Ki Kebo Kenongo alias Dasum Diva Atmaya (70) merupakan salah satu pawang ular di Kabupaten Sumedang. Disebut pawang ular lantaran pengalamannya berkecimpung dalam dunia ular sudah dari sejak 1970-an.
Ki Kebo Kenongo yang merupakan Warga Cibeureum, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang ini pun menceritakan dunia pawang ular yang begitu dekat dengannya.
Dia mengungkapkan tradisi pawang ular sudah ada sejak dahulu kala. Ada salah satu nama yang kala itu cukup tersohor, yakni Buyut Sanem dari Dusun Balerante sekitar Kecamatan Tomo dan Ujungjaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Buyut Sanem ini, sambung dia, boleh dibilang menjadi guru bagi pawang ular di Jawa Barat kala itu. Sebut saja nama-nama seperti Suhar dari Subang, Umar dari Bandung, Bubar dari Banten dan ayahnya sendiri, yakni Diva Atmaya dari Majalengka lalu baru kemudian pada sekitar 1936 pindah ke Sumesang, turut berguru ke Buyut Sanem.
"Jadi kalau dulu mah ingin bisa menangani ular itu berguru dan Buyut Sanem ini boleh dibilang guru besarnya para pecinta ular kala itu," terang Ki Kebo kepada detikJabar belum lama ini.
Ki Kebo mengatakan ular yang cukup terkenal dan sangat harus diwaspadai kala itu, yakni ular jenis King Cobra dan Cobra. Ular ini saat itu disebut dengan oray totog (Red: ular yang biasa mematuk).
Ki Kebo melanjutkan, ular King Cobra dan Cobra dulu bahkan dipercaya dapat mematuk bayangan orang. Hanya dengan itu orang pun bisa meninggal dunia. Anggapan tersebut, kata Ki Kebo, adalah sebagai salah satu cara untuk melestarikan keberadaan ular tersebut.
"Jadi dianggapan bisa mematuk bayangan orang itu tuh untuk menjaga kelestarian ular itu sendiri," terangnya.
Ki Kebo mengatakan saat itu dunia pawang ular oleh sebagiannya ada yang dibumbui dengan hal-hal berbau mistis. Salah satunya yakni ilmu mistis yang dapat memanggil ular. Meski begitu, ayah Ki Kebo sendiri tidak menganut akan hal demikian.
"Tapi kalau bapak tidak begitu, karena dulu mitosnya atau ada kepercayaan jika pawang ular sudah bisa manggil ular maka itu sudah pakai mistis dan matinya pun dipercaya bakal jadi ular," paparnya.
Selain dapat menjinakkan ular, pawang ular pun dulunya dijadikan sebagai tempat pengobatan bagi mereka yang dipatuk ular.
"Dulu tradisinya kalau ada yang ke patuk ular, selain ke rumah sakit, datangnya itu tidak lain ke pawang ular," ujarnya.
Sementara untuk Ki Kebo sendiri, kecintaannya terhadap ular sudah dimulai sejak kecil atau saat berusia 7 tahun. Hal itu tidak lain lantaran pengaruh dari sang ayah bernama Ki Diva Atmaya yang merupakan salah satu tokoh pawang ular di Majalengka.
"Bapak saya itu punya anak banyak tapi yang suka atau menggeluti dunia ular itu hanya saya saja," ungkap Ki Kebo.
Kendati demikian, keahlian Ki Kebo dalam menjinakan ular sendiri didapatnya secara otodidak. Diakuinya, dari pengalamannya bersentuhan langsung dengan berbagai jenis ular menjadikannya banyak memahami karakter dan watak ular dari yang berbisa hingga yang tidak berbisa.
"Dulu itu kalau nangkap ular tetap harus pakai alat awalnya, berupa tongkat kayu bercabang, tapi pada saat nangkap kan suka ada saja kecelakaan semisal ularnya tiba-tiba gigit, nah tapi dari sana saya jadi tahu mana ular berbisa dan tidak berbisa," tuturnya.
Dari sejak tahun 1970-an, segala profesi yang bertalian dengan ular telah Ki Kebo Lakoni. Bahkan dirinya memproklamirkan diri sebagai P9U, yakni penangkap ular, pembunuh ular, pembeli ular, penjual ular, pemakan ular, pemelihara ular, penyayang ular, pelatih ular dan pemain ular. Semua pengalaman tersebut pernah dilakoninya.
Ki Kebo mengaku pernah menjadi pemasok ular ke kebun binatang Bandung pada sekitar tahun 1970-an.
Kemudian, ia pun pernah menjadi pemasok ular untuk salah satu restoran Chinese food di Bandung pada sekitar tahun 1990-an. Dari pengalaman ini, ia pernah menjelajah keluar masuk hutan yang ada di pulau Jawa untuk sekedar mencari ular.
Nama Ki Kebo pun saat itu sudah dikenal sebagai pawang ular. Dari pengetahuannya tersebut, ia bahkan sempat dipercaya melatih prajurit Kopassus pada sekitar tahun 1980-an.
"Aki saat itu dipanggil untuk bantu melatih 25 prajurit bagaimana cara menangani ular untuk kebutuhan survival di hutan, dari mulai cara menangkap, membunuh dan memakannya jika dalam keadaan terdesak di hutan," paparnya.
Tahun 1990-an, Ia pun pernah menjadi pemasok ular untuk kebutuhan obatan-obatan bagi Bio Farma Bandung serta beberapa profesi lainnya yang bertalian dalam dunia hewan melata satu ini.
Beragam profesi yang telah digelutinya itu menjadikan Ki Kebo Kenongo sangat memahami beragam karakter jenis ular, termasuk ular yang memiliki bisa mematikan seperti King Cobra.
Hingga pada sekitar tahun 1996-an, saat atraksi ular belum begitu banyak digeluti orang, Ki Kebo pun mulai menggeluti profesi satu ini. Selain sebagai wadah edukasi, baginya atraksi ular menjadi salah satu hiburan bagi masyarakat.
Ia telah melakukan atraksi ular ke sejumlah daerah di Jawa Barat. Profesi satu ini pun masih digelutinya hingga kini.
Meski pengalamannya dalam dunia ular sudah tidak diragukan lagi. Namun bagi dia sikap kewaspadaan yang tinggi tetap perlu dilakukan dalam menangani ular.
"Ular itu tidak mengenal orang baik orang jahat, tidak mengenal majikan seperti hewan peliharaan lainnya. Ular itu tetap berbisa, jadi perlu kewaspadaan tinggi atau safety, caranya gunakan alat saat menangani ular, pokoknya harus super hati-hati karena ada pribahasa memgatakan lebih baik mencegah dari pada mengobati, jadi tetap jangan sembrono," ungkapnya.
(mso/mso)