Masjid Kuno di Tasik Ini Kokoh Hadapi Letusan Gunung Galunggung

Lorong Waktu

Masjid Kuno di Tasik Ini Kokoh Hadapi Letusan Gunung Galunggung

Faizal Amiruddin - detikJabar
Rabu, 16 Nov 2022 09:00 WIB
Masjid Jami Annur Sholehyang dipercaya tahan dari letusan Gunung Galunggung
Masjid Jami Annur Sholehyang dipercaya tahan dari letusan Gunung Galunggung (Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar)
Tasikmalaya -

Sekitar 40 tahun sejak gunung Galunggung Kabupaten Tasikmalaya meletus pada April 1982 silam, kehidupan masyarakat di kawasan kaki gunung itu terus mengalami kemajuan.

Kisah getir akibat bencana alam dahsyat itu seakan telah sirna terpupus perkembangan zaman.

Namun demikian di balik itu masih tersimpan cerita-cerita unik di masyarakat. Salah satunya adalah kisah bangunan masjid berarsitektur kuno yang bisa bertahan berdiri kendati terdampak letusan Galunggung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masjid tersebut adalah masjid jami Annur Sholeh yang berlokasi di Kampung Ujungsari Desa Sinagar Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya.

Menurut cerita warga, masjid ini adalah satu-satunya bangunan yang tak lekang zaman serta mampu bertahan dari dampak letusan gunung Galunggung pada 1982 silam.

ADVERTISEMENT

"Itu masjid legendaris, tetap kokoh berdiri sejak zaman sebelum Indonesia merdeka. Galunggung meletus juga kuat, tidak hancur," kata Rukanda (45) warga Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya, Selasa (1/11/2022).

Dia mengatakan masjid itu menjadi saksi bisu keganasan gunung Galunggung saat "terbangun" dari tidurnya. "Menurut cerita orang tua saya, semua warga Sinagar mengungsi dan semua bangunan rusak akibat letusan Galunggung, tapi hanya masjid itu yang bertahan," kata Rukanda.

Masjid Jami Annur Sholehyang dipercaya tahan dari letusan Gunung GalunggungMasjid Jami Annur Sholehyang dipercaya tahan dari letusan Gunung Galunggung Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar

Pantauan detikJabar, masjid Annur Sholeh berada di tepi jalur jalan Desa Sinagar - Linggajati. Arsitektur masjid yang satu ini tergolong unik karena modelnya yang lawas. Ukuran jendela yang besar, tiang beton besar serta pondasi pasangan batu yang tingginya mencapai satu meter. Kesan jadul sangat kentara, meski sepintas melihat bangunan ini.

Meski bangunan tua, tapi konstruksi bangunan masih terlihat kokoh. Di dekat pintu masuk utama terdapat kolam penampungan air untuk wudhu. Tapi sekarang jemaah tak berwudhu lagi di kolam itu, karena di bagian utara sudah ada fasilitas wudhu yang dibangun belum lama ini.

Meski berstatus masjid jami, tapi masjid ini tidak terlalu luas. Daya tampung di dalam masjid tak lebih dari 150 orang.

Dayat (67) warga setempat mengatakan masjid itu sudah ada sejak dirinya lahir. Masjid itu kata Dayat menjadi bagian cerita masa kecilnya dulu. "Wah ini mah bangunan lama, saya belum lahir masjid ini sudah ada. Ini masjid milik almarhum Pak Haji Soleh, beliau adalah tokoh masyarakat Sinagar," kata Dayat.

Dia juga mengatakan masjid ini bisa bertahan dari dampak letusan gunung Galunggung. "Kokoh sekali bangunannya, mungkin orang-orang zaman dulu kalau membangun itu pakai bahan-bahan yang bagus," kata Dayat.

Pengurus masjid Annur Sholeh, H. Dede Saerul (70) mengatakan masjid tersebut dibangun oleh mendiang kakeknya H. Sholeh pada tahun 1933. "Dibangun sekitar 1933 sampai 1934, oleh leluhur saya," kata Dede, Selasa (1/11/2022).

Secara turun temurun masjid itu dikelola oleh keluarga, bersama-sama masyarakat setempat. "Ya begini adanya masjid ini, masjid tua," kata Dede.

Terkait keistimewaan masjid tersebut yang disebut tahan dari dampak letusan gunung Galunggung, Dede menampiknya. "Itu dilebih-lebihkan, tidak seperti itu. Bukan tahan gempuran lahar, tapi memang lahar tidak lewat sini. Masjid ini tidak tersapu lahar," kata Dede.

Masjid Jami Annur Sholehyang dipercaya tahan dari letusan Gunung GalunggungMasjid Jami Annur Sholehyang dipercaya tahan dari letusan Gunung Galunggung Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar

Dia mengatakan pada saat Galunggung meletus, luapan lahar dari gunung tidak melalui perkampungan mereka namun mengalir di sebelah selatan dan utara kampung mereka.

"Jadi lahar itu mengalir di sungai atau saluran yang ada di sebelah utara dan selatan. Jadi kampung Ujungsari tidak disapu lahar, kan posisinya "nonggong kuya" (mirip punggung kura-kura)," kata Dede.

Dia mengaku tak ingin masjid ini dikesankan aneh apalagi dikaitkan dengan hal mistis, karena dianggap tahan lahar letusan Galunggung.

"Masjid ini tetap rusak waktu Galunggung meletus, tapi memang hanya bagian atapnya saja. Itu karena timbunan abu vulkanik dan tertimpa muntahan batu. Kalau dindingnya tidak," kata Dede.

Meski demikian Dede tak menampik jika kualitas atau kekuatan bangunan ini dikatakan kokoh. Selain tertimpa material letusan, masjid ini juga digoyang gempa vulkanik, termasuk gempa 7,2 SR pada tahun 2009 silam.

"Kalau dikatakan kuat dan kokoh ya memang benar. Karena renovasi yang berkali-kali dilakukan, hanya sebatas bagian suhunan (atap) saja. Masjid ini memang dirawat oleh kami dan warga di sini," kata Dede.

Hal menarik lainnya dari masjid ini adalah pernah dijadikan markas tentara Indonesia pada masa pemberontakan DI/TII. "Waktu zaman DI/TII pernah jadi markas tentara, jadi tentara Siliwangi yang mau mengejar gerombolan, di masjid ini "ngepos"nya, jadi markas" kata Dede.




(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads