Gempa yang melanda kawasan Cianjur dan sekitarnya membuat warga Pangalengan, Kabupaten Bandung mengingat kembali gempa yang pernah terjadi pada 2009 silam. Gempa tersebut juga meluluhlantakkan Pangalengan saat itu.
Salah seorang warga Kampung Cimenyan, Desa Margamulya, Kecamatan Pangalengan, Eutik (60) mengatakan gempa yang terjadi di Cianjur pada Senin (21/11/2022) dirasakan hingga kediamannya. Bahkan warga langsung berhamburan keluar rumah.
"Iyah gempa kemarin kerasa banget sampai sini," ujar Eutik saat ditemui detikJabar, Rabu (23/11/2022).
Euis mengatakan saat gempa terjadi dirinya tengah beristirahat sehabis bekerja di kebun. Setelah merasakan getarannya, ia langsung lari keluar rumah.
"Sekitar jam 13.20 WIB, saya posisi lagi tidur. Terus kerasa gempa, saya langsung lari aja sama adik ke luar rumah," katanya.
Setelah berlarian ke luar rumah, Eutik mengaku seperti mengingat kembali kejadian gempa di Pangalengan pada 2009 silam. Sehingga ketika ada gempa dirinya langsung bergerak.
"Pas lagi di luar, saya langsung inget aja gempa pas dulu. Tapi alhamdulillah sekarang mah nggak ada kerusakan, da (soalnya pusat) gempanya di Cianjur yah," ucapnya.
Eutik menyebutkan gempa pada 2009 silam berefek hampir sama seperti di Cianjur. Banyak yang luluh lantak, nyawa juga bergelimpangan.
"Dulu mah itu rumah-rumah tetangga langsung langsung parah. Kalau rumah saya alhamdulillah aman, soalnya rumah panggung, paling nyangeyeng (miring) aja. Tapi langsung dibenerin aja," jelasnya.
Sementara itu, warga Kampung Babakan Laksana, Desa Pangalengan, Jono (30) mengungkapkan saat gempa pada 2009 lalu ia masih mengeyam pendidikan SMK. Saat kejadian ia tengah berkendara di motor untuk pulang ke rumah.
"Saya waktu kejadian lagi SMK, udah pulang sekolah, kan kejadiannya jam 3-an sore. Pas pakai motor habis dari rumah teman mau pulang, terus di jalan kok motor kayak goyang. Terus saya berhenti we (aja), terus pas lihat Gunung Tilu gelap, tiba-tiba genteng rumah pada berjatuhan. Wah panik pokoknya mah. Saya lihat warga juga pada keluar rumah," kata Jono saat ditemui terpisah.
Setelah gempa usai, ia langsung melanjutkan perjalanan menuju rumah. Namum saat berada di bunderan Pangalengan gempa kembali terjadi.
"Gempa lagi, dua kali pokoknya mah. Pas nyampe rumah, saya lihat orang tua udah pada di luar rumah. Lagi di jalan aja, pada panik. Apalagi dulu ada nenek yang kondisinya lagi repot (sakit). Diangkut aja sama keluarga pakai kursi," terangnya.
Ia memaparkan gempa saat itu terasa seperti diombang-ambing di atas ombak. Hal itu yang kemudian berujung parahnya kerusakan di Pangalengan.
"Jadi gempa dulu mah getarannya dua kali, pertama tanah teh kaya digoyang-goyang kiri ke kanan, terus si tanah teh terakhir mah ngegoyangnya ke atas ke bawah lah," tuturnya.
(orb/orb)