Ajang Adu Gengsi dalam Ujian Praktik Nikah di SMAN 3 Sukabumi

Ajang Adu Gengsi dalam Ujian Praktik Nikah di SMAN 3 Sukabumi

Siti Fatimah - detikJabar
Senin, 14 Nov 2022 21:00 WIB
Ujian praktik nikah di SMAN 3 Bandung.
Ujian praktik nikah di SMAN 3 Sukabumi. (Foto: Istimewa)
Sukabumi -

Belakangan ini, ujian praktik nikah di sekolah hangat jadi perbincangan. Bukan hanya menampilkan kegiatan seperti pernikahan sungguhan, ujian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di kurikulum merdeka ini juga menjadi ajang adu gengsi antarsiswa.

Salah satunya yang terjadi di SMAN 3 Kota Sukabumi. Masing-masing kelas saling berlomba untuk membuat video akad nikah sekaligus resepsi terbaik versi mereka. Diketahui, guru mata pelajaran meminta agar hasil ujian praktik tersebut berbentuk video dokumentasi pernikahan.

Ujian praktik akad nikah yang dilakukan di sekolah ini juga dilengkapi dengan penghulu, para saksi dan kerabat yang membawa seserahan. Beberapa di antara mereka juga membuat video prewedding yang sejatinya tak dibutuhkan dalam ujian praktik tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada juga siswa di kelas lainnya menambahkan konsep tarian adat dalam prosesi pernikahan. Suasana disusun sedemikian rupa hingga menyerupai acara akad nikah sungguhan.

Salah seorang siswa, Gina Rosa mengatakan, untuk membuat video ujian praktik pernikahan ini mereka mengeluarkan biaya sekitar Rp 1,3 juta. Masing-masing siswa di kelasnya iuran.

ADVERTISEMENT

"Prosesnya kalau dari kelas aku nggak semua dilakuin. Cuman akad, resepsi sama makan-makan saja, langsung ke inti acara sama upacara adat. Jadi kalau dihitung ada dari Rp 700 ribu ditambah Rp 600 ribu jadi Rp 1,3 juta," kata Gina.

Felia Azani, siswa lainnya menambahkan, ujian praktik nikah di kelasnya justru dibuat bak pernikahan sungguhan. Mulai dari kedatangan keluarga mempelai pria, seserahan, pengalungan bunga melati, pembacaan wahyu ilahi, akad hingga resepsi.

"Kalau dari kelas aku kebetulan pakai 90 persen uang kas dan 10 persennya dari teman-teman. Semua anak kelas, 36 siswa dibagi-bagi tugas, tempat di rumah teman, terus dekor cuman butuh papan saja dan catering masakan rumah," ujarnya.

Ujian praktik nikah di SMAN 3 Bandung.Ujian praktik nikah di SMAN 3 Bandung. Foto: Istimewa

Dia mengatakan, selama proses ujian praktik tak ada guru mapel yang mendampingi. Guru mata pelajaran, kata dia, hanya menerima bentuk video proses pernikahan.

"Guru cuman terima video aja," ujarnya.

Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan Mamat Abdul Rahmat menjelaskan, ujian praktik pernikahan yang jadi ajang adu gengsi ini merupakan respons apresiasi para peserta didik. Menurutnya, pihak sekolah sudah memberikan penjelasan agar ujian praktik pernikahan itu tidak berlebihan.

"Instruksi dari gurunya hanya praktik nikah, praktik nikah kan bisa dikategorikan sederhana, bisa kategorikan mewah seperti artis. Nah anak-anak mengapresiasinya lain sehingga jadi guyonan di guru-guru juga 'ini mah bukan praktik nikah tapi praktik hajat' guru-guru mengguyonkan," kata Mamat.

"Saya pribadi sudah meluruskan ke anak-anak, anak-anak bilang sudah bayar ke sana, sudah sewa ke sini. Akhirnya diperbolehkan, tapi bapak tidak tanggung jawab," sambungnya.

Dia mengungkapkan, sekolah juga sempat kecolongan saat siswa melaksanakan ujian praktik pernikahan bukan pada waktunya. "Sampai-sampai mereka menyelenggarakannya di rumah seseorang (murid), jadi lebih dulu dilaksanakan sampai ada prewedding, ieu teh nanaonan (ini ngapain), perasaan rukun nikah mah hanya ada dua calon pengantin, ijab, wali dari pengantin perempuan dan dua saksi," jelasnya.

Meski demikian, pihaknya mengapresiasi kreativitas siswa tersebut. Akan tetapi, kata dia, ujian praktik pernikahan tahun ini terlalu berlebihan.

"Ari ieu mah kan ditambahan (kalau ini kan ditambahkan) prewedding-nya ada, undangannya ada, sampai ke ngasih amplop ada, dekorasi juga. Tah anak-anak begitu, jadi apresiasinya memang besar dan kadang-kadang berlebihan, bersaing antara kelas A dengan kelas B. Padahal itu tidak ada instruksi seperti itu, anak-anak itu udunan ada yang Rp 50 ribu hingga bisa sampai Rp1,5 juta," paparnya.

Dia juga mengakui jika pelaksanaan ujian praktik pernikahan itu tak ada pengawasan dari pihak sekolah. Segala kebutuhan dan proses ujian diserahkan kepada siswa dan baru dinilai oleh guru mata pelajaran.

"Kreasi anak-anak, tapi nggak jadi tanggung jawab sekolah. Mereka menggunakan uang pribadi, terus terang saja itu inisiatif masing-masing. Lapor juga nggak, jadi kecolongan, jangankan saya sebagai Wakasek, Wali Kelas saja kecolongan," tuturnya.

"Makanya dilarang di luar sekolah atau di luar hari sekolah karena pengawasan tidak ada," kata Mamat.

(orb/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads