bulan September 2022 lalu, di Maolsek Bandung Wetan, Kota Bandung. Hal tersebut diungkap orang tua dari salah satu pemuda, Deni Ranggajaya.
"Kejadiannya tanggal 27 September 2022," kata Deni kepada wartawan di Tarogong Kaler, Rabu (23/11).
Ia mengungkapkan, penganiayaan dan intimidasi itu dilakukan saat anaknya, inisial LL bersama tiga orang rekannya berinisial HAF, BB, dan HA tengah diperiksa berkaitan perkara yang sedang ditangani Polsek Bandung Wetan.
"Tapi kemudian datang oknum ini, yang mengaku sebagai ajudan Wakil Gubernur. Pangkatnya Bripka inisial US," katanya.
Oknum anggota Polri tersebut, dikatakan Deni mengintimidasi keempat pemuda berusia 20 tahunan tersebut. Sang oknum bahkan disebut sempat memperlihatkan pistol kepada para remaja.
"Melakukan kekerasan juga," kata Deni.
Deni mengatakan, peristiwa intimidasi itu baru terungkap beberapa waktu kemudian, usai sang anak mengadu kepada orang tuanya. Setelah menerima aduan itu, para korban diantar orang tua kemudian melapor.
Pelaporan sendiri diketahui dilaporkan korban HAF bersama tiga temannya ke Bid Propam Polda Jabar pada hari Jumat, 18 November lalu, dengan nomor register STPL/31/XI/HUK.12.10/2022/Bid Propam.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum mengaku menyerahkan prosesnya pada pihak kepolisian.
"Saya serahkan pada pihak kepolisian saja. Muhun (iya), abdi tahu anggotanya (saya tahu orangnya). Tapi prosesnya biar di kepolisian saja," ujar Uu saat dihubungi detikJabar.
Uu menambahkan, ia membantah jika yang bersangkutan bukan ajudan melainkanwalpri atau pengawal pribadi. "Itu bukan ajudanyah, tapiWalpri," ujar Uu.
(wip/tey)