Kecantikan gadis Priangan memang terkenal bahkan sejak berabad-abad lalu dan banyak kisahnya yang kemudian terpatri hingga kini. Tidak sedikit gadis-gadis Sunda yang membuat jatuh hati pria asing hingga mereka rela meninggalkan negara asalnya.
Kisah itu terdapat dalam babad sejarah sejak era kolonial dulu, salah satunya dari Sukabumi, kisah tentang Ameri gadis Sunda yang membuat Meneer atau tuan dari Belanda jatuh hati setengah mati dan mempersunting gadis itu hingga akhir hayatnya.
"Ameri adalah puteri seorang tukang rebab dari Parakansalak yang dinikahi oleh tuannya dan dijadikan istri resmi. Sang Meneer atau tuan yang tergila-gila pada Ameri bernama Willem Theodore Boreel, pria keturununan Belanda yang lahir di Sukabumi pada 1865," kata Irman Firmansyah, penulis buku Soekaboemi The Untold Story, kepada detikJabar, Senin (21/11/2022). Irman juga menyebut pada cerita lain, Boreel diceritakan lahir di Payakumbuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikisahkan, Boorel adalah administrator Parakansalak yang tergila-gila oleh Ameri yang secara fisik buta sebelah. Selain karena kecantikannya, juga karena ketangakasannya berkuda dan juga sikap santun dan melayani.
"Meskipun ada kekurangan fisik, sang Meneer itu kepincut dengan sikap Ameri. Orang tua Ameri sendiri adalah pemain rebab salah satu alat yang diikutkan dalam pameran bersama gamelan Sari Oneng di Amerika Serikat," ujar Irman.
Irman mengisahkan, Ameri yang merupakan nama sejak lahir juga memiliki nama lain yakni Iyi Endah meskipun nama Ameri kemudian berubah karena pelafalan masa kecil karena rasa gemas menjadi Iyi, sehingga pada akhirnya nama yang disandangnya menjadi Iyi Endah.
"Sewaktu lahir Ameri memiliki sepasang mata yang normal, namun pada suatu ketika sebelah matanya terasa gatal dan terus berair berair, lama-lama matanya sakit dan tiba-tiba kehilangan penglihatan sebelah. Meski matanya tidak sempurna ia tetap bermain seperti biasa, dia sering ikut latihan gamelan bahkan sering ikut dalam kegiatan ekstrim bersama ayahnya yaitu berburu Banteng," tutur Irman.
Kisah perburuan inilah yang kemudian melatari pertemuan antara Ameri dan Boreel. Boreel sendiri dikenal karena jago berburu. Suatu ketika ia mendanai kegiatan berburu, Boreel dan dua temannya sesama Belanda dikenal dengan sebutan Trio De Jager atau tiga pemburu.
"Salah satu peserta dan pendana kegiatan berburu adalah administratur Parakansalak yaitu W Th. Boreel, dia memang dikenal jago berburu di Priangan bersama rekannya Kerkhoven dan Baron Van Heeckeren dari Sinagar, mereka dikenal sebagai Trio De Jager," ungkap Irman.
"Hampir seluruh pelosok priangan bahkan hingga ke Sumatera pernah mereka datangi. Boreel juga sempat menemani pangeran Austria Prins Ferdinand saat berburu ke daerah Cianjur selatan pada tanggal 17 April 1893. Mereka berburu banteng di daerah Tangeung, Sindangbarang, Cipandak dalam cuaca hujan. Dia juga membantu E.J Kerkhoven dalam membentuk area berburu Venatoria di wilayah Cikepuh pada 30 Desember 1900," sambungnya.
![]() |
Saking gemarnya berburu, Boorel bahkan menyewa lokasi perburuan seluas 7 ribu hektar selama 29 tahun. Hingga suatu ketika, benih cinta tumbuh di hati sang meneer karena seringnya bertemu dengan Ameri.
"Benih cinta mereka berawal karena sering bertemu saat berburu ke wilayah selatan Sukabumi. Ameri atau Iyi yang seringkali ikut dalam perburuan rupanya mulai menarik hati sang tuan, gadis yang mulai beranjak dewasa dengan kulit kuning langsat dan postur semampai itu selalu menjadi peserta yang ditunggu Boreel untuk hadir," ungkap Irman mengisahkan.
Cinta pada pandangan pertama membuat dada sang Meneer bergetar, ibaratnya pertemuan pertama adalah awal dari segalanya, bayang-bayang akan Ameri begitu kuat memenuhi pikiran Boreel, putri tukang rebab itu telah menawan hati sang tuan.
"Meski usia Boreel saat itu sudah tidak muda (50 tahun lebih), namun karena kebiasaan fisiknya di perkebunan masih menunjukan kegagahan dan keperkasaannya terutama saat menunggang kudanya yang bernama Rubinia. Sementara saat itu usia Ameri belum genap 17 tahun cukup dewasa untuk mengenali perasaannya," kata Irman.
"Namun mengingat kelas sosialnya berbeda ditambah lagi secara fisik tidak sempurna, maka Ameri tidak pernah memikirkan perasaan itu. Saat itu banyak pria Belanda yang menyukai Ameri, namun karena rumor tentang Administratur sebagai kepala perkebunan menyukai Iyi maka banyak yang mundur. Iyi sendiri menyadari bahwa hubungan dengan tuannya bukanlah hal yang biasa," sambung Irman mengisahkan.
Dalam kehidupan masa kolonial tersebut kelas masyarakat memang dibedakan antara Eropa dan Pribumi, kedua kelas terebut tidak diakui secara resmi jika menikah.
Singkat cerita, setelah menempuh jalan yang terjal akhirnya Ameri alias Iyi Endah dinikahi sang meneer sekitar tahun 1910 dalam usia 17 tahun dan ditempatkan di sebuah rumah tidak jauh dari gedung Patamon.
"Mereka melewati hari dalam perbedaan dengan bahagia, kekurangan Ameri tak pernah menyurutkan cinta Boreel, bahkan kelebihannya dalam melayani dan mengabdi pada suami telah menutup pintu hati Boreel kepada wanita lainnya. Boreel tak pernah lagi mencari cinta yang lain, tertutup sudah pintu hatinya, di hatinya hanya ada satu wanita: Iyi Endah alias Ameri," pungkasnya.
(sya/yum)