Ahaz berjalan menuju tempat mandi cuci kakus (MCK) di dekat posko pengungsian warga Kampung Kedunggirang, Desa Sukamana, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur. Sorot matanya berubah saat memandang salah satu bangunan rumah yang ambruk.
Lokasi bangunan yang ambruk itu persis di depan rumah Ahaz. Lokasi rumah Ahas sendiri tak jauh dari tempat MCK pengungsian. Rumah yang menarik perhatian Ahaz itu adalah milik ibunya, Jamilah. Di rumah itu terselip perjuangan untuk hidup.
"Pas saya selamat dan keluar dari rumah, rumah ibu saya sudah ambruk. Saya sudah berpikir macam-macam waktu itu," ucap Ahaz saat berbincang dengan detikJabar, Jumat (25/11/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ahaz mengaku pasrah dengan kondisi ibunya. Selain itu, ia juga memikirkan sepupunya, Firda, bocah empat tahun yang tinggal bersama neneknya. Firda dan neneknya kala itu sedang berada di teras rumah.
Satu jam sebelum gempa M 5,6 mengguncang Cianjur, hati Firda diberedel kebahagiaan. Ia mendapat sepeda baru dari neneknya. Firda kegirangan. Sepeda anyar yang baru sejam dipakai itu kini menjadi cerita lain dalam kehidupan Firda dan keluarganya.
"Saya dengar suara dari rumah ibu saya. Akhirnya saya langsung lari ke situ menyelamatkan ibu, warga lainnya membantu," ucap Ahaz.
"Firda tuh baru dapat sepeda dari neneknya, lagi senang-senangnya. Lagi mainan di teras, neneknya di samping jaga warung. Terus gempa dan ambruk," kata Ahaz menambahkan.
![]() |
Tertimbun Bersama Sepeda Baru
Firda dan sepeda barunya tertimbun reruntuhan bangunan rumah. Neneknya, Jamilah berhasil diselamatkan terlebih dahulu. Sementara itu Firda harus berjuang bertahan selama lima jam. Ahaz menuturkan warga membantu mengevakuasi Firda dari waktu setelah gempa hingga pukul 19.00 WIB.
"Firda terjepit rolling door warung. Ia sama sepedanya tertimbun," tutur Ahaz sembari menunjuk lokasi Firda tertimbun.
Rolling door warna hijau itu menjepit leher Firda. Sepeda baru Firda yang berwarna merah muda itu juga tertimbun. Firda mengalami luka pada bagian kepala dan wajah.
"Sekarang Firda lagi di pengungsian. Ya masih sering nangis. Alhamdulillah, selamat semuanya," ungkap Ahaz.
Ahaz menambahkan ibu Firda sudah meninggal pada 2020 silam. Sedangkan bapaknya saat kejadian sedang bekerja.
(sud/orb)